Papua Barat Daya
Papua Barat Daya adalah sebuah provinsi di Indonesia, dan merupakan pemekaran dari provinsi Papua Barat pada tahun 2022.[4] Papua Barat Daya menjadi provinsi ke-38 di Indonesia.[5] Wilayah yang termasuk dalam provinsi ini meliputi kawasan Sorong Raya yang terdiri dari Kota Sorong, Kabupaten Sorong, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Maybrat, Kabupaten Tambrauw, dan Kabupaten Raja Ampat.[1][6] Provinsi ini salah dinamai karena terletak di bagian barat laut Pulau Papua.[7] Papua Barat Daya terletak di ujung barat laut Semenanjung Doberai atau Semenanjung Kepala Burung. Ujung paling barat provinsi ini merupakan Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Raja Ampat yang keindahannya sudah mendunia dan memiliki keanekaragaman biota laut yang tinggi seperti terumbu karang, penyu raksasa, pari manta hingga hiu paus sehingga disebut surganya penyelam. Kepulauan Raja Ampat terdiri dari berbagai pulau seperti Batanta, Misool, Salawati, dan Waigeo.[8][9] Ibu kota Papua Barat Daya adalah Sorong yang dikenal sebagai penghasil minyak dan gas fosil serta sebagai pintu masuk ke Papua dengan pelabuhan yang lengkap dan bandar udara yang menjadikannya salah satu kota paling maju di Papua.[10] Di provinsi ini banyak terdapat ekosistem seperti hutan hujan tropika dan pegunungan yang masih terjaga kelestariannya. Kabupaten Tambrauw mendeklarasikan daerahnya sebagai kabupaten konservasi untuk meningkatkan ekowisata salah satunya sebagai destinasi pengamatan burung atau birdwatching.[11][12] SejarahMasa Kesultanan TidoreKepulauan Raja Ampat di Papua Barat Daya adalah wilayah yang dikenal sejak zaman dahulu karena memiliki pemerintahan tradisional yang dipimpin oleh 'Jaja' (tuan tanah). Lalu pemerintahan ini berkembang menjadi kerajaan tradisional dengan migrasi para 'Fun' (raja) suku Ma'ya dari Pulau Waigeo yang juga bersamaan dengan migrasi suku Biak di kepulauan ini. Pemerintahan tradisional di wilayah ini juga kemudian terpengaruhi oleh Kesultanan Bacan dan Kesultanan Tidore melalui hubungannya dengan Gurabesi (asal Biak) guna perluasan wilayah kesultanan Tidore dan pengadopsian sistem pemerintahan kolano (kerajaan) dan ditandai dengan diangkatnya empat orang raja yang disebut Kalano Muraha atau Kolano Ngaruha[13] yang dalam bahasa Melayu berarti "Raja Ampat".[14][15] Keempat raja diangkat untuk membantu penarikan upeti dan hubungan dagang berbagai wilayah di pesisir Tanah Besar dengan Kesultanan Tidore. Berdasarkan cerita masyarakat yang dicatat Mansoben, Fun Giwar menjadi leluhur raja di Waigeo, Fun Malaban menjadi leluhur raja di Salawati, Fun Bis menjadi leluhur raja di Lilinta (Misool). Selanjutnya Tuimadahe diangkat menjadi raja di Waigama (Misool) yang keturunannya bersatu dengan keturunan 'Jaja' setempat asal suku Matbat. Sedangkan Fun Mo seorang suku Moi dari Sungai Malyat (terletak di sebelah selatan Kota Sorong) menjadi leluhur raja di Sailolof yang kemudian menikah dengan anak perempuan Raja Waigeo. Menurut masyarakat lokal, Waigama bukan merupakan salah satu dari 'Raja Ampat', sedangkan menurut Kesultanan Tidore, Sailolof bukan merupakan salah satu dari empat kerajaan yang dimaksud.[15] Masa KolonialKesultanan Tidore jatuh ke tangan Belanda di abad ke-17 sehingga seluruh kekuasaan Tidore termasuk Pulau Papua bagian barat dimasukkan ke wilayah Hindia Belanda. Pada masa Hindia Belanda, Papua dianggap memiliki nilai ekonomis yang kecil dibandingkan pulau lainnya sehingga cenderung dilupakan. Namun Pemerintah Belanda menyadari bahwa penjajahan Papua dapat mencegah bangsa Eropa lain mendekati pulau lainnya di Hindia Belanda yang mengganggu monopoli perdagangan terutama rempah-rempah di Kepulauan Maluku. Sampai akhir abad ke-19 komoditas utama di Papua adalah budak dan bulu cenderawasih.