Stasiun Semarang Tawang
Stasiun Semarang Tawang (SMT), juga disebut Stasiun Tawang atau Semarang Tawang Bank Jateng karena perjanjian hak penamaan[4], adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di kawasan Kota Lama Semarang, Tanjung Mas, Semarang Utara, Semarang. Stasiun yang terletak pada ketinggian +2 meter di atas permukaan laut berada dalam pengelolaan Kereta Api Indonesia Daerah Operasi IV Semarang dengan jarak 280 km sebelah barat dari Surabaya Pasarturi dan 440 km sebelah timur dari Jakarta Gambir. Stasiun Semarang Tawang juga merupakan titik tengah dari lintas utara Jawa, menghubungkan Jakarta dengan Surabaya dan sebagai salah satu dari dua stasiun kereta api utama di Kota Semarang. Sebagai penghubung utama di jalur utara Jawa, Stasiun Semarang Tawang melayani kereta api penumpang antarkota kelas eksekutif, sebagian kelas campuran dan ekonomi serta kereta api antarkota lintas utara via Solo Jebres, kereta api aglomerasi, lokal, dan komuter Kedung Sepur, sedangkan kereta api antarkota lintas utara kelas ekonomi dan sebagian kecil campuran serta Kereta api Kaligung dan kereta komuter Kedung Sepur hanya dilayani di Stasiun Semarang Poncol. Nama "Tawang" diambil dari nama kampung di dekat stasiun ini, yaitu Tawangsari. Letak stasiun ini tidak jauh dari objek wisata Kota Lama dan Pasar Johar. Berdasarkan jumlah penumpang kereta api antarkota yang dirilis PT Kereta Api Indonesia (KAI) antara Januari–Oktober 2024, Stasiun Semarang Tawang menjadi stasiun kereta api tersibuk ketujuh di Indonesia dengan mencatatkan 2.515.450 penumpang berdasarkan total jumlah penumpang naik maupun turun.[b] SejarahPada tahun 1911, Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) mulai menyusun rencana induk sistem perkeretaapian di jalur kereta api Semarang–Surakarta–Yogyakarta yang sebelumnya diresmikan pada tahun 1873. Hal ini terjadi karena Stasiun Samarang NIS yang telah ditutup enam tahun sebelumnya sudah tidak memungkinkan dioperasikan kembali sebagai stasiun pusat NIS apabila Semarang dilanda banjir rob. Dalam melaksanakan rencana induk tersebut, NIS mulai membangun stasiun kereta api baru di wilayah Tawang yang mulai dibangun pada 29 April 1911.[6] Stasiun ini telah selesai dibangun dan diresmikan pada 1 Juni 1914.[7] Meskipun telah dibangun, Stasiun Semarang Tawang sering mengalami banjir rob. Hal ini terjadi karena Laut Jawa sering mengalami pasang dan bercampur dengan air hujan dan air limbah yang berasal dari beberapa saluran air sehingga ketinggian stasiun turun menjadi 0 m. Dalam menyelesaikan masalah ini, maka Pemerintah Kota Semarang mendirikan polder di depan stasiun yang mulai dibangun pada tahun 1998.[8][9] Bangunan dan tata letakStasiun Semarang Tawang pada awalnya memiliki lima jalur kereta api dengan jalur 4 merupakan sepur lurus. Setelah jalur ganda menuju Stasiun Alastua resmi beroperasi pada 5 Desember 2013[10] dan menuju Stasiun Semarang Poncol pada 7 Februari 2014,[11] jumlah jalur bertambah menjadi delapan dan jalur 5 juga dijadikan sebagai sepur lurus. Jalur 1 dan 2 digunakan sebagai jalur pemberhentian kereta api antarkota untuk menaikturunkan penumpang, jalur 3 digunakan sebagai tempat kedatangan maupun keberangkatan kereta api antarkota yang memulai perjalanan dari stasiun ini dan digunakan untuk parkir rangkaian kereta, jalur 6 digunakan sebagai tempat persilangan maupun penyusulan kereta api, serta jalur 7 dan 8 juga digunakan sebagai tempat parkir rangkaian kereta sekaligus tempat cuci rangkaian kereta. Di ujung timur jalur 6 dan 7—dekat dengan Jalan Ronggowarsito—terdapat tempat bongkar muat peti kemas.
