Stasiun Lempuyangan
Stasiun Lempuyangan (LPN) adalah stasiun kereta api kelas besar tipe B yang terletak di Bausasran, Danurejan, Kota Yogyakarta. Stasiun yang terletak pada ketinggian +114 meter ini termasuk dalam pengelolaan Daerah Operasi VI Yogyakarta dan KAI Commuter serta merupakan salah satu dari dua stasiun kereta api utama di Kota Yogyakarta yang berjarak 384 km arah timur dari Stasiun Kiaracondong. Stasiun kereta api utama lainnya adalah Stasiun Yogyakarta yang terletak 1 km arah barat dari stasiun melayani seluruh kereta api antarkota kelas eksekutif, sebagian besar kelas campuran, ekonomi premium, aglomerasi, kereta api bandara, komuter, dan lokal. Stasiun ini melayani pemberhentian kereta api antarkota kelas campuran dan ekonomi lintas selatan Jawa, aglomerasi dan KRL Commuter Line Yogyakarta yang melintasi Kota Yogyakarta. Diresmikan pada tahun 1872 oleh NIS, Stasiun Lempuyangan merupakan stasiun kereta api tertua di Daerah Istimewa Yogyakarta dan nama stasiun ini berasal dari nama kampung yang terletak di selatan stasiun, yakni Kampung Tegal Lempuyangan. Berdasarkan jumlah penumpang kereta api antarkota yang dirilis PT Kereta Api Indonesia (KAI) antara Januari–Oktober 2024, Stasiun Lempuyangan menjadi stasiun kereta api tersibuk kesembilan di Indonesia dengan mencatatkan 2.492.942 penumpang berdasarkan total jumlah penumpang naik maupun turun.[a] SejarahStasiun Lempuyangan diresmikan pada tanggal 2 Maret 1872 oleh perusahaan kereta api swasta Hindia Belanda, Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) sebagai titik akhir jalur kereta api lintas Semarang–Solo–Yogyakarta serta merupakan stasiun kereta api pertama dan tertua di Yogyakarta. Pembangunan stasiun ini dilatarbelakangi oleh kebijakan pengangkutan gula dengan menggunakan moda transportasi kereta api—pada dasawarsa 1870-an telah banyak industri gula yang bermunculan di Yogyakarta, yang seluruhnya dikelola oleh Belanda. Kehadiran stasiun ini turut andil dalam pembangunan masyarakat Kota Yogyakarta pada masa itu.[5][6] Stasiun ini sudah sejak lama dijadikan sebagai stasiun keberangkatan kereta api ekonomi dari Yogyakarta, berbeda dengan stasiun lain di Jawa yang pada umumnya melayani pemberhentian rangkaian ekonomi setelah kebijakan pemisahan pelayanan stasiun untuk penumpang KA ekonomi dan nonekonomi[per kapan?]. Ketika semua kereta api ekonomi lain masih diberangkatkan dari Stasiun Tugu Yogyakarta, stasiun ini sudah menjadi stasiun ujung bagi perjalanan kereta api Empu Jaya jurusan Jakarta Pasar Senen (sekarang Progo) dan kereta api Argopuro jurusan Banyuwangi (sekarang Sri Tanjung). Bangunan dan tata letakStasiun Lempuyangan memiliki sebelas jalur kereta api. Pada awalnya, hanya jalur 4 yang merupakan sepur lurus. Setelah pembangunan jalur ganda ruas Brambanan–Yogyakarta selesai per 8 Januari 2007[7], jalur 3 juga dijadikan sebagai sepur lurus. Ke arah utara dari jalur 5, terdapat rel yang menuju ke Gudang Persediaan Yogyakarta dan Balai Yasa Yogyakarta yang merupakan bengkel lokomotif utama di Pulau Jawa. Stasiun ini telah dilengkapi papan penunjuk arah untuk menuju ruang/nomor jalur/fasilitas tertentu, penunjuk arah jalur disertai jarak tempuh, dan layar pemantau keberangkatan maupun kedatangan kereta api secara waktu nyata. Pada tahun 2009, di stasiun ini dilakukan perbaikan secara keseluruhan dengan menambahkan bangunan baru yang terletak di sebelah timur bangunan lama.[8] Pada pertengahan tahun 2017, kawasan stasiun kembali dilakukan perombakan. Masjid An-Nuur yang terletak di barat bangunan stasiun pada akhirnya dibuka untuk masyarakat umum, sedangkan Musholla yang terletak di sebelah timur hanya digunakan untuk penumpang yang sudah melakukan boarding atau belum keluar. Perluasan juga dilakukan di tempat parkir serta pemanjangan atap kanopi stasiun.[9] Pada tahun 2018–2019, Masjid An-Nuur dibongkar untuk menampung fasilitas lain. Sejak Maret 2020, lahan kosong yang berlokasi di sisi barat Stasiun Lempuyangan dikembangkan menjadi gudang RailExpress (sekarang KAI Logistik Express).[10] Sehubungan dengan proyek modernisasi persinyalan elektrik kereta api, per April 2021 di stasiun ini dilakukan pemasangan sistem persinyalan elektrik baru produksi PT Len Industri yang menggantikan sistem persinyalan elektrik lama produksi Siemens.[11] Dan persinyalan ini telah aktif pada 30 September 2021.[butuh rujukan]Bersamaan dengan itu, lintasan jalur rel antara stasiun ini dan Stasiun Yogyakarta dijadikan sebagai jalur tunggal ganda atau sepur kembar.
Ciri khasStasiun Lempuyangan mempunyai bel kedatangan stasiun dengan instrumental lagu karya dari Ismail Marzuki berjudul, "Sepasang Mata Bola" di stasiun ujung Kota Yogyakarta yang mengisahkan perjuangan perwira melakukan perjalanan kereta api dari Jakarta menuju Yogyakarta. Lagu ini diaransemen oleh YouTuber keroncong yaitu Purwaka Music namun dengan sedikit pengubahan komposer. Layanan kereta apiBerikut ini adalah layanan kereta api yang berhenti di stasiun ini sesuai Gapeka 2023 revisi per 18 September 2024. PenumpangAntarkota
Aglomerasi
Komuter
Barang
InsidenPada 19 Februari 2007, terjadi angin puting beliung yang melanda Yogyakarta yang mengakibatkan kanopi Stasiun Lempuyangan mengalami kerusakan parah. Meskipun demikian, komunikasi melalui toka (telepon otomatis kereta api) maupun walkie talkie tetap berjalan normal dan tidak ada gangguan perjalanan kereta api.[12] Pada 20 Oktober 2016, seorang wisatawan mancanegara di Stasiun Lempuyangan tewas ditabrak KA Joglokerto yang hendak berhenti di jalur 1. Penyebabnya tak diketahui, di antaranya lalai atau ingin bunuh diri. Menurut keterangan petugas, wisatawan tersebut berjalan ke arah rel saat KA akan melintas. Kejadian tersebut sempat dicegah walaupun gagal.[13] Antarmoda pendukung
Galeri
Catatan kakiReferensi
Pranala luar
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Lempuyangan Station.
|