Stasiun Kiaracondong


Stasiun Kiaracondong
Kereta Api Indonesia
B18C18

Bagian depan Stasiun Kiaracondong pintu utara
Nama lainStasiun Kircon
Lokasi
Koordinat6°55′28.76″S 107°38′47.62″E / 6.9246556°S 107.6465611°E / -6.9246556; 107.6465611
Ketinggian+681 m
Operator
Letak
km 160+124 lintas BogorBandungBanjarKutoarjoYogyakarta[1]
Jumlah peron7
Jumlah jalur6
LayananLintas selatan Jawa: Kutojaya Selatan, Pasundan, Kahuripan, Cikuray, Papandayan, Baturraden Ekspres, Pangandaran, Serayu, Lodaya, Mutiara Selatan, dan Malabar
Lokal: Commuter Line (Bandung Raya dan Garut)
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Informasi lain
Kode stasiun
  • KAC
  • 1601[2]
  • KIRCON
KlasifikasiBesar tipe B[2]
Sejarah
Dibuka16 September 1893
Nama sebelumnyaStopplaats Kiaratjondong
Operasi layanan
Stasiun sebelumnya Stasiun berikutnya
Cikudapateuh
menuju Purwakarta
Commuter Line Bandung Raya
Purwakarta–Cicalengka
Gedebage
menuju Cicalengka
Cikudapateuh
menuju Padalarang
Commuter Line Bandung Raya
Padalarang–Cicalengka
Cikudapateuh
menuju Purwakarta
Commuter Line Garut Gedebage
menuju Garut
Fasilitas dan teknis
FasilitasParkir Parkir sepeda Cetak tiket mandiri Ruang/area tunggu Pemesanan langsung di loket Layanan pelanggan Pusat informasi Musala Toilet Jalur difabel Tempat naik/turun Pos kesehatan Tempat bermain anak Galeri ATM Pertokoan/area komersial Ruang menyusui Isi baterai Area merokok Troli Sistem pengenalan wajah Air minum 
Tipe persinyalan
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Stasiun Kiaracondong (KAC) atau disebut juga dengan Stasiun Kircon adalah stasiun kereta api kelas besar tipe B yang terletak di Kiaracondong, Bandung, tepatnya di batas antara Babakansari dan Kebonjayanti. Stasiun yang terletak pada ketinggian +681 meter ini termasuk dalam pengelolaan Daerah Operasi II Bandung dan KAI Commuter dengan jarak 173 km arah tenggara dari Jakarta Pasar Senen. Dahulu seluruh kereta api penumpang, mulai dari kelas eksekutif sampai ekonomi, dilayani di Stasiun Bandung. Peningkatan jadwal pemberangkatan di Stasiun Bandung menjadi alasan semua keberangkatan kereta api antarkota kelas ekonomi lintas selatan Jawa dipindahkan ke Stasiun Kiaracondong, sedangkan kereta api antarkota kelas eksekutif, campuran, dan sebagian kecil kelas ekonomi tetap dilayani di Stasiun Bandung.

Stasiun Kiaracondong menjadi titik ujung timur jalur rel ganda kawasan Bandung Raya (Padalarang-Cicalengka) menghubungkan Kota Bandung dengan berbagai tujuan di Pulau Jawa, terutama di jalur selatan Jawa. Saat ini kereta kelas campuran juga berhenti di stasiun ini untuk menaikturunkan penumpang, baik dalam perjalanan dari maupun ke Stasiun Bandung. Kebijakan ini menjadikan stasiun ini sebagai titik keberangkatan dan kedatangan penumpang kedua di kawasan tersebut.

Kereta api yang melintas langsung/tidak berhenti di stasiun ini adalah KA Argo Wilis dan Turangga serta angkutan barang.

Sejarah

Awal pembangunan

Stasiun Kiaracondong mulanya dirintis sebagai perhentian kecil dengan nama Stopplaats Kiaratjondong. Pertama kali diiklankan oleh Staatsspoorwegen (SS) pada 7 September 1893 dalam koran Bataviaasch Handelsblad, SS merencanakan akan membuka jalur kereta api baru Cibatu–Tasikmalaya serta membuka Stopplaats Kiaratjondong pada 16 September 1893.[5]

Karena jarak Kiaracondong ke pusat Kota Bandung kala itu masih jauh, muncul surat pembaca yang ditulis oleh seseorang berinisial "B" pada de Preangerbode edisi 11 Oktober 1897, menanggapi pembukaan stopplaats baru di lintas Bandung, yakni Cimindi, Cibodas, dan Ciledug. Pada surat pembaca itu, B mengatakan bahwa Stopplaats Kiaracondong layak untuk ditutup karena pada masa itu, stopplaats ini lokasinya lebih jauh dari Bandung dan sedikit penumpang Inlanders (pribumi) yang naik turun di situ. Ia mengusulkan agar SS membangun perhentian baru di Cikudapateuh, untuk menjaring penumpang di kawasan pinggiran Kota Bandung yang kala itu, jaraknya ke Stasiun Bandung masih jauh.[6]

Menjadi stasiun

Menanggapi surat pembaca yang muncul pada 1897, perhentian Kiaracondong akhirnya dipertahankan dan terus dikembangkan oleh SS. Pada tahun 1919, SS mewacanakan untuk meningkatkan status stopplaats menjadi halte (setara stasiun kecil), sehubungan dengan perkembangan jalur kereta api Bandung. Dengan mempertimbangkan keputusan yang telah disepakati Volksraad (Dewan Rakyat), dilakukan peningkatan jalur dan pembangunan emplasemen barang di Bandung dan Batavia. Total anggaran yang diperkirakan mencapai ƒ1.429.000,00. Adapun rincian proyeknya antara lain:[7]

  • pembangunan area bongkar muat di Cikudapateuh (kemungkinan sekarang Gudang Persediaan);
  • pembangunan emplasemen langsir baru di barat Stasiun Bandung (bekas pabrik kopi, kemungkinan kelak Stasiun Bandung Gudang);
  • pembelian perlengkapan gudang persenjataan (magazijn) di Bandung bagian barat;
  • pembangunan Halte beserta emplasemen langsir Kiaracondong
  • pembangunan jalur ganda yang menghubungkan Stasiun Bandung dan emplasemen langsir baru di baratnya;
  • pembangunan kantor sementara untuk tempat kerja bagi insinyur yang terlibat dalam proyek ini.

Untuk mewujudkan program tersebut, pada 2 Mei 1920, status Halte Kiaracondong dinaikkan statusnya menjadi stasiun operasi/stasiun sinyal (seinstation).[8] Konstruksi emplasemen langsir Kiaracondong dimulai pada Mei 1921.[9] Emplasemen ini akhirnya rampung pada Juli 1922. Saat pembukaan, Tuan Holtrop, mengundang wartawan de Preangerbode untuk tur keliling emplasemen. Emplasemen ini menjadi emplasemen langsir terbesar di Hindia Belanda kala itu, dengan total 21 jalur. Emplasemen langsir ini memiliki tujuh jalur utama yang diperlengkapi peralatan persinyalan mekanik tipe alkmaar, serta 13 jalur sisanya merupakan jalur langsir dan penyimpanan sarana. Di kesempatan itu, J.A. Versigny dipercaya sebagai pengawas, yang pada saat yang sama juga bekerja di Stasiun Padalarang.[10]

Bangunan dan tata letak

Huruf timbul Stasiun Kiaracondong, desain versi 2017

Stasiun ini awalnya memiliki 21 jalur kereta api, dengan tujuh jalur berfungsi sebagai jalur utama yang digunakan untuk operasional kereta api serta 13 sisanya merupakan jalur emplasemen pembantu (marshalling yard) untuk menyimpan gerbong.[10] Setelah beralih fungsi menjadi stasiun kereta api penumpang, dengan dibukanya bangunan sisi utara stasiun ini pada akhir dekade 1990-an,[butuh rujukan] stasiun ini menyisakan ketujuh jalur utama tersebut. Jalur 3 merupakan sepur lurus untuk jalur ganda ke arah Bandung/Padalarang, sedangkan jalur 2 merupakan sepur lurus dari arah Bandung/Padalarang. Namun, jalur 4 dibongkar saat pembangunan jalur ganda sehingga tersisa enam jalur saja.

