Nederlandsche Handel-Maatschappij
Nederlandsche Handel-Maatschappij N.V. (terj. har. 'PT Perusahaan Dagang Belanda Tbk', atau NHM) adalah suatu perusahaan dagang Belanda didirikan berdasarkan Besluit No. 163 pada tanggal 29 Maret 1824 atas prakarsa Raja Willem I dari Belanda untuk mempromosikan dan mengembangkan perdagangan, pengiriman dan pertanian. Selama 140 tahun berikutnya, NHM mengembangkan jaringan cabang internasional yang besar dan semakin terlibat dalam operasi perbankan, dan kemudian menjadi salah satu nenek moyang utama bagi ABN AMRO.[1] Tujuan pendirian NHM adalah untuk menggantikan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang bangkrut akibat korupsi yang dilakukan oleh pejabat VOC sendiri. Tujuan lainnya adalah menghidupkan kembali perekonomian Negeri Belanda yang hancur akibat peperangan dengan negara tetangganya, Belgia. Sejak awal berdirinya, NHM bertugas melakukan perdagangan ke seluruh dunia, yang meliputi Amerika, Asia Kecil, Tiongkok, India, Persia, Jazirah Arab. Namun dalam perkembangan selanjutnya perusahaan NHM lebih memfokuskan ke Nusantara. SejarahPendirian NHMNHM adalah perusahaan swasta yang menerbitkan saham publik dan menurut raja, NHM akan bertindak untuk memanfaatkan kegiatan ekonomi dan mendorong pengembangan kekayaan nasional. Namun, dalam praktiknya, hal itu terjadi untuk memperluas perdagangan yang ada, dengan mengumpulkan data dan mencari pasar baru serta industri pembiayaan dan pengiriman. Hubungan dekatnya dengan pemerintah Belanda berarti memainkan peran penting dalam pengembangan perdagangan antara Belanda dan Hindia Belanda.[2] Bekas kantor pusatnya di De Bazel di Amsterdam saat ini menjadi rumah bagi Arsip Amsterdam.[3] NHM terkadang disebut sebagai penerus Perusahaan Hindia Timur Belanda, karena perusahaan ini juga merupakan perusahaan swasta yang mengeluarkan saham dan perdagangan yang dibiayai dengan Hindia Belanda. Pembentukan NHM mungkin bisa dilihat sebagai upaya untuk membawa dorongan baru untuk berdagang dengan Hindia Belanda setelah mengalami depresi dominasi Prancis bertahun-tahun (1795-1814) dan keruntuhan akhir Perusahaan Hindia Timur Belanda dua dekade sebelumnya. Pembiayaan perdagangan dan pengiriman NHM menyebabkan pengembangan jaringan cabang yang semakin terlibat dalam pembiayaan dan operasi perbankan. Jaringan ini menjangkau seluruh Asia Tenggara dan rute perdagangan antara Belanda dan Hindia Belanda dan NHM terus memperluas jaringannya hingga abad ke-20. Ini kehilangan sejumlah cabangnya ketika pemerintah Indonesia menasionalisasi mereka pada tahun 1960 untuk membentuk sebuah bank milik lokal yang baru, tetapi pada saat itu memiliki cabang di banyak belahan dunia lainnya. NHM terus mengembangkan lebih banyak lagi operasi perbankan dan pembiayaan dengan jaringan cabangnya dan kemudian menjadi salah satu nenek moyang utama bank ABN AMRO pada tahun 1964, perusahaan tersebut bergabung dengan Twentsche Bank Belanda menjadi Algemene Bank Nederland (ABN).[4] Sejarah di Hindia BelandaPendirianSatu tahun setelah didirikan, NHM membuka perwakilan di Batavia, yang dikenal dengan nama Factorij Nederlandsche Handel Maatschappij yang sering disebut dengan Factorij.[5] Sejak itu, perusahaan ini bertahan di Batavia serta meluaskan ruang operasionalnya ke wilayah Nusantara lainnya maupun di luar Nusantara. Pada tahun 1826, perwakilan NHM di Batavia membuka cabang di Palembang, Banjarmasin, dan Banda. Kegiatan utamanya adalah melakukan pengiriman, pengapalan dan juga penjualan barang-barang ke Hindia Belanda. Di samping itu, perusahaan ini juga membantu pemerintah Hindia Belanda melakukan pengiriman uang ke Tiongkok, Australia, dan India.[6] Pada tahun 1830, di Nusantara diberlakukan sistem tanam paksa (Cultuurstelsel) yang dipelopori oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch. Dengan berlakunya sistem tanam paksa, maka NHM juga mempunyai fungsi ganda, yakni selain melakukan pengiriman barang, akan tetapi juga melakukan pembelian rempah-rempah dari pemerintah Hindia Belanda.