[16] Awal abad ke-20, bangsa Eropa mulai menemukan tanda-tanda potensi mineral di Papua. Tahun 1935, Nederlandsch Nieuw Guinee Petroleum Maatschappij (NNGPM) didirikan untuk melakukan eksplorasi migas. Akhirnya minyak berhasil ditemukan di berbagai tempat misalnya di Klamono dan Selat Sele (selat antara Pulau Papua dan Pulau Salawati), keduanya berada di wilayah Kabupaten Sorong.[17] Pada awal abad ke-20, Belanda membagi Pulau Papua menjadi beberapa afdeeling. Salah satunya adalah Afdeeling Noord Nieuw Guinea (Nugini Utara) yang berpusat di Manokwari. Afdeeling tersebut dibagi menjadi beberapa onderafdeeling, salah satunya adalah onderafdeeling Sorong yang berpusat di Pulau Doom. Belanda kemudian membangun perkantoran, gereja dan pemukiman serta menata perkotaan di pulau ini sehingga menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan. Penduduk yang hidup di waktu itu menceritakan bagaimana Pulau Doom terang benderang di malam hari padahal Sorong masih gelap gulita.[18] Papua jatuh ke tangan Jepang di tahun 1942. Wilayah ini menjadi salah satu lokasi pertempuran pada Perang Dunia II. Tentara sekutu dibawah Jenderal Douglas MacArthur menerapkan strategi lompat pulau atau island hopping dengan memutus rantai logistik Jepang. Pasukan sekutu satu persatu menguasai pesisir utara Papua dimulai dari Jayapura, Biak, dan pulau-pulau selanjutnya hingga terakhir di Sausapor yang berada di Kabupaten Tambrauw. Sekutu mengirimkan mata-mata untuk mencari tempat yang cocok untuk mendarat dan kemudian pantai Sausapor dipilih. Sausapor yang pertahanannya lemah berhasil dikuasai oleh pasukan sekutu pada Operasi Globetrotter bulan Juli-Agustus 1944. Lapangan terbang kemudian dibangun di Sausapor sehingga menjadi markas sekutu untuk menyerang Maluku dan Filipina. Pasukan Jepang di Manokwari dan Sorong yang terputus dari unit lainnya melarikan diri ke hutan dan sembunyi hingga perang usai. Operasi Sausapor menandai bebasnya Papua dari Jepang. Sausapor sekarang banyak terdapat bekas peninggalan perang tersebut.[19] Pasca KolonialKepulauan Raja Ampat menjadi saksi dari berbagai pertempuran Indonesia dalam upaya operasi Trikora. Penyusupan pertama ke kepulauan Raja Ampat adalah usaha PG 200 pada 14 September 1961 berjumlah 39 orang dibawah Letnan Jamaluddin Nasution. Sayangnya Letnan Nasution beserta dua orang papua, Gerson Esuru (asal Kampung Warwasi, Arguni) dan Wos Rumaserang (keduanya dari Gerakan Pelarian Pemuda) gugur dalam usaha ini. Lalu pasukan PG 300, Komando kompi 191261 dibawah Letnan Nana yang berusaha menginfiltrasi Pulau Gag dalam usaha ini sekitar 29 warga lokal ikut bergabung komando ini, dan KI 191260 dibawah Serma Boy Thomas yang berasal dari Pulau Yu menuju ke Tanjung Dalpele di Pulau Waigeo setelah berhasil berlindung di Pulau Bala-Bala. Usaha ini dilanjutkan dengan PG 400 (anggota selamat KRI Macan Tutul) pimpinan Charles Papilaya dan PG 500 (mantan pemberontak Permesta) yang dipimpin oleh Jonkey Robert Komontoy yang berangkat dari Gebe menuju Waigeo. Di sana mereka berhasil bergabung dengan Herlina Kasim dan juga PG 200 yang sudah datang lebih dahulu. Keberadaan para pasukan ini di Waigeo hingga akhir konflik dengan perjanjian New York dikarenakan pasukan Belanda jarang mengunjungi wilayah ini.