Stasiun Madiun
Stasiun Madiun (MN) adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di Madiun Lor, Manguharjo, Kota Madiun. Stasiun ini merupakan stasiun kereta api utama di Kota Madiun dan berada dalam pengelolaan Kereta Api Indonesia Daerah Operasi VII Madiun dengan ketnggian 63 m di atas permukaan laut. Stasiun Madiun berjarak 543 km arah timur dari Stasiun Bandung. Di sebelah utara kawasan stasiun ini terdapat pabrik Industri Kereta Api (INKA) yang merupakan satu-satunya industri perkeretaapian di Indonesia.[5][6] Pada 12–19 April 2023 menjelang Idulfitri, jumlah penumpang yang dilayani di Stasiun Madiun keseluruhan mencapai 27.856 penumpang, dengan rata-rata mencapai 10.049 penumpang per hari.[3] Stasiun Madiun mulai beroperasi pada tahun 1882, bersamaan dengan pembukaan jalur kereta api Surabaya–Madiun. Pada awalnya, bangunan stasiun ini memiliki corak gaya arsitektur chalet yang kemudian mengalami kerusakan parah akibat Peristiwa Madiun pada tahun 1948 sehingga bangunan stasiun telah mengalami perbaikan secara besar-besaran. Di sebelah timur stasiun, terdapat percabangan jalur kereta api menuju Ponorogo–Slahung yang telah dinonaktifkan pada tahun 1984. Stasiun Madiun melayani semua kereta api yang melintasi jalur kereta api di Pulau Jawa, baik kereta api penumpang maupun barang. Stasiun ini merupakan stasiun terminus bagi KA Bandara Internasional Adi Soemarmo rute Madiun–Surakarta–Bandar Udara Adi Soemarmo pp yang diluncurkan pada 2 November 2024.[7] SejarahLatar belakangSetelah berakhirnya Perang Diponegoro pada awal dasawarsa 1830-an, wilayah Madiun dikuasai oleh Hindia Belanda serta dijadikan wilayah berstatus keresidenan. Orang Belanda dan Eropa, terutama yang bekerja di bidang perkebunan dan perindustrian, kemudian menjadikan Kota Madiun sebagai tempat tinggal karena terdapat pengembangan berbagai perkebunan dan pabrik seperti perkebunan tebu dengan pabrik gula, perkebunan teh, kopi, tembakau, dan lain-lain.[8] Pembangunan jalur kereta apiUntuk mendukung pengiriman hasil bumi tersebut, maka diperlukan sistem transportasi terpadu, terutama pada sektor perkeretaapian. Pada tahun 1873, Pemerintah Kolonial Belanda mengeluarkan konsesi pembangunan jalur kereta api lintas Surabaya–Surakarta dan Madiun–Ponorogo.[9] Jalur kereta api Surabaya–Madiun selesai dibangun oleh Staatsspoorwegen (SS) pada 1 Juli 1882, kemudian dilanjutkan menuju Paron hingga selesai pada 2 Juli 1883.[10] RancanganBangunanStasiun Madiun merupakan stasiun satu sisi dengan bangunan utama yang terletak sejajar dengan rel dan emplasemen. Bangunan stasiun ini dilengkapi kanopi berbahan besi yang menaungi tiga jalur. Pada awalnya, bangunan Stasiun Madiun memiliki gaya arsitektur chalet yang diilhami dari bangunan rumah di Eropa dan memiliki tiga pintu di bagian muka stasiun.[11] Gaya arsitektur ini juga dapat dijumpai di stasiun-stasiun besar milik Staatsspoorwegen, seperti Surabaya Gubeng (sisi barat), Pasuruan, dan Kediri.[11] Namun, sebagian besar bagian bangunan stasiun, baik bangunan utama maupun emplasemen, mengalami kerusakan parah akibat Peristiwa Madiun pada tahun 1948.[11] Bangunan stasiun kemudian dilakukan perbaikan secara besar-besaran sehingga ciri khas bangunan stasiun gaya chalet sudah tidak terlihat.