Gereja Santa Theresia, Menteng
Gereja Santa Theresia adalah sebuah gereja paroki Katolik yang berlokasi di Jakarta Pusat, Indonesia.[1] Gereja ini berada di bawah pengelolaan Keuskupan Agung Jakarta. Secara parokial, Gereja ini merupakan Paroki Menteng. Gereja Santa Theresia dinamai menurut Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus, yang dikenal sebagai salah seorang Pujangga Gereja. Gereja ini berada dalam reksa pastoral tarekat Serikat Yesus. SejarahPada tahun 1930, kota Batavia mengalami perluasan dengan dikembangkannya kawasan Menteng dan Gondangdia. Umat Katolik yang tinggal di daerah itu berjalan kaki saat akan mengikuti misa di Gereja Katedral Jakarta. Sejak tahun 1927, umat mulai menggunakan Sekolah Santa Theresia untuk menyelenggarakan ibadat.[2] Kondisi tersebut membuat pengurus Gereja Katedral untuk mencari lahan guna membangun tempat peribadatan. Lahan yang kemudian dipilih, terletak Jalan Soendaweg.[3] Pengurus Gereja Katedral Jakarta menunujuk arsitek Belanda, J. Th. van Oyen dan perancang bangunan Fermont Cuypers untuk membangun gedung gereja Santa Theresia.[2] Gereja ini dibangun dengan gaya Eropa dan tanpa tiang penyangga di tengah-tengah, yang memungkinkan altar dapat terlihat dari segala penjuru gereja. Pembangunan gereja selesai pada tahun 1934,[4] dan diresmikan oleh Pastor Antonius Theodorus van Hoof, S.J., yang merupakan Pro-Vikaris Apostolik Batavia. Pastor van Hoof mempersembahkan misa perdana di Gereja Santa Theresia.[3] Kehadiran gereja ini menjadi gereja ketiga di wilayah Batavia saat itu, setelah Katedral Jakarta dan Gereja Santo Yoseph, Matraman. Pada 9 Januari 1936, didirikanlah Pengurus Gereja dan Dana Papa (PGDP) Santa Theresia. Pembentukan PGDP ini menandai paripurnanya pendirian Paroki Santa Theresia sebagai sebuah komunitas mandiri. Pada tahun yang sama, Pastor F. Fleerakkers, S.J. diangkat sebagai Pastor Paroki pertama. Pastor Fleerakkers menjalankan tugasnya hingga tahun 1943.[5] PemekaranGereja Santa Theresia membangun sebuah gereja lainnya di kawasan Menteng, yakni Gereja Santo Ignatius Loyola, Jalan Malang pada tahun 1946. Sebuah kapel juga didirikan di kawasan Cideng yang kemudian dikenal sebagai Gereja Maria Bunda Perantara, Cideng.[5] ArsitekturBangunan Gereja Santa Theresia memiliki struktur bangunan yang serupa dengan rumah-rumah biasa di daerah Menteng pada saat itu, dengan unsur bentuk-bentuk lancip, terutama pada menaranya. Gereja ini didirikan di atas 63 tiang beton yang masing-masing ditanam hingga kedalaman 17 meter untuk memberikan fondasi yang kokoh.[2] Gereja Santa Theresia memiliki tiga buah pintu, di mana pada setiap pintu terdapat jendela besar. Jendela besar di atas pintu utama menggambarkan Santa Theresia. Di atas pintu samping terdapat jendela besar dengan masing-masing mewakili Bunda Maria dan Serikat Yesus. Di belakang altar ada jendela lebih kecil dari jendela yang disebutkan diatas, jendela-jendela kecil ini berjumlah 13.[3] Di tengah menggambarkan Yesus dan kanan kirinya menggambarkan ke dua belas Rasul. Gereja Santa Theresia ini berciri khas Eropa. PendidikanDi sebelah gereja, terdapat Sekolah Katolik Santa Theresia.[3] Tidak jauh dari Sekolah Santa Theresia, terdapat juga Sekolah Santo Bellarminus Jakarta. FasilitasGereja Santa Theresia memiliki sebuah gua Maria yang dipersembahkan kepada Bunda Maria Ratu Para Rasul pada tanggal 9 Januari 1988. PeribadatanMisa harian diselenggarakan pada pagi dan sore hari. Selain liturgi dalam bahasa Indonesia, Gereja ini juga menyelenggarakan Perayaan Ekaristi dalam bahasa Inggris dalam naungan Paroki Internasional Santo Petrus Kanisius bagi Ekspatriat. Adapun Misa dilaksanakan dengan jadwal sebagai berikut.[6]
Galeri
Referensi
Lihat jugaPranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Saint Theresia Church (Jakarta).
|