[20][21][22] Pada akhirnya Pulau Papua berhasil dikuasai Indonesia di tahun 1963. Di tahun 1969, Pemerintah mulai menyusun pembagian administratif di wilayah ini. Bekas onderafdeeling Sorong diubah menjadi Kabupaten Sorong yang wilayah cakupannya mirip Provinsi Papua Barat Daya yang sekarang.[23] Pulau Doom yang lahannya sempit mulai ditinggalkan sedangkan Kota Sorong di daratan Pulau Papua lama kelamaan semakin ramai dan padat penduduk karena lokasinya yang strategis. Pulau Doom sekarang menjadi ibu kota kecamatan Sorong Kepulauan sedangkan bangunan tua disana dipugar menjadi kantor pemerintah atau dibiarkan terbengkalai. Jumlah penduduk di Sorong juga bertambah dengan dibukanya program transmigrasi oleh pemerintah.[18][24] Karena Sorong semakin berkembang pesat, pemerintah daerah mengusulkan peningkatan status Sorong menjadi Kota Administratif yang kemudian disetujui Kementerian Dalam Negeri pada tahun 1996. Tahun 1999, Kota Sorong diresmikan undang-undang dan berpisah dari Kabupaten Sorong.[25] Adanya otonomi daerah membuat jumlah kabupaten pemekaran meningkat pesat. Kabupaten Sorong lama kelamaan luasnya makin mengecil akibat pemekaran wilayah. Tahun 2002, Sorong Selatan dan Raja Ampat dimekarkan kemudian Maybrat dan Tambrauw dimekarkan pada tahun 2008. Usaha pemekaran Papua Barat Daya didasari atas konflik untuk penentuan ibu kota Papua Barat masa itu antara Manokwari dan Sorong. 'Kubu Manokwari' beralasan Manokwari merupakan mnukwar (kampung lama), dikarenakan merupakan lokasi resident Belanda awalnya. Selain itu juga merupakan visi John Piet Wanane untuk mengembangkan Sorong Raya menjadi wilayah pemerintahan sendiri-sendiri sesuai dengan kelompok-kelompok etnik yang ada di wilayah itu, yang kemudian mempersiapkan dan mengkoordinir pemekaran di daerah Sorong Raya.[26] Seluruh bekas Kabupaten Sorong atau juga disebut Sorong Raya tersebut kemudian diresmikan dalam undang-undang menjadi Provinsi Papua Barat Daya pada tahun 2022. Pemekaran di wilayah ini diwarnai banyak kontroversi. Di Kabupaten Maybrat terjadi perdebatan lokasi ibu kota kabupaten, antara Kumurkek dan Ayamaru. Kumurkek didukung masyarakat Aifat sedangkan Ayamaru didukung masyarakat Ayamaru dan Aitinyo. Perebutan ibu kota ini terjadi hingga Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa ibu kota berada di Ayamaru pada tahun 2013. Perpecahan masyarakat masih terjadi, sehingga diadakan pertemuan adat dan akhirnya disetujui bahwa ibu kota berada di Kumurkek pada tahun 2019. Setelah terjadi pemindahan ibu kota, masyarakat Ayamaru berencana memisahkan diri dengan membentuk Kabupaten Maybrat Sau.[27][28] Kontroversi lainnya adalah masalah pinjam kecamatan yang terjadi di Kabupaten Tambrauw. Setelah dibentuk, Kabupaten Tambrauw yang dimekarkan dari Sorong meminjam 4 kecamatan milik Kabupaten Manokwari. Mahkamah Konstitusi menyetujui perpindahan kecamatan tersebut di tahun 2013 yang berujung protes dari masyarakat. Masyarakat Kebar, Amberbaken, Mubrani, dan Senopi yang merasa dipindah paksa ke Tambrauw kemudian mendeklarasikan Kabupaten Manokwari Barat. Dengan adanya pemekaran Papua Barat Daya, masyarakat meminta agar 4 distrik yang kemudian menjadi 11 distrik ini menjadi Kabupaten Manokwari Barat dan dikeluarkan dari provinsi baru ini karena cenderung lebih dekat secara jarak dan adat dengan Manokwari dibandingkan Sorong dan merupakan wilayah adat suku Arfak. Namun hal ini belum terwujud sampai provinsi baru ini terbentuk.[29][30] Papua Barat Daya disahkan menjadi Undang-undang pada 17 November 2022 oleh DPR dan diresmikan pada 9 Desember 2022 oleh Kemendagri. Pada hari peresmian, juga dilakukan pengangkatan Muhammad Musa'ad sebagai penjabat gubernur. GeografiBatas wilayah
