Stasiun Batavia (Bataviasche Oosterspoorweg Maatschappij)
Stasiun Batavia (disebut juga Stasiun Batavia BOS) adalah stasiun kereta api nonaktif yang terletak sekitar 200 meter dari Stasiun Batavia NIS. SejarahStasiun ini dibangun oleh perusahaan kereta api Bataviasche Oosterspoorweg Maatschappij (BOS) yang telah diberi konsesi untuk mengoperasikan kereta api pada lintas Batavia hingga Karawang. Terhitung pada tanggal 31 Maret 1887, petak Batavia-Bekasi selesai dibangun dan kereta api mulai beroperasi di lintas ini.[1] Pada saat awal BOS beroperasi, perusahaan ini sebenarnya telah memperkirakan adanya indikasi kerugian akibat harga bahan pokok yang kala itu masih rendah dengan hasil panen rendah, bila dibandingkan dengan pengangkutan lewat jalur sungai dan menemukan kendala akibat dari faktor cuaca. BOS diketahui memiliki masalah keuangan dengan pendapatan yang diperolehnya, pendapatan ini hanya cukup untuk menutup biaya operasi saja. Bahkan, BOS harus meminjam dana ke pemerintah kolonial agar perusahaan tetap dapat beroperasi.[2] Pada tahun 1898, SS resmi membeli jalur kereta api dari BOS.[3] Sejumlah stasiun dan halte eksisting kemudian digantikan dengan bangunan baru khas SS, seperti contohnya Stasiun Klender dan Stasiun Bekasi. Pada masa ini, SS langsung mengganti nama Stasiun Batavia BOS menjadi Stasiun Batavia SS. Pada tahun 1913, SS resmi mengakuisisi jalur kereta api Batavia–Buitenzorg dari NIS. Stasiun ini kemudian diubah namanya menjadi Stasiun Batavia Zuid untuk membedakan dengan Stasiun Batavia Noord yang terletak sekitar 200 meter ke utara dari stasiun ini.[4] Pada tahun 1923, Stasiun Batavia Zuid ini ditutup dan dibongkar oleh SS karena adanya pembangunan stasiun baru yang lebih besar di lokasi tersebut, keseluruhan bangunan Stasiun Batavia Zuid pun sudah terbongkar pada tahun 1926. Sebagai gantinya, Stasiun Batavia Noord untuk sementara dijadikan sebagai stasiun pusat oleh SS untuk mengangkut penumpang, serta diperbesar baik dari segi bangunan dan emplasemennya agar dapat lebih banyak menampung rangkaian kereta. Pada 8 Oktober 1929, keseluruhan area kompleks dan emplasemen stasiun ini sudah selesai dibangun dan diresmikan, serta diberi nama baru yaitu Stasiun Batavia Benedenstad yang kelak namanya berubah menjadi Stasiun Jakarta Kota.[5] Pada awalnya, jalur kereta api dari Stasiun Batavia Zuid yang menuju ke Stasiun Angke melalui Jalan Pasar Asemka. Saat dibuat jalur baru dari Angke yang memutar melewati daerah Kota Intan dan Kampung Bandan, jalur dari stasiun ini hingga Jalan Pasar Asemka ini pun diputus. Kemudian, sempat didirikan sebuah stasiun di Jalan Pasar Asemka ini yang diberi nama Stasiun Pasar Pagi. Stasiun tersebut digunakan sebagai stasiun titik pemberangkatan awal dari kereta api penumpang yang menuju ke Stasiun Tangerang. Stasiun beserta jalur ini kemudian dibongkar, saat ini bekas lokasinya sudah mejadi Pasar Asemka dan flyover Jalan Asemka Raya. Masih terdapat peninggalan dari jalur ini yang tersisa dan masih dapat dilihat, yaitu 2 buah bekas pondasi jembatan rel dari Kali Krukut yang terletak di bawah flyover Jalan Asemka Raya. Referensi
|