Meskipun stasiun ini merupakan stasiun besar, stasiun ini masih menggunakan peron berukuran rendah, sementara peron berukuran tinggi hanya tersedia di jalur 1 yang digunakan untuk mempermudah naik-turun penumpang dan mengakomodasi penumpang difabel.[12] Pada tahun 2019, tata letak jalur di stasiun ini mengalami sedikit perombakan dan sistem persinyalan elektrik yang lama telah diganti dengan yang terbaru produksi Len Industri. Bangunan stasiun yang bergaya Hindia ini diarsiteki oleh Ir. Louis Cornelis Lambertus Willem Sloth-Blaauboer.[13] Stasiun ini tergolong stasiun sisi; memanjang mengikuti sumbu jalur kereta api. Bentuk massa bangunan adalah perpaduan kubus dan balok, dan atapnya berbentuk limas segiempat pada lobi utama serta prisma segitiga pada kedua sisi sampingnya. Atap pada bangunan lobi dimahkotai kubah sehingga memberi kesan megah, tegas, dan kokoh yang menjadi ciri khas arsitektur Hindia. Atap bangunan utama stasiun yang menjadi fokus utama stasiun ini terbuat dari genting, sedangkan kanopi peron stasiun menggunakan atap seng yang ditopang tiang-tiang baja. Tebal dinding stasiun 30 cm dan pada penopangnya mendapatkan penebalan 50 cm untuk memperkukuh konstruksi. Pada pintu dan jendelanya diberi ornamen berupa konstruksi bata rolaag, yang disambungkan dengan hiasan keramik glazur, memberikan kesan artistik bangunan.[14] Pada 28 September 2022, PT Kereta Api Indonesia (Persero) telah melakukan uji coba sistem pengenalan wajah pada proses keberangkatan kereta api antarkota di Stasiun Bandung dan per 10 Juli 2023, Stasiun Semarang Tawang sudah menerapkan sistem tersebut bersama sembilan stasiun KA utama Pulau Jawa lainnya seperti Stasiun Malang, Madiun, Solo Balapan, Yogyakarta, Purwokerto, Surabaya Pasarturi, Surabaya Gubeng, Cirebon, dan Jakarta Gambir.[15] Ciri khasStasiun Semarang Tawang memiliki melodi penyambutan kereta api berupa lagu instrumental berjudul "Gambang Semarang" karya Oey Yok Siang dan Sidik Pramono[16] yang dimainkan dalam bentuk genre keroncong dipasang pada bulan Februari 2022 versi full dari Stasiun Tegal yang terakhir diputar tahun 2018, serta untuk melodi kedatangan kereta api. Selain itu, di depan bangunan stasiun dan di sebelah polder terdapat monumen lokomotif D301 59 yang dihiasi lampu berwarna dan air mancur menari di sekelilingnya[17][18]. Di tengah polder terdapat patung Ir. Soekarno setinggi 17 m yang dipahat oleh seniman Bali yang tinggal di Bandung, Ketut Winata.[19] Bertepatan dengan peringatan ulang tahun ke-78 kemerdekaan Republik Indonesia, Daerah Operasi IV Semarang telah meresmikan ruang tunggu VIP bagi penumpang kelas luxury bernama, Premiere Lounge.[20] Hak penamaanBerbeda dengan stasiun kereta api lain yang hak penamaannya ditetapkan berdasarkan penawaran langsung oleh KAI, Stasiun Semarang Tawang mendapatkan hak penamaannya dari perjanjian antara KAI dengan PT Berlian Promosindo (Tegsa Advertising), perusahaan periklanan yang banyak memasang space iklan di tempat umum. Bank Jateng, yang merupakan penaja atas penetapan hak penamaan stasiun ini, menunjuk Tegsa Advertising yang sudah lama bermitra dengan KAI untuk menetapkan hak penamaan stasiun ini. Hak penamaan ini ditetapkan pada 11 April 2023, dan akan disebutkan setelah nama resmi stasiun ("Semarang Tawang Bank Jateng") baik secara visual seperti pada papan nama stasiun, huruf timbul, aplikasi pemesanan tiket (termasuk Access by KAI); maupun secara audio seperti pengumuman kereta api, dan informasi yang bersifat publik.[21] Pemerhati sejarah, seperti Johannes Christiono, mengkritik penetapan hak penamaan untuk stasiun bersejarah. Meski kontrak hak penamaan akan berakhir pada 16 April 2026, ia menganggap bahwa pengubahan nama karena perjanjian hak penamaan untuk bangunan bersejarah ataupun cagar budaya belum memiliki payung hukum yang jelas, sehingga ia menginginkan pemerintah untuk membuat peraturan khusus yang mengatur pengubahan nama objek yang berstatus cagar budaya.[22] Layanan kereta apiHampir semua layanan kereta api yang melintas di Kota Semarang berhenti di Stasiun Semarang Tawang, kecuali Kertajaya, Jayabaya, Airlangga, dan layanan kereta barang selain angkutan logistik Parcel ONS dan angkutan peti kemas. Berikut ini adalah layanan kereta api yang berhenti di stasiun ini sesuai Gapeka 2023 revisi per 26 Juli 2024. PenumpangAntarkota
Aglomerasi
Lokal
Barang
Antarmoda pendukung
Galeri
Lihat pulaCatatan kaki
Referensi
Pranala luar(Indonesia) Situs resmi KAI dan jadwal kereta api Wikimedia Commons memiliki media mengenai Semarang Tawang Station.
|