Topografi dan ekologiPapua Barat Daya terletak di bagian barat Semenanjung Kepala Burung (juga disebut Doberai atau Vogelkop). Topografinya beranekaragam dari kawasan pesisir hingga pegunungan. Mangrove banyak ditemukan di pesisir selatan Kabupaten Sorong dan Sorong Selatan. Pesisir Sorong Selatan disebut-sebut sebagai salah satu areal mangrove dan hutan sagu terluas di Pulau Papua. Kawasan ini banyak ditemukan flora dan fauna yang menjadi sumber pangan suku lokal serta komoditas ekspor seperti pohon sagu, kepiting bakau, dan udang. Areal mangrove yang lebih kecil dapat ditemukan di Kota Sorong dan Raja Ampat.[31][32][33] Mangrove di Sorong Selatan dilintasi oleh sungai-sungai yang hulunya berada di tengah Semenanjung Kepala Burung, salah satunya kawasan dataran tinggi Ayamaru. Dataran tinggi Ayamaru terletak di Kabupaten Maybrat yang merupakan kawasan karst atau batu gamping dengan ketinggian 350 mdpl. Pada dataran tinggi tersebut terdapat Danau Ayamaru yang airnya bening dengan warna biru-hijau akibat batuan karst yang terlarut. Danau Ayamaru memiliki ikan endemik seperti ikan pelangi boesemani (Melanotaenia boesemani).[34][35] Bagian barat Papua Barat Daya adalah Kepulauan Raja Ampat yang terdiri dari berbagai pulau seperti Pulau Waigeo, Pulau Salawati, Pulau Misool, Pulau Batanta, dan pulau-pulau lainnya. Beberapa pulau di Raja Ampat seperti Pulau Wayag memiliki keunikan karena berupa bentang alam karst berbentuk perbukitan dengan dinding yang curam. Raja Ampat dideklarasikan sebagai salah satu taman bumi UNESCO di Indonesia karena keunikan geologisnya.[36] Lautan di sekitar Raja Ampat adalah salah satu kawasan dengan biodiversitas terumbu karang terbesar di dunia. Lebih dari 500 spesies koral, 1400 spesies ikan terumbu karang, dan 600 spesies molluska dapat ditemukan disini.[37] Salah satu bagian dari Raja Ampat yaitu Kepulauan Ayau yang terdiri atas atol. Atol adalah pulau yang berasal dari terumbu karang yang muncul ke permukaan air dan membentuk formasi cincin dengan bagian tengahnya disebut laguna. Atol memiliki biodiversitas perairan yang tinggi.[38] Bagian utara provinsi ini adalah Pegunungan Tambrauw yang membentang di Kabupaten Tambrauw. Tambrauw dideklarasikan sebagai kabupaten konservasi dengan 80 persen hutannya dijadikan kawasan lindung. Diantara gunung-gunung itu terdapat suatu lembah besar yaitu Lembah Kebar yang dihuni Suku Mpur. Lembah Kebar dipenuhi oleh padang rumput dengan tanaman alang-alang dan rumput kebar (Biophytum petersianum). Beberapa fauna yang ada di Pegunungan Tambrauw antara lain cenderawasih dan kanguru pohon.[39][40] Kabupaten Tambrauw juga memiliki garis pantai yang luas. Kawasan pesisir ini juga ditetapkan sebagai kawasan konservasi yaitu Taman Pesisir Jeen Womom. Jeen Womom memiliki luas 32 ribu hektar dengan faunanya yang terkenal adalah penyu belimbing yang berukuran besar.[41] Danau dan sungai
Pulau
Kepulauan Asia di Raja Ampat adalah salah satu wilayah terluar di Indonesia yang terletak di utara Pulau Papua. Salah satu pulaunya yaitu Pulau Fani memiliki jarak yang cukup dekat (sekitar 200 km) dengan negara tetangga yaitu Palau.[42] PemerintahanDaftar gubernurBerikut ini daftar Gubernur Papua Barat Daya yang pernah menjabat sejak jabatan ini dibentuk pada tahun 2022.