[11] Stasiun Madiun pernah dilengkapi balai yasa lokomotif uap yang terletak di sisi utara kawasan stasiun.[11] Balai yasa tersebut pernah digunakan sebagai tempat penyimpanan dan perawatan lokomotif uap. Namun, lokomotif uap kemudian mulai berhenti beroperasi secara beransur-ansur setelah Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) mendatangkan lokomotif diesel hidraulis pada tahun 1979. Balai Yasa Lokomotif Uap di sisi utara kawasan stasiun kemudian dialihfungsikan menjadi INKA pada 18 Mei 1981.[12] Tata letakStasiun Madiun memiliki delapan jalur kereta api; jalur 1–3 digunakan untuk pelayanan kereta api penumpang—ketiganya sedikit berbelok di dekat pos jaga perlintasan sebidang Jalan Yos Sudarso.[13][14] Jalur 4–7 digunakan untuk menyimpan kereta api barang maupun kereta api yang keluar dari INKA, serta jalur 8 merupakan jalur khusus sebagai tempat pengisian bahan bakar kereta api dan memiliki percabangan jalur menuju depo lokomotif dan pemutar rel.[13][14] Di sebelah barat stasiun dan di dekat perlintasan sebidang terdapat depo lokomotif dan percabangan rel menuju depo milik Pertamina serta terdapat pabrik INKA di sebelah utara kawasan stasiun.[5][13][14] Di sebelah timur bangunan stasiun terdapat kantor pengawas urusan kereta yang menempati bekas depo kereta serta terdapat percabangan jalur kereta api menuju Ponorogo–Slahung yang telah dinonaktifkan pada tahun 1984.[13][15] Untuk meningkatkan jumlah perjalanan serta keselamatan perjalanan kereta api, maka Direktorat Jenderal Perkeretaapian mulai membangun jalur ganda pada tahun 2017 yang dilakukan dengan merombak emplasemen Stasiun Madiun.[16][17] Perombakan emplasemen ini meliputi penambahan sepur lurus sehingga memiliki dua sepur lurus; jalur 3 dijadikan sepur lurus untuk arah Surakarta dan jalur 2 dijadikan sepur lurus arah Surabaya.[14] Pembangunan jalur ganda tersebut merupakan bagian dari ruang lingkup program percepatan pembangunan perkeretaapian tahun 2015–2019 dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional; jalur ganda dalam waktu jangka panjang dibangun menghubungkan Cirebon dengan Surabaya.[18] Jalur ganda yang menghubungkan Babadan–Madiun–Geneng telah selesai dibangun dan dioperasikan pada 16 Oktober 2019.[19]
Dari Stasiun Madiun ke arah barat di petak jalan Madiun–Magetan, terdapat Perhentian Semawur di Teguhan, Jiwan yang telah dinonaktifkan dan tidak menyisakan bangunan.[20] Namun, belum diketahui kapan perhentian tersebut ditutup dan tidak tercantum dalam Ichtisar Angkutan Penumpang dan Kiriman Biasa yang dikeluarkan oleh Djawatan Kereta Api pada awal tahun 1950-an.[21] Sistem persinyalanPada tahun 2007, sistem persinyalan Stasiun Madiun diubah dari mekanik menjadi sistem persinyalan elektrik dengan tipe MIS (Modular Interlocking System) produksi Siemens. Tiang sinyal lampu/cahaya dilengkapi dengan lampu diode pancaran cahaya yang dibuat oleh Len Industri.[4] Namun, sistem persinyalan kemudian diganti dengan perangkat antarkunci dan perangkat sinyal produksi Len Industri seiring pengoperasian jalur ganda pada tahun 2019.[22] Sarana penunjangPada tanggal 26 Desember 2023 saat perayaan Natal dan Tahun Baru 2024, Stasiun Madiun mulai menerapkan sistem pengenalan wajah untuk mempermudah dalam melakukan lapor masuk stasiun. Sistem ini juga diterapkan di sebelas stasiun kereta api utama, yaitu Stasiun Jakarta Gambir, Bandung, Cirebon, Semarang Tawang, Yogyakarta, Purwokerto, Surabaya Pasarturi, Surabaya Gubeng, Solo Balapan, dan Malang.[23] Layanan kereta api
