Universitas Jenderal Soedirman
Universitas Jenderal Soedirman (disingkat sebagai Unsoed, bahasa Jawa: ꦈꦤꦶꦮ꦳ꦼꦂꦱꦶꦠꦱ꧀ꦗꦺꦤ꧀ꦢꦼꦫꦭ꧀ꦯꦸꦢꦶꦂꦩꦤ꧀) adalah sebuah perguruan tinggi negeri di Indonesia yang terletak di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Universitas ini berdiri pada tanggal 23 September 1963. Nama Jenderal Soedirman diambil dari Panglima Besar Jenderal Soedirman yang merupakan pahlawan nasional kelahiran Keresidenan Banyumas, untuk mengenang jasa-jasanya pada nusa, bangsa, dan negara. Universitas Jenderal Soedirman adalah universitas negeri tertua kedua di Jawa Tengah setelah Universitas Diponegoro dan menjadi salah satu universitas bergengsi di Indonesia dengan angka peminat yang tinggi dalam seleksi nasional setiap tahunnya.[9][10][11] Universitas dengan luas lebih dari 100 hektare ini memiliki kampus dengan udara yang relatif sejuk, karena secara geografis letaknya berada di ketinggian 210–245 mdpl dan berada di kaki Gunung Slamet, sebelah utara Purwokerto. Selain sejuk, kampus Unsoed letaknya tidak berada persis di tengah keramaian kota sehingga bisa dikategorikan kondusif dan nyaman untuk kegiatan belajar mengajar ditambah dengan biaya hidup Purwokerto yang terjangkau.[12] Unsoed juga tercatat menjadi salah satu dari 10 besar PTN terfavorit di Indonesia. Hal tersebut ditunjukan dari tingkat kompetisi seleksi masuk Unsoed berada di peringkat sembilan nasional pada tahun 2013.[13][14] Pada tahun 2016, Unsoed meraih peringkat sebagai universitas terbaik nomor 16 oleh Pemeringkatan Dikti.[15] Pada tahun 2020, Unsoed meraih peringkat 14 sebagai universitas negeri terfavorit dalam SBMPTN yang diselenggarakan LTMPT.[16] Pada tahun 2021, Unsoed memperoleh peringkat ke-17 sebagai universitas terbaik versi SCImago Institutions Ranking (SIR) 2021 dan berada di jajaran 20 besar perguruan tinggi terbaik se-Indonesia.[17] Pada tahun 2023, Unsoed mengalami kenaikan pesat peringkat dalam dan luar negeri menurut lembaga pemeringkatan internasional, yakni peringkat 17 se-Indonesia oleh Webometrics dan 14 se-Indonesia oleh UniRank 4ICU.[18][19] Pusat keunggulan pemberdayaan perdesaan dan kearifan lokal sebagai identitas utama Unsoed dan peningkatan rekognisi internasional merupakan misi Universitas Jenderal Soedirman sebagai "World Class Civic University".[20] Universitas Jenderal Soedirman saat ini memiliki dua belas fakultas yang menyelenggarakan program pendidikan dalam jenjang vokasi, sarjana, magister, doktor, dan profesi.[21] SejarahPra-pendirian Universitas Djenderal Sudirman (awal 1960-an)Keresidenan Banyumas merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang menjadi tempat dinamika sosial, politik, dan kebudayaan yang signifikan sejak masa kolonial hingga awal kemerdekaan, utamanya di kawasan Jawa Tengah. Fakta ini berangkat dari beragam tokoh Banyumas yang memiliki pengaruh besar dalam peta perkembangan bangsa Indonesia, seperti Raden Mas Goembrek dan Raden Angka Prodjosoedirdjo yang merupakan salah satu tokoh pendiri gerakan Budi Utomo dan alumni Sekolah Pendidikan Dokter Bumiputra atau STOVIA, Raden Mas Margono Djojohadikoesoemo sebagai pendiri Bank Negara Indonesia, Margono Soekarjo sebagai dokter ahli bedah pertama di Indonesia, dan Raden Bei Aria Wirjaatmadja sebagai pendiri Bank Rakyat Indonesia. Kontribusi tokoh-tokoh nasional asal Banyumas ini tidak sejalan dengan kondisi masyarakat Keresidenan Banyumas yang tidak mempunyai pusat pendidikan tinggi, di mana masyarakat Banyumas masih mengandalkan perguruan tinggi di kota lain seperti Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta, Universitas Diponegoro di Semarang, dan Universitas Indonesia di Jakarta. Adanya isu ini kemudian melahirkan kehendak masyarakat Banyumas untuk mendirikan sebuah perguruan tinggi negeri agar calon mahasiswa bisa mengenyam pendidikan sarjana di wilayah Banyumas. Menimbang amanat yang tersurat dalam Pembukaan UUD 1945 dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan desakan masyarakat Banyumas akan kebutuhan pendidikan tinggi tersebut, para pemimpin Banyumas menggagas ide pendirian perguruan tinggi di wilayah Banyumas. Melalui inisiatif oleh pemangku kepentingan di Banyumas, yakni Raden Soemardjito sebagai Residen Banyumas, Raden Kriharto, Raden Soetardjo S., M. Soemarmo, Raden Soeroso, S.H., dan Letnan Kolonel Soegiharto, yang merupakan sebagian dari 35 orang tokoh inisiator dari latar belakang militer dan masyarakat umum, digagas sebuah lembaga bernama Jajasan Pembina Universitas Djenderal Sudirman. Nama Djenderal Sudirman dipilih sebagai perwujudan keinginan masyarakat Banyumas untuk memberi suatu penghormatan pada sosok Soedirman, pahlawan nasional asal Banyumas, yang namanya disematkan pada cikal-bakal universitas tersebut. Sebagai tindak lanjut atas gagasan ini, Jajasan Pembina Universitas Djenderal Sudirman resmi berdiri dengan Akta Notaris No. 32 tanggal 20 November 1961 di Yogyakarta yang ditandatangani oleh Notaris Raden Mas Wiranto. Jajasan Pembina Universitas Djenderal Sudirman sebagai lembaga penanggung jawab pendirian perguruan tinggi di Banyumas ini kemudian berusaha mewujudkan berdirinya sebuah universitas. Dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 195 tertanggal 23 September 1963, secara resmi didirikan Universitas Jenderal Soedirman (nomenklatur sebelumnya menