Stasiun Bangil
Stasiun Bangil (BG) adalah stasiun kereta api kelas I yang terletak di Pogar, Bangil, Pasuruan. Stasiun ini merupakan stasiun paling timur di Daerah Operasi VIII Surabaya lintas Bangil–Sidoarjo sekaligus merupakan stasiun aktif paling barat di Kabupaten Pasuruan dengan jarak 47 km arah selatan dari Stasiun Surabaya Kota. Ke arah timur dari stasiun ini terdapat jalur percabangan menuju Probolinggo dan Malang. Ke arah timur sebelum Stasiun Pasuruan, terdapat Stasiun Kraton yang sudah dinonaktifkan karena jarak antarstasiun yang tidak terlalu jauh dengan Stasiun Pasuruan. Sementara itu, ke arah barat sebelum Stasiun Porong, terdapat Stasiun Gununggangsir yang juga sudah dinonaktifkan karena memiliki tingkat pemasukan yang rendah. Stasiun ini merupakan stasiun utama di Kabupaten Pasuruan sehingga dijadikan stasiun pemberhentian bagi semua kereta api penumpang serta melayani bongkar muat angkutan batu balas/kricak di Daop VIII. SejarahStasiun Bangil diresmikan oleh perusahaan kereta api negara Hindia Belanda bernama Staatsspoorwegen (SS) wilayah Eksploitasi Timur atau Oosterlijnen pada 16 Mei 1878 bersamaan dengan pembukaan jalur kereta api Surabaya–Pasuruan, merupakan salah satu di antara jalur kereta api pertama yang dibangun oleh perusahaan tersebut. Stasiun ini tergolong besar serta memiliki depo lokomotif. Setelah pembangunan jalur Surabaya–Pasuruan usai, SS juga melakukan progres pembangunan jalur menuju Malang yang kemudian dibuka pada 20 Juli 1879.[3][3] Bangunan stasiun sempat diperluas pada tahun 1905 hingga bisa dilihat fisiknya saat ini. Pada pembangunan jalur baru ke Malang, selain berfungsi sebagai jalur penghubung dari daerah perkotaan (Surabaya dan sekitarnya) ke daerah destinasi wisata (terutama ke daerah Batu) dan tempat peristirahatan, jalur ini juga dikenal melewati daerah pegunungan dan memiliki medan yang memiliki banyak tanjakan dan turunan, terutama di daerah Sengon yang memiliki gradien kemiringan yang cukup curam. Pada awal beroperasinya, Staatsspoorwegen tidak memiliki armada lokomotif yang besar dan cukup kuat untuk melayani jalur ini. Maka, dibangunlah sebuah depo lokomotif yang berfungsi sebagai tempat penampungan dan perbaikan lokomotif dari dan ke arah Malang. Depo ini pada awalnya pernah menjadi persinggahan lokomotif-lokomotif uap buatan Fox, Walker & Co., Inggris, armada lokomotif SS300 dan SS400 (lokomotif C11 dan C12) buatan Hartmann, Jerman juga didatangkan untuk melengkapi armada lokomotif dari dan ke arah Malang.[4] Lambat laun, akhirnya pernah menjadi tempat persinggahan armada lokomotif besar dan kuat, seperti lokomotif mallet seri SS520 (lokomotif CC10) dan beberapa jenis lokomotif kereta api ekspress seperti SS1000 (lokomotif C53), SS800 "Javanic" (lokomotif F10) yang merupakan armada loko mutasi dari jalur pegunungan Jawa Barat, kemudian SS1100 dan SS1300 (C27 dan C28). Sejak tahun 1934, SS menghadirkan layanan kereta api ekspres untuk menghubungkan perkotaan (Surabaya) ke daerah peristirahatan di Malang bernama Vlugge Vijf (Cepat Lima). Kereta api ekspres ini pernah membukukan rekor perjalanannya yang hanya dapat ditembus dalam waktu 1 jam 15 menit (75 menit) saat ditarik armada lokomotif ekspres andalan seri SS1300 (lokomotif C28), hal ini tidak terlepas dari keberadaan jalur ganda dari Surabaya–Porong, pemasangan traksi ganda dari dipo lokomotif stasiun ini (untuk menaklukkan jalur curam ke Malang) juga kecepatan di sepanjang jalur KA ini yang ditingkatkan mencapai 90 km/jam pada akhir 1930-an.[5] Stasiun ini juga pernah terhubung dengan jalur ke arah Pandaan–Japanan milik Modjokerto Stoomtram Maatschappij (MSM) untuk pengangkutan barang, salah satunya adalah gula dari pabrik-pabrik gula yang beroperasi di sana di sebelah selatan emplasemen stasiun yang dibuka pada tanggal 4 Mei 1919. Jalur ini merupakan perpindahan dari jalur lama yang diresmikan pada tanggal 18 September 1899[6], sebagai imbas proyek lanjutan MSM berupa jalur yang terhubung ke Pabrik Gula (PG) Sumberredjo di sebelah utara yang seharusnya juga dibangun, tetapi tidak kunjung dieksekusi karena jalur ini dianggap kurang menguntungkan bagi MSM hingga pada akhirnya pembangunan jalur ke PG Sumberredjo diambil alih oleh Staatsspoorwegen (SS) dan jalur MSM yang awalnya dari jalur satu dipindah ke sebelah selatan.[7] Sedangkan untuk PG Sumberredjo sendiri tutup sekitar tahun 1932/1933 disusul oleh PG Pandaan dan PG Japanan sebagai imbas dari Depresi Besar, kemudian kompleks PG Sumberredjo diakuisisi oleh NV.Textielfabriek en Handelsmaatschappij Kantjil Mas dan berubah nama menjadi Pabrik Tekstil Kantjil Mas. Fasad bangunan ini mirip seperti Stasiun Kertosono, tetapi bangunan utama stasiun saat ini sudah tidak terlihat asli, kecuali pada bagian kanopi dan depo lokomotif yang kini sudah tidak digunakan. Dalam beberapa catatan sejarah, bangunan utama yang asli Stasiun Bangil telah dijatuhi bom melalui serangan udara sebagai dampak serangkaian Agresi Militer Belanda II pada tahun 1948 di wilayah Pasuruan–Sidoarjo. Kemungkinan besar stasiun ini telah dibangun ulang oleh Djawatan Kereta Api (DKA) setelah Agresi sehingga stasiun ini kembali beroperasi pada tahun berikutnya.[8][9] Bangunan dan tata letakStasiun Bangil memiliki delapan jalur kereta api ditambah dua jalur menuju gudang yang terletak di sebelah barat daya stasiun. Jalur 2 merupakan sepur lurus dari dan ke arah timur (Jember–Ketapang), jalur 3 merupakan sepur lurus arah selatan (Malang–Blitar–Kertosono) dan barat (Surabaya), serta jalur 6–8 merupakan jalur parkir rangkaian KA angkutan BBM. Kedua jalur yang menuju gudang tersebut kini lebih sering digunakan untuk aktivitas bongkar muat angkutan batu balas/kricak.
Dari emplasemen stasiun terdapat percabangan menuju Pandaan, yang sudah dinonaktifkan bersamaan dengan penonaktifan seluruh jalur kereta api Modjokerto Stoomtram Maatschappij (MSM) pada tahun 1969. Jalur tersebut digunakan untuk angkutan barang, yang kemudian menyambung dengan Japanan. Di sebelah barat emplasemen stasiun ini terdapat sebuah depo lokomotif. Di belakang depo tersebut terdapat stasiun singgah bagi kereta api milik MSM. Per Mei 2010, sistem persinyalan mekanik di stasiun ini telah diganti dengan sistem persinyalan elektrik berbasis kontrol logika terprogram (Programmable Logic Controller, PLC) buatan Len Industri, yaitu Sistem Interlocking Len generasi ke-2 (SIL-02).[10] InsidenPada 12 Mei 2006, seorang wanita—diduga mengalami gangguan jiwa—memasuki lokomotif CC201 79R yang menarik 23 gerbong ketel BBM tujuan Malang saat masinis turun di Stasiun Bangil.[11] Masinis tersebut turun dari lokomotif untuk koordinasi pembagian rangkaian gerbong menjadi lima rangkaian. Pada saat itulah, wanita tersebut masuk ke dalam lokomotif dan menjalankan kereta ke arah Surabaya, tetapi wanita tersebut tidak mampu mengendalikan lokomotif. Begitu KA akan memasuki Stasiun Sidotopo, kereta itu ditahan sehingga rangkaian gerbong ketel tersebut anjlok semua. Delapan gerbong berisi bahan bakar bensin premium dan satu gerbong berisi bahan bakar solar terguling dan tumpah. Pada akhirnya, wanita tersebut ditangkap petugas setempat. Diduga wanita tersebut mengalami gangguan jiwa karena memberikan jawaban tidak masuk akal saat diinterogasi.[12] Layanan kereta apiBerikut ini adalah layanan kereta api yang berhenti di stasiun ini sesuai Gapeka 2023 revisi per 1 November 2024. Antarkota
Aglomerasi
Lokal (Commuter Line)
Galeri
Referensi
Pranala luar(Indonesia) Situs resmi KAI dan jadwal kereta api
|