Dewan PerwakilanDPRPBD beranggotakan 35 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali dan 9 orang yang diangkat melalui jalur otonomi khusus sehingga total anggota DPRP berjumlah 44 orang. Pimpinan DPRPBD terdiri dari 1 Ketua dan 2 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik pemilik jumlah kursi dan suara terbanyak serta 1 Wakil Ketua yang berasal dari anggota jalur otonmi khusus. Anggota DPRPBD yang akan menjabat pertama kali adalah hasil Pemilu 2024.DPRPBD periode 2024-2029 terdiri atas 11 partai politik, dimana Partai Golkar adalah partai politik dengan jumlah kursi terbanyak, yaitu 8 kursi, kemudian disusul oleh Partai Demokrat dan PDI Perjuangan yang masing-masing memiliki 5 kursi. Jabatan pimpinan DPRPBD saat ini dijabat oleh Henry Andrew George Wairara dari Partai Golkar sebagai Ketua Sementara dan Anneke Lieke Makatuuk dari Partai Demokrat sebagai Wakil Ketua Sementara.[43][44] Berikut ini adalah komposisi anggota DPR Papua Barat Daya.
Jumlah anggota dari partai politik sebanyak 35 orang yang dipilih pada Pileg 2024.
Kabupaten dan Kota
Distrik, Kampung, dan KelurahanProvinsi Papua Barat Daya terdiri dari 5 kabupaten, 1 kotamadya, 132 distrik, 74 kelurahan, dan 939 kampung.[47][48] Pada tahun 2020, jumlah penduduknya diperkirakan mencapai 591.069 jiwa dengan total luas wilayah 38.820,49 km².[49]
DemografiAgamaMayoritas penduduk Papua Barat Daya beragama Kristen Protestan. Menurut data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, 61,84% penduduk beragama Kristen, dengan 54,68% Protestan dan 7,15% Katolik. Kemudian, agama Islam dianut oleh 37,95% penduduk, 0,10% beragama Hindu dan 0,10% lainnya beragama Buddha.[2] Suku bangsaPapua Barat Daya memiliki keragaman dalam kelompok etnis didaerahnya. Papua Barat Daya sendiri termasuk ke dalam wilayah adat Doberai atau Domberai yang terdiri dari 52 suku.[50] Misalnya suku Moi atau Malamoi yang merupakan salah satu penduduk asli Kota dan Kabupaten Sorong serta suku Maybrat dengan berbagai sub-suku seperti Ayamaru, Aitinyo, Aifat, Karon, dan Mare yang berasal dari Kabupaten Maybrat dan Sorong Selatan.[51][52] Banyak tokoh terkenal berasal dari suku Ayamaru, seperti pesepakbola Indonesia Boaz Solossa dan Ricky Kambuaya.[53] Suku lainnya adalah suku Ma'ya, Matbat, dan para migran suku Biak (Aimando, Usba, Karon, Kafdaron, Wardo) di Kabupaten Raja Ampat, kemudian suku Abun, Miyah, Mpur, Tehit,[54][55] dan suku Imekko (Inanwatan, Metemani, Kais, dan Kokoda). BahasaMasyarakat Papua Barat Daya juga memiliki keragaman bahasa daerah, bahasa Melayu Papua merupakan lingua franca di provinsi ini. Berdasarkan data peta bahasa yang diterbitkan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, setidaknya terdapat 46 bahasa daerah yang dituturkan oleh masyarakat Provinsi Papua Barat Daya.[56] Di Kota Sorong, terdapat bahasa Yamueti. Di Maybrat, terdapat Ayamaru, Kambran, Maisomara, dan Pokoro. Di Kabupaten Raja Ampat, terdapat bahasa Ambel, Batanta, Beser, Beser-Swaimbon, Gebe, Matbat, Matlow, Ma'ya Legenyem-Kawei, Salfen Matbat, Samate, Selegof, Tepin, dan Wardo. Di Kabupaten Sorong, terdapat bahasa As, Efpan, Esaro, Kalabra, Moi Sigin, Moraid, Palamul, Seget, dan Waliam. Di Kabupaten Sorong Selatan, terdapat bahasa Awe, Fkour, Imiyan, Kais, Kokoda, Salkma, Tehit, Tehit Dit, Yaben, dan Yahadian-Mugim. Di Kabupaten Tambrauw, terdapat bahasa Abun, Abun Gii, Abun