Jalur kereta api Trans-Sulawesi
Jalur kereta api Trans-Sulawesi adalah jaringan jalur kereta api yang dibangun untuk menjangkau daerah-daerah penting di Pulau Sulawesi. Jaringan jalur kereta api ini dibangun mulai pada tahun 2015 yang dimulai dari tahap I, yaitu jalur kereta api dari Makassar hingga Parepare. Proyek perkeretaapian Trans-Sulawesi ditargetkan mencapai panjang 2.000 kilometer dari Makassar ke Manado.[1] Sasaran dari pengembangan jaringan jalur kereta api di Pulau Sulawesi adalah untuk menghubungkan wilayah atau perkotaan yang mempunyai potensi angkutan penumpang dan barang atau komoditas berskala besar, berkecepatan tinggi, dengan tingkat konsumsi energi yang rendah dan mendukung perkembangan perkotaan terpadu melalui integrasi perkotaan di wilayah pesisir, baik industri maupun pariwisata serta agropolitan baik kehutanan, pertanian, maupun perkebunan.[2] Jalur kereta api ini menggunakan lebar sepur 1.435 mm[3] (lebar sepur standar internasional). Di samping pembangunan jalur utama, untuk pembangunan siding track ke Stasiun Mangilu dan Stasiun Garongkong dilakukan oleh PT Celebes Railway Indonesia (CRI) dengan skema KPBU, perusahaan patungan yang dibentuk oleh kontraktor pembangunan jalur ini, PT PP.[4] SejarahPrakemerdekaanSulawesi sudah memiliki jalur kereta api, yang dibangun oleh Staatstramwegen op Celebes (STC) yang merupakan anak perusahaan Staatsspoorwegen (SS). Divisi ini tak jelas asal usulnya, tetapi tercatat merencanakan membangun jalur kereta api Takalar–Makassar–Maros–Tanete. Pada 1 Juli 1923 segmen Takalar–Makassar (Passarboetoeng) dibuka, sementara proses pembangunan segmen Makassar–Maros–Tanete ditunda demi hemat anggaran meskipun izin sudah ditetapkan dalam Wet 22 december 1919 staatsblad 1920 No. 53 dan Wet 18 maart 1921 staatsblad No. 200.[5] Jalur Takalar - Makassar memiliki panjang 47 kilometer.[6] Jalur rencana ini kemudian direncanakan untuk dikembangkan sampai ke Parepare dan Sengkang tetapi gagal terwujud.[5][7] Iman Subarkah, yang pernah menjabat sebagai Kepala Djawatan Kereta Api menyebutkan bahwa lintas ini "kurang menguntungkan" karena hanya melewati daerah pantai. Bahkan mulanya Belanda juga memilih enggan membuat jalur kereta api lagi karena jalan raya sepertinya cocok untuk mempersatukan seluruh Sulawesi.[8] Jalur ini pun dinonaktifkan pada 1 Agustus 1930 oleh SS karena dianggap tidak efektif dan juga menjadi korban dari Depresi Besar.[5] PascakemerdekaanWacana pembangunan jalur kereta api Sulawesi kembali mengemuka pada dekade 2000-an. Dalam rangka pembangunan lintas kawasan Sulawesi, Tri Ratnawati menyebut bahwa "percepatan pembangunan prasarana wilayah" sangat diperlukan dalam rangka mewujudkan pembangunan lintas kawasan. Termasuk di dalamnya studi kelayakan pembangunan jalur kereta api Sulawesi serta peningkatan jalan raya Trans-Sulawesi.[9] Masuk dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional 2011–2030, Direktorat Jenderal Perkeretaapian memasukkan jalur kereta api Trans-Sulawesi sebagai infrastruktur prioritas dan juga program strategis nasional.[10] Jalur yang dibangunMakassar–ParepareJalur sepanjang kurang lebih 145 kilometer ini merupakan tahap pertama dari pembangunan jalur kereta api Trans-Sulawesi dari Kota Makassar menuju Kota Parepare. Peletakan batu pertama jalur kereta api lintas Makassar–Parepare dilaksanakan pada Senin, 18 Agustus 2014 di Desa Siawung, Kecamatan Barru, Kabupaten Barru. Jika sudah selesai maka akan menghemat waktu tempuh Makassar–Parepare dari 3 jam (menggunakan mobil) menjadi 1,5 jam.[11]. Jalur ini direncanakan rampung seluruhnya pada tahun 2026.[12] Pemasangan rel pertama telah dilakukan pada Jumat, 13 November 2015 di Desa Lalabata, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru. Pemasangan rel disaksikan oleh Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Hermanto Dwiatmoko dan Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo.[13] Jalur kereta ini diujicobakan untuk kali pertama pada tanggal 10 November 2017.[14] Pada tanggal 29 Oktober 2022, mulai dioperasikan terbatas segmen Stasiun Garongkong–Stasiun Mangilu. Jalur ini digratiskan hingga akhir tahun 2022. Pada saat dioperasikan okupansi pada saaat akhir pekan mencapai 100%.[12] Jalur kereta api ini pada awalnya dibangun jalur tunggal, tetapi lahan yang disiapkan dapat dibangun jalur ganda. Jalur ini direncanakan mempunyai 17 stasiun yang akan dibangun sebagai pemberhentian kereta api.[15][16] KasusPada tanggal 13 April 2023, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan operasi tangkap tangan terhadap 25 orang dalam dugaan suap proyek kereta api. Menurut Wakil Ketua KPK, Johanis Tanak, dugaan korupsi di Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) tersebut terkait proyek pembangunan dan pemeliharaan jalur kereta api di lingkungan DJKA pada tahun anggaran 2018–2022. Selain proyek jalur kereta api Trans-Sulawesi, terdapat proyek lainnya yang diduga terkena kasus korupsi seperti proyek jalur ganda Solo Balapan–Kalioso, empat konstruksi jalur kereta api lainnya, dua proyek supervisi di Lampegan, serta proyek perbaikan perlintasan sebidang di Jawa dan Sumatra.[17] Referensi
|