Penyu belimbing
Penyu belimbing (Dermochelys coriacea) adalah sejenis penyu raksasa dan satu-satunya jenis dari suku Dermochelyidae[2] yang masih hidup. Penyu ini merupakan penyu terbesar di dunia dan merupakan reptil keempat terbesar di dunia setelah tiga jenis buaya. Penyu belimbing dikenal oleh beberapa masyarakat dengan sebutan penyu raksasa, kantong atau mabo. Nama umumya dalam bahasa inggris adalah Leatherback sea turtle.[2] PengenalanJenis ini bisa mudah diidentifikasi dari karapaksnya yang berbentuk seperti garis-garis pada buah belimbing. Karapaks ini tidak ditutupi oleh tulang, tetapi hanya ditutupi oleh kulit dan daging berminyak.[3] Bentuk kepala dari penyu belimbing kecil, bulat dan tanpa adanya sisik-sisik seperti halnya penyu yang lain. Mempunyai paruh yang lemah, tetapi berbentuk tajam, tidak punya permukaan penghancur atau pelumat makanan. Bentuk tubuh penyu jantan dewasa lebih pipih dibandingkan dengan penyu betina, plastron mempunyai cekungan ke dalam, pinggul menyempit dan corseletnya tidak sedalam pada penyu betina. Warna karapas penyu dewasa kehitam-hitaman atau coklat tua. Di bagian atas dengan bercak-bercak putih dan putih dengan bercak hitam di bagian bawah.[3] Berat penyu ini dapat mencapai 700 kg dengan panjang dari ujung ekor sampai moncongnya bisa mencapai lebih dari 305 cm.[4] Penyu ini bergerak sangat lambat di daratan kering, tetapi ketika berenang merupakan reptil tercepat di dunia dengan kecepatan mencapai 35 Km perjam. Penyu Belimbing adalah satu-satunya jenis penyu yang tidak memiliki cangkang/ tempurung/ karapas yang keras. Karapasnya berbentuk juring-juring sperti buah belimbing. Penyu ini adalah jenis penyu dengan ukuran yang terbesar. Umumnya ditemukan di daerah tropis, tetapi juga dapat ditemukan sampai di daerah perairan dingin. Di Indonesia banyak dijumpai di daerah kepala burung Papua, pantai Jamursbamedi. Pernah ditemukan bertelur di pantai selatan kabupaten Klungkung – Bali. Ditemukan juga bertelur di pesisir selatan pulau Jawa, pantai di Kab. Pacitan Jawa Timur.[5] AgihanHabitat penyu belimbing tersebar sangat luas di dunia. Hewan ini dapat dijumpai di perairan tropis, subtropis, dan infratropis di Samudra Hindia, Samudera Pasifik, dan Samudera Atlantik. Populasi paling besar terdapat di seluruh perairan tropis Indo-Australia.[3][4] Gaya hidupMakanan utama hewan ini adalah ubur-ubur. Penyu belimbing selalu bermigrasi dari pantai satu ke pantai yang lain untuk mencari sarang. Masa migrasi hewan ini antara 2 - 3 tahun dengan istirahat antara 9 - 10 hari. Jumlah sarang yang dibuat setiap musim mencapai 6 sarang. Telur yang dihasilkan antara 80 - 100 butir.[4] Dalam perjalanan hidupnya, hanya sedikit anak penyu yang bisa bertahan sampai dewasa karena banyaknya bahaya di laut bagi bayi penyu yang baru menetas.[3] PerilakuPenyu belimbing melakukan migrasi terpanjang antara daerah berkembang biak dan mencari makan, dengan jarak tempuh rata-rata 3.700 mil sekali jalan. Setelah kawin di laut, penyu betina kembali ke daratan selama musim kawin untuk bersarang. Ritual malam hari ini melibatkan penggalian lubang di pasir, menaruh sekitar 80 telur, mengisi sarang, meninggalkan area pasir yang luas dan terganggu sehingga sulit dideteksi oleh predator, dan akhirnya kembali ke laut. Suhu di dalam sarang menentukan jenis kelamin tukik. Campuran tukik jantan dan betina terjadi ketika suhu sarang sekitar 85,1 derajat Celcius, sementara suhu yang lebih tinggi menghasilkan tukik betina dan suhu yang lebih dingin menghasilkan tukik jantan. Tukik betina yang berhasil mencapai lautan akan berkeliaran di lautan hingga mereka mencapai kematangan seksual, ketika mereka kembali ke area sarang yang sama untuk menghasilkan keturunan mereka sendiri. Penyu jantan menghabiskan sisa hidupnya di laut.[6] Keadaan populasiPenyu ini sekarang menjadi sangat langka. Di Indonesia, penyu ini merupakan hewan yang dilindungi atau tidak boleh diburu sejak tahun 1987 berdasarkan keputusan Menteri Pertanian No. 327/Kpts/Um/5/1978.[4] Rujukan
Informasi lainnya |