Terdapat dua pintu masuk Stasiun Kiaracondong. Pintu masuk sayap utara dengan bangunan yang terinspirasi dari arsitektur art deco menghadap Jalan Ibrahim Adjie, sementara bangunan lama stasiun menghadap Jalan Stasiun di sayap selatan. Sayap utara memiliki area parkir yang cukup luas, sedangkan sayap selatan hanya memiliki area parkir motor.

Di dekat stasiun ini terdapat Balai Yasa Kiaracondong, balai yasa yang khusus digunakan untuk perawatan dan perbaikan jembatan; meliputi pengadaan suku cadang untuk jembatan-jembatan kereta api yang masih aktif, perbaikan rangka jembatan, pembuatan jembatan baru, dan pemeliharaan rutin.[11]

Dari stasiun ini dahulu pernah ada jalur cabang menuju Ciwidey yang sudah dinonaktifkan. Percabangannya dimulai di sebelah barat jalur 1 stasiun ini, tepatnya di pertengahan petak jalan antara Cikudapateuh–Kiaracondong. Di pertengahan petak tersebut terdapat pos sinyal Cibangkonglor yang kini hanya menyisakan bekas tiang sinyalnya saja. Di tempat yang sama juga terdapat jalur pendek menuju Karees yang juga sudah dinonaktifkan.

Terdapat pula percabangan menuju ke pabrik PGN yang sudah nonaktif sejak tahun 1980-1990-an. Percabangannya menyatu dengan jalur menuju ke Balai Yasa Jembatan Kiaracondong dan Pusat Diklat KAI. Di sebelah timur stasiun ini juga memiliki percabangan menuju ke PT Pindad (Persero) yang sudah tidak aktif sejak awal medio 2000-an.

Sejak 6 April 1999, stasiun ini telah menggunakan persinyalan elektrik.[3] Kemudian per 15 Oktober 2024, sistem persinyalan tersebut diganti dengan yang terbaru produksi PT Len Industri.

Sejak 2022, emplasemen stasiun ini dirombak besar-besaran sebagai bagian dari proyek jalur ganda lintas Bandung Raya tahap kedua pada petak Kiaracondong–Gedebage. Jalur ganda tersebut resmi dioperasikan pada 15 Oktober 2024.[4]

B18C18

1 Skybridge
G

Lantai peron

Bangunan stasiun sisi utara (kereta api antarkota)
Peron 4 (sisi)
Jalur 6 Kereta Api Indonesia Pemberhentian, keberangkatan, dan kedatangan KA antarkota
Peron 3 (pulau)
Jalur 5 Kereta Api Indonesia Pemberhentian, keberangkatan, dan kedatangan KA antarkota
Peron 2 (pulau)
Jalur 4 Kereta Api Indonesia Keberangkatan dan kedatangan KA antarkota
(Cikudapateuh)      Commuter Line Garut, tujuan Padalarang/Purwakarta
     Commuter Line Bandung Raya, tujuan Padalarang/Purwakarta
Jalur 3 Sepur lurus arah Bandung
Jalur berjalan langsung kereta api ke arah barat
Jalur 2 Sepur lurus arah Cicalengka
Jalur berjalan langsung kereta api ke arah timur
Jalur 1 (Cikudapateuh)      Commuter Line Garut, tujuan Cibatu/Garut dan tujuan Padalarang/Purwakarta (Gedebage)
     Commuter Line Bandung Raya, tujuan Cicalengka dan tujuan Padalarang/Purwakarta
Peron 1 (sisi)
Bangunan stasiun sisi selatan (kereta api lokal dan antarkota)

Layanan kereta api

Berikut ini adalah layanan kereta api yang berhenti di stasiun ini sesuai Gapeka 2023 revisi per 1 September 2024.