Ji, Irires, Karon, Mpur, dan Mpur Pantai. PerekonomianSorong di Papua Barat Daya memiliki potensi yang besar karena lokasinya yang strategis di jalur perdagangan Asia Pasifik dan Australia, pemerintah pusat melalui peraturan pemerintah tahun 2016 membangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sorong seluas 523,7 ha. KEK Sorong rencananya akan mencakup berbagai industri di Papua seperti nikel, sawit, dan produk kehutanan lain. Namun karena kurangnya minat dari investor, statusnya sebagai KEK berpotensi dicabut.[57] PertambanganPapua Barat Daya memiliki banyak potensi pertambangan seperti minyak bumi, gas alam, dan nikel. PT Pertamina EP Cepu melakukan pengeboran migas di berbagai wilayah di Kabupaten Sorong seperti Salawati, Sele Linda, dan Klamono. Pertamina melalui PT Kilang Pertamina Internasional Unit VII Kasim membangun kilang minyak untuk mengolah minyak dari Salawati dan Sele Linda.[58][59] Perusahaan lain yang beroperasi di sini antara lain Petrogas (Basin) Ltd. dari Singapura yang memiliki fasilitas di Kasim dan Arar. Petrogas mengebor minyak mentah dari lapangan Walio, Matoa, dll. untuk dikirim ke Kilang Pertamina di Kasim, sedangkan fasilitas di Arar memproduksi gas sebagai bahan bakar pembangkit listrik di Sorong.[60] Pulau Gag adalah pulau kecil di Raja Ampat yang memiliki potensi nikel. Tambang nikel di pulau ini dikelola oleh PT Gag Nikel yang merupakan anak perusahaan PT Antam.[61] Pulau lain yang terdapat penambangan nikel antara lain Pulau Kawe dan Pulau Manuran, keduanya merupakan pulau kecil dan berada di Kepulauan Raja Ampat.[62] Perkebunan dan kehutananKabupaten Sorong memiliki puluhan ribu hektare perkebunan sawit yang dikelola empat perusahaan di Salawati, Klamono, dan Segun. Namun lahannya dikembalikan ke masyarakat adat Suku Moi karena pelanggaran perizinan sehingga izin perusahaan dicabut.[63] Kabupaten Sorong Selatan memiliki potensi sagu yang cukup besar. Selain sebagai bahan makanan tradisional masyarakat lokal, tepung sagu yang merupakan hasil pengolahan sagu dapat menjadi komoditas skala industri. Perusahaan besar bernama PT ANJ Agri Papua (ANJAP) memiliki konsesi hutan sagu sekitar 40.000 hektar di Distrik Matemani dengan 10.000 hektar di antaranya dicadangkan sebagai area konservasi. PT ANJAP merupakan anak usaha dari PT Austindo Nusantara Jaya bergerak di bidang agroindustri. Berbeda dengan perkebunan sawit yang mengubah bentang alam secara luas, sagu yang diolah oleh PT ANJAP merupakan sagu yang tumbuh secara alami di rawa-rawa dan lahan gambut yang basah. Selain PT ANJAP, Perhutani juga memiliki pabrik sagu dengan konsesi hutan sagu seluas 16 ribu hektar di Distrik Kais.[64][65] PendidikanPendidikan TinggiProvinsi ini memiliki banyak perguruan tinggi baik negeri maupun swasta,[66] antara lain: Negeri dan Kedinasan
Swasta
Pelatihan kerja
Sekolah MenengahPapua Barat Daya memiliki sekolah unggulan yaitu SMA Averos Kota Sorong. Menurut Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi, Sekolah ini meraih peringkat tertinggi di antara seluruh sekolah di Pulau Papua berdasarkan Ujian Tulis Berbasis Komputer tahun 2022. Bahkan di tahun itu hanya ada dua sekolah dari Papua yang masuk peringkat 1000 teratas dengan SMA Averos meraih peringkat 570 dari semua sekolah di seluruh Indonesia.[71][72] Program afirmasiPapua Barat Daya adalah salah satu daerah yang siswanya berhak mendapatkan beasiswa ADEM (Afirmasi Pendidikan Menengah) dan ADIK (Afirmasi Pendidikan Tinggi). Beasiswa tersebut merupakan program pemerintah pusat sejak tahun 2013 yang ditujukan untuk daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar). Siswa OAP (Orang Asli Papua) yang lolos seleksi akan melaksanakan pendidikan di berbagai sekolah dan perguruan tinggi di berbagai wilayah di Indonesia. Tahun 2023, terdapat 80 siswa lulusan SMP/MTs di PBD yang mendapat kesempatan untuk lanjut ke jenjang SMA di Jawa dan Bali.[73][74] PariwisataKepulauan Raja AmpatKepulauan Raja Ampat merupakan rangkaian empat gugusan pulau yang berdekatan dan berlokasi di barat bagian Kepala Burung (Vogelkoop) Pulau Papua. Secara administrasi, gugusan kepulauan ini berada di bawah Kabupaten Raja Ampat. Kepulauan ini didatangi penyelam yang tertarik dengan keindahan pemandangan bawah lautnya. Empat gugusan pulau yang menjadi anggotanya dinamakan menurut empat pulau terbesarnya, yaitu Pulau Waigeo, Pulau Misool, Pulau Salawati, dan Pulau Batanta.[8] Kabupaten Konservasi TambrauwBupati Tambrauw mendeklarasikan Kabupaten Tambrauw sebagai kabupaten konservasi melalui Peraturan Daerah tahun 2018. Sebagian besar wilayah Tambrauw terdiri dari hutan konservasi, hutan lindung, dan pesisir dengan berbagai macam flora dan fauna yang dilindungi. Masyarakat adat dengan budaya tradisionalnya memegang peran penting dalam menjaga wilayah konservasi tersebut.[75][76] Beberapa kawasan lindung di Tambrauw antara lain Cagar Alam Tambrauw Utara, Cagar Alam Tambrauw Selatan, Cagar Alam Pantai Sausapor, dan Taman Pesisir Jeen Womom.[76][77] Karena alamnya yang masih asri dan terjaga dengan baik, Tambrauw memiliki potensi ekowisata yang besar. Salah satunya adalah sebagai destinasi pengamatan burung.[11] Burung yang dapat ditemukan di Tambrauw antara lain cenderawasih, mambruk, kakaktua, nuri dan kasuari. Fauna lainnya di Tambrauw misalnya walabi, kanguru pohon, kuskus, dan penyu belimbing.[76][39] Wisata sungai dan danauProvinsi ini memiliki banyak sungai dan danau yang menjadi objek wisata alam. Antara lain Danau Framu dan Uter di Maybrat, Sungai Sembra di Teminabuan, dan Kali Biru di Warsambin Raja Ampat. Danau dan sungai tersebut memiliki keunikan karena airnya yang jernih berwarna biru atau biru kehijauan serta dikelilingi hutan lebat yang hijau dan masih terjaga kelestariannya. Warna biru dan hijau di danau atau sungai tersebut karena geografinya yang berupa karst yang mengandung banyak mineral seperti gamping yang terlarut di air. Kali Biru Raja Ampat ditempuh menggunakan perahu warga lokal sekitar 15 menit kemudian menyusuri hulu sungai dan masuk ke dalam hutan sekitar 30 menit.[78][79][80] KebudayaanKain timorKain timor atau kain timur adalah kain tenun yang awalnya berasal dari luar Papua terutama dari Kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara yang dibawa pedagang sebagai alat tukar dengan masyarakat di Papua, pada awalnya wilayah barat daya Kepala Burung Papua (Semenanjung Doberai) hingga Semenanjung Bomberai pada abad ke 16–17. Sedangkan komoditas yang ditukarkan berupa budak, burung cendrawasih, kayu mesoyi, dan hasil hutan lainnya.