Semua kereta api yang melintas di jalur Surabaya–Surakarta berhenti di Stasiun Madiun.[24] Kereta api tersebut pada umumnya melayani berbagai jurusan di Jawa, serta tersedia layanan kelas ekonomi, premium, bisnis, dan eksekutif. Per 1 Juni 2023, jumlah perjalanan kereta api penumpang yang berhenti di Stasiun Madiun terhitung sekitar 54 perjalanan.[24] Per 1 Juni 2023, terdapat penambahan layanan kereta api penumpang yang singgah di Stasiun Madiun, yaitu kereta api Argo Semeru, sebuah kereta api kelas eksekutif Argo yang diluncurkan untuk melayani rute Gambir–Surabaya Gubeng.[25] Selain itu, Stasiun Madiun juga melayani kereta api Bandara Internasional Adi Soemarmo (KA BIAS) rute Madiun–Surakarta–Bandar Udara Adi Soemarmo yang diluncurkan pada 2 November 2024.[7] KA BIAS menjadi kereta api lokal pertama yang beroperasi di lintas Madiun–Surakarta setelah layanan kereta api Madiun Jaya dihapus pada tahun 2017.[26] Selain kereta api penumpang, Stasiun Madiun juga melayani angkutan kereta api barang dengan jumlah perjalanan kereta api keseluruhan mencapai 12 perjalanan.[24] Sebanyak empat perjalanan kereta api barang parcel dilayani di stasiun ini dengan tujuan Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Malang.[27] Stasiun ini juga merupakan stasiun ujung bagi kereta api ketel Pertamina yang melayani angkutan bahan bakar minyak menuju Stasiun Benteng di Surabaya dan Stasiun Rewulu di Bantul, Yogyakarta.[28] Antarmoda pendukungStasiun Madiun dilayani angkutan DAMRI ke berbagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), antara lain Telaga Ngebel di Ponorogo dan Pantai Klayar di Pacitan.[29][30] Layanan tersebut diluncurkan pada 1 Februari 2022.[30]
Ciri khasStasiun Madiun memiliki melodi penyambutan kereta api berupa lagu dangdut berjudul "Pecel Madiun" yang diciptakan oleh Lambertus Suwiryo.[31] Di bagian dalam stasiun ini terdapat sebuah prasasti yang dibuat untuk mengenang seorang masinis, Mustofa, yang gugur dalam peristiwa kecelakaan kereta api Sancaka tahun 2018.[32] Di emplasemen sisi barat stasiun ini terdapat rel yang dibuat melengkung sebelum memasuki stasiun. Pada Mei 2021, keberadaan rel tersebut sempat menjadi viral di situs jejaring sosial Facebook.[33] Manajer Humas Kereta Api Indonesia Daerah Operasi VII Madiun, Ixfan Hendriwintoko, memberi pernyataan bahwa rel tersebut dibuat melengkung karena luas emplasemen yang terbatas dan terdapat bangunan rumah sinyal di ujung emplasemen yang dinyatakan sebagai cagar budaya.[33] Galeri
InsidenPada Kamis, 04 Mei 1995, sekitar pukul 03.47 WIB, KA 52 Mutiara Selatan dengan lokomotif CC201 06 anjlok dan terguling di stasiun Madiun akibat KA 52 berjalan terlalu cepat saat memasuki jalur 1 Stasiun Madiun. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, dan 7 orang mengalami luka ringan. Pasca peristiwa tersebut, lintasan KA di jalur selatan sempat tertutup total selama beberapa hari akibat kerusakan rel dan kereta yang menutupi jalur.[34] Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Stasiun Madiun. (Indonesia) Situs resmi KAI dan jadwal kereta api
|