Antarkota

Lintas selatan Jawa
Nama kereta api Kelas Relasi perjalanan Keterangan
Campuran
Papandayan Panoramic Gambir Garut Via BandungCibatu
Eksekutif
Ekonomi Premium
Baturraden Ekspres Eksekutif Bandung Purwokerto Via TasikmalayaKroya

Dihentikan sementara


Bisnis
Pangandaran Panoramic Gambir Banjar Via BandungTasikmalaya
Eksekutif
Ekonomi Premium
Lodaya Eksekutif Bandung Solo Balapan Via TasikmalayaKroya
Ekonomi
Mutiara Selatan Eksekutif Surabaya Gubeng Via TasikmalayaYogyakarta
Ekonomi Premium
Malabar Eksekutif Malang
Ekonomi Premium
Ekonomi
Kutojaya Selatan Ekonomi Kiaracondong Kutoarjo Via TasikmalayaKroya
Pasundan Surabaya Gubeng Via TasikmalayaLempuyangan
Kahuripan Blitar
Cikuray Pasar Senen Garut Via KiaracondongCibatu
Serayu Purwokerto Via KiaracondongKroya
Nama kereta api Relasi perjalanan Keterangan
B Commuter Line Bandung Raya Kiaracondong Cicalengka Perjalanan menuju Cicalengka hanya dua kali pada pagi hari, sedangkan sebaliknya hanya sekali pada malam hari.
Padalarang Kiaracondong Perjalanan searah hanya pada malam hari.
Cicalengka Purwakarta
Padalarang
C Commuter Line Garut Garut Purwakarta Perjalanan menuju Purwakarta hanya pada siang hari, sedangkan sebaliknya pada pagi dan malam hari.
Padalarang Perjalanan searah hanya pada pagi hari.
Cibatu Perjalanan menuju Padalarang hanya pada pagi hari, sedangkan sebaliknya pada malam hari.

Galeri

Referensi

  1. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  2. ^ a b Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  3. ^ a b Sugiana, A.; Lee, Key-Seo; Lee, Kang-Soo; Hwang, Kyeong-Hwan; Kwak, Won-Kyu (2015). "Study on Interlocking System in Indonesia" (PDF). Nyeondo Hangugcheoldohaghoe Chungyehagsuldaehoe Nonmunjib (Korean Society for Railway) (46). 
  4. ^ a b "Viral Penumpang Menumpuk di Stasiun Rancaekek, Ini Penjelasan KAI Daop 2 Bandung". Republika Online. 2024-10-15. Diakses tanggal 2024-10-15. 
  5. ^ "Staatsspoorwegen op Java - Westerlijnen (advertentie)". Bataviaasch Nieuwsblad. 7 September 1893. Diakses tanggal 2024-12-08. 
  6. ^ "Van Bandoeng schrijft men aan het Nieuwsblad". de Preanger-bode. 1897-10-11. Diakses tanggal 2024-10-01. 
  7. ^ "Spoorwegtoestand te Bandoeng". de Preangerbode. 5 Juni 1919. Diakses tanggal 2024-12-09. 
  8. ^ "Seinstation". de Preangerbode (Avondblad). 3 Mei 1920. Diakses tanggal 2024-12-09. 
  9. ^ "Rangeer-emplacement". de Preangerbode (Avondblad). 2 Mei 1921. Diakses tanggal 2024-12-09. 
  10. ^ a b "Nieuw Rangeeremplacement". de Preangerbode. 28 Juli 1922. Diakses tanggal 2024-12-09. 
  11. ^ Unit Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur. "Balai Yasa Jembatan Kiaracondong". Diakses tanggal 13 Juni 2015. 

Pranala luar

Stasiun sebelumnya Piktogram dari KA Jarak Jauh Lintas Kereta Api Indonesia Stasiun berikutnya
Cikudapateuh
menuju Padalarang
Padalarang–Kasugihan Gedebage
menuju Kasugihan
Cibangkonglor
menuju Karees
Percabangan menuju Karees
Jalur cabang menuju eks-depot minyak Pertamina Samoja
serta menuju pergudangan Karees
Terminus
Kembali kehalaman sebelumnya