[7] Sehingga Anthony Reid dalam bukunya, A History of Southeast Asia: Critical Crossroads, pun menyebut NHM sebagai Kompeni Kecil.[8] Ternyata harapan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya melalui tanam paksa membuahkan hasil. Pemerintah Hindia Belanda banyak meraup keuntungan dari eksploitasi tenaga kerja pribumi. Namun keuntungan yang selama 40 tahun dinikmati berangsur-angsur menuai kemunduran. Antara lain karena pegawai NHM melakukan penyelundupan, sebagaimana pegawai VOC terdahulu.[9] NHM lalu mulai melakukan diversifikasi usaha. Sebelum tanam paksa resmi dihapus pada tahun 1870, sejak awal 1850-an, NHM telah mulai membiayai perkebunan di Hindia Belanda. Skema pembiayaannya berupa uang muka panen, pinjaman hipotek, dan penyertaan modal.[10] Bidang bisnis yang dibiayai oleh NHM antara lain adalah tekstil. NHM juga aktif dalam perdagangan valuta asing. Pada tahun 1880, NHM akhirnya menjadikan valuta asing sebagai bisnis utamanya. Kegiatan lainnya adalah transaksi surat berharga, transfer via telegraf, dan pembiayaan impor di Hindia Belanda. Diversifikasi NHM ke perbankan terutama dilakukan melalui De Factorij dan agennya di Singapura. NHM juga berpartisipasi dalam pendirian industri.[10] NHM pada akhirnya memiliki lebih dari 17 pabrik gula.[11] Pada tahun 1882, Factorij NHM Batavia melakukan usaha penuh sebagai bank modern dengan menerima dana pihak ketiga dalam bentuk deposito, rekening koran dan produk jasa lainnya. Berkantor pusat di Jakarta, tepatnya terletak di Noordwijk Weltevreden (sekarang Jalan Kantor Pos) dan dibangun pada tahun 1910-1911. Perencana pembangunan Gedung Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM) di Batavia dilakukan oleh Ed. Cuypers & Hulswit, sebuah biro perencana yang merupakan kolaborasi dari dua orang arsitek. Bangunan dua lantai ini dapat dilihat sistem tata letak bangunan di Pusat Kota Jakarta, sangat mirip dengan Kota Amsterdam, berderet dan berdempet, menjorok ke dalam dan menghadap ke sebuah kanaal. Secara keseluruhan arsitektumya adalah campuran klasik Eropa, dengan balustrade "mahkota", pediment melengkung di depan dan samping, alur-alur horisontal ciri arsitektur Renaissans, kolom-kolom, molding Yunani, doric pelengkung-pelengkung dengan vitrum Romawi. Hingga 1950-an, NHM masih menjadi salah satu dari delapan perusahaan Belanda yang paling berpengaruh di Indonesia. Saat itu, NHM bersama Escompto Bank dan National Handel Bank adalah tiga bank terbesar di Hindia Belanda.[5] NasionalisasiBerdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 44 tahun 1960, perwakilan NHM di Indonesia akhirnya dinasionalisasi beserta 18 cabangnya.[12][13] Kebijakan pemerintah Indonesia untuk menasionalisasi NHM diduga berawal dari realitas politik dan ekonomi yang berkembang pasca perang kemerdekaan. Memasuki tahun 1950, semangat untuk melepaskan diri dari intervensi asing semakin kuat. Puncaknya adalah pada tahun 1957 ketika hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Belanda semakin memburuk. Kegagalan memperjuangkan Irian Barat melalui jalan diplomasi, mengakibatkan pemerintah Indonesia menempuh cara lain yaitu dengan melancarkan aksi-aksi untuk mengambil alih NHM. Nasionalisasi NHM berjalan tanpa proses perlawanan dari pihak Belanda. Sikap Belanda yang tanpa perlawanan selain disebabkan karena status Indonesia sudah merdeka dan dukungan dari buruh yang bekerja pada NHM juga dikarenakan lemahnya posisi Belanda dalam politik Internasional. Pada tanggal 5 Desember 1960, NHM dilebur ke dalam Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN), yang kemudian dilebur ke dalam Bank Negara Indonesia (BNI), dan dijadikan BNI Unit II. Pada tanggal 31 Desember 1968, divisi ekspor impor dari BNI Unit II resmi dipisah untuk membentuk Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim).[14] Linimasa
Galeri
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM).
|