Kepulauan Maluku
Kepulauan Maluku adalah kepulauan di bagian timur Indonesia. Secara tektonik terletak di Lempeng Halmahera di dalam Zona Tabrakan Laut Maluku. Secara geografis terletak di sebelah timur Sulawesi, sebelah barat Papua, serta sebelah utara dan timur Timor. Terletak di dalam Wallacea (sebagian besar di sebelah timur biogeografis Garis Weber), Kepulauan Maluku dianggap sebagai persimpangan geografis dan budaya antara Asia dan Oseania. Pulau-pulau tersebut dikenal sebagai Kepulauan Rempah-rempah karena pala dan cengkeh yang hanya ditemukan di sana, kehadirannya memicu kepentingan kolonial Eropa pada abad ke-16.[3] Kepulauan Maluku membentuk satu provinsi sejak kemerdekaan Indonesia hingga tahun 1999, ketika kepulauan tersebut dipecah menjadi dua provinsi. Provinsi baru, Maluku Utara, mencakup wilayah antara Morotai dan Sula, dengan gugusan pulau dari Buru dan Seram hingga Wetar masih tersisa di Provinsi Maluku. Maluku Utara mayoritas beragama Islam, dan ibu kotanya adalah Sofifi di pulau Halmahera. Provinsi Maluku memiliki populasi Kristen yang lebih besar, dan ibukotanya adalah Ambon. Meskipun aslinya Melanesia,[4] banyak penduduk pulau, terutama di Kepulauan Banda, dibantai pada abad ke-17 selama Perang Belanda-Portugal, yang juga dikenal sebagai Perang Rempah-rempah. Masuknya imigran kedua terutama dari Jawa dimulai pada awal abad ke-20 di bawah pemerintahan Belanda dan berlanjut hingga era Indonesia, yang juga menimbulkan banyak kontroversi karena program Transmigran dianggap sebagai faktor penyebab Kerusuhan Maluku.[5] EtimologiKata pertama yang dapat diidentifikasi dengan Maluku berasal dari Nagarakretagama, sebuah kakawin berbahasa Jawa Kuno dari tahun 1365. Pupuh 14 bait 5 menyebutkan Maloko, yang Pigeaud identifikasikan dengan Ternate atau Maluku.[6][7] Nama Maluku bisa berasal dari konsep "Maluku Kie Raha". “Raha” berarti empat, sedangkan “kie” berarti gunung yang mengacu pada empat pulau bergunung yaitu Ternate, Tidore, Bacan, and Jailolo (Halmahera). Walaupun bisa juga mengacu pada daerah lain. Masing-masing memiliki pemimpin yang disebut Kolano yang kemudian bergelar Sultan. Ada berbagai macam ide untuk asal kata Maluku. “Moloku” berarti menggenggam, yang memiliki asal kata "Loku" yaitu unit dalam perdagangan. Menggunakan makna ini "Moloku Kie Raha" bisa berarti "persatuan empat kerajaan" Tetapi kata "Loku" merupakan kata serapan dari bahasa melayu. Asal kata lain berupa “Maloko” merupakan gabungan kata “Ma” yaitu penunjang dan “Loko” yang kemudian berubah menjadi "Luku" yang berarti tempat atau dunia, jika digabungkan berarti "Maloko Kie Raha" artinya “Dunia berdirinya empat gunung”.[8] Pembagian administratifKepulauan Maluku merupakan satu provinsi semenjak Indonesia merdeka sampai dipecah pada 1999 menjadi Maluku Utara dan Maluku. Wilayah Provinsi Maluku Utara meliputi Ternate (bekas ibu kota provinsi), Tidore, Bacan, Halmahera (pulau terbesar di Kepulauan Maluku)[9] Morotai, Kepulauan Obi, dan Kepulauan Sula. DemografiAgamaPopulasiJumlah penduduk Provinsi Maluku pada tahun 2020 sebanyak 1.848.923 jiwa dan Provinsi Maluku Utara sebanyak 1.282.937 jiwa.[2] Jadi jumlah penduduk Kepulauan Maluku secara wilayah pada tahun 2020 adalah 3.131.860 jiwa. Kelompok etnisSejarah panjang perdagangan dan pelayaran telah menghasilkan tingginya tingkat keturunan campuran di orang Maluku.[11] Masyarakat Austronesia ditambahkan ke Penduduk Melanesia asli sekitar tahun 2000 SM.[12] Ciri-ciri Melanesia paling menonjol terdapat di pulau Kei dan Aru dan di antara penduduk pedalaman pulau Seram dan Buru. Kemudian ditambahkan ke dalam campuran Austronesia-Melanesia ini adalah beberapa strain India dan Arab. Pendatang yang lebih baru termasuk Bugis pedagang pemukim dari Sulawesi dan orang Jawa transmigran.[11] BahasaLebih dari 130 bahasa pernah digunakan di seluruh pulau; namun, kini banyak yang beralih ke kreol Ternate dan Ambon, lingua franca masing-masing di Maluku bagian utara dan selatan.[11] GeografiSecara geografis, Maluku terbagi menjadi tiga kawasan yang berbeda satu dengan yang lainnya: Maluku Utara, Maluku Tengah, dan Maluku Tenggara. Pada awal kemerdekaan, ketiganya merupakan kabupaten tersendiri (dengan pengecualian Maluku Tengah yang juga meliputi Kota Ambon) dalam satu Provinsi Maluku sebelum akhirnya dimekarkan menjadi kabupaten dan kota yang lebih kecil hingga puncaknya pada pemekaran Maluku Utara menjadi provinsi sendiri pada akhir abad XIX. Maluku UtaraMaluku Utara merupakan kawasan yang terletak di bagian utara Kepulauan Maluku dan dicirikan oleh pengaruh kuat Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore. Selain itu, kawasan ini dicirikan oleh keislamannya, meskipun terdapat beberapa daerah kantong Protestan dan kepercayaan asli. Sebagai pusat kedua kesultanan yang paling berpengaruh, Ternate dan Tidore menjadi dua pulau paling utama di kawasan ini, terlepas dari luasnya yang sangat kecil, bila dibandingkan dengan pulau besar seperti Halmahera.[13] Maluku TengahMaluku Tengah merupakan pusat penduduk dan pusat dari Kepulauan Maluku. Kawasan ini terdiri dari beberapa kepulauan: Ambon, Gorom, Watubela, Lucipara, dan Banda. Kawasan ini memainkan peran penting dalam perdagangan rempah dari jauh sebelum bangsa Eropa datang mengingat letaknya di persimpangan jalur menuju Papua dan Maluku Tenggara. Pulau-pulau besarnya adalah Seram dan Buru, dilengkapi dengan pulau-pulau kecil lainnya seperti Manipa, Kelang, Buano, dan Ambalau. Kawasan ini menjadi daya tarik utama pada masa penjajahan Eropa karena rempah-rempah langka seperti pala berasal dari kawasan ini.[14] Maluku TenggaraMaluku Tenggara merupakan kawasan yang paling jarang penduduk. Berbeda dengan Maluku Utara yang cenderung keislaman ataupun Maluku Tengah yang terbagi dua rata antara Protestan dan Islam, sebagian besar penduduk Maluku Tenggara memeluk Protestan, diikuti oleh minoritas Islam dan Katolik Roma yang besar. Maluku Tenggara meliputi Kepulauan Kei, Tanimbar, Aru, dan Barat Daya. Teon Nila Serua pun termasuk dalam kawasan ini, meski secara administratif berada di Kabupaten Maluku Tengah yang berada di Kawasan Maluku Tengah.[15] Lihat pulaReferensiSumber
Pranala luar
|