[81] Sekarang masyarakat Papua Barat Daya mampu menenun kain timor sendiri dan penggunaannya meluas menjadi simbol status, mahar perkawinan, denda adat, dan prosesi adat. Beberapa suku yang masih menggunakan kain timor sampai sekarang seperti suku Moi dan suku-suku Maybrat. Suku Karon menggolongkan kain timur menjadi 12 berdasarkan nilai dan derajatnya sesuai akan cerita asal muasalnya dan motif hiasan dan perlambangannya. Selain itu kain timur juga digolongkan menjadi dua yaitu kain timur dan kain timur te on. Golongan pertama kain timur dianggap keramat dan sakti semakin tua usia kain timur maka nilainya menjadi semakin tinggi dan menjadi pusaka turun temurun dalam suatu keluarga. Biasanya hanya boleh berpindah tangan dengan aturan ketat dan hanya boleh ditukar dengan kain yang memiliki golongan yang sama. Sedangkan kain timor te on bisa digunakan sebagai alat tukar umum dan perdagangan, hadiah antar teman, dan alat upacara.[81][82][83] SasiSasi adalah praktik adat yang dapat ditemukan di Maluku dan Papua. Sasi adalah larangan untuk mengambil hasil alam di suatu tempat dalam jangka waktu tertentu (misalnya satu tahun). Ketika waktu sasi berakhir, acara buka sasi dilakukan dan masyarakat memanen hasil laut di wilayah sasi secara beramai-ramai untuk dijual. Sasi adalah salah satu bentuk pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan. Beberapa daerah yang mempraktikkan sasi antara lain Raja Ampat dan Sorong. Acara buka sasi dan tutup sasi diawali dengan upacara adat dan doa bersama di gereja. Beberapa hasil alam yang diatur dengan sasi misalnya teripang, lobster, dan ikan. Masyarakat adat bekerjasama dengan Dinas Kelautan Perikanan dan organisasi konservasi seperti WWF Indonesia dan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) untuk memonitor wilayah sasi sehingga dapat disimpulkan kapan waktu buka sasi yang tepat serta hasil sasi yang boleh diambil agar tidak merusak alam. Semua masyarakat boleh mengambil hasil sasi setelah acara buka sasi asalkan mematuhi aturan yang telah disepakati seperti ukuran minimal yang boleh diambil.[84][85] Suling tamburSuling tambur adalah seni tari masyarakat Raja Ampat menggunakan dua alat musik yaitu suling dan tambur sejenis gendang/tifa berukuran besar. Tarian ini dilakukan secara berkelompok pada acara tertentu seperti pernikahan dan pesta adat. Sekarang, suling tambur dimainkan saat acara-acara besar lainnya supaya meriah. Pada awalnya, tambur terbuat dari kulit ikan pari atau hiu namun sekarang diganti kulit kambing atau rusa. Sedangkan sulingnya terbuat dari bambu. Festival Suling Tambur diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Raja Ampat tiap tahun sejak 2017 untuk mengangkat budaya ini. Festival ini berupa kompetisi antar grup musisi dengan peserta memakai pakaian tradisional.[86][87] TransportasiTerdapat banyak bandar udara yang beroperasi di Papua Barat Daya, namun hanya satu yang menyandang status sebagai bandar udara kelas I yaitu Bandar Udara Domine Eduard Osok di Kota Sorong. Bandara lain di provinsi ini antara lain sebagai berikut:[88]
Bandar Udara Marinda di Raja Ampat saat ini infrastrukturnya masih minim dan hanya dapat menampung pesawat perintis. Sehingga transportasi laut menjadi pilihan utama untuk mengunjungi destinasi pariwisata ini. Jarak dari Sorong ke ibukota Raja Ampat di Waisai dapat ditempuh dalam waktu 2 jam menggunakan kapal cepat.[89] Raja Ampat juga memiliki bandar udara di Pulau Jefman yang tidak lagi beroperasi. Bandara ini dibangun pada zaman Belanda dan menjadi pintu gerbang menuju Sorong. Sejak 2004, bandara ini ditutup seiring dengan dibangunnya Bandar Udara Domine Eduard Osok di Sorong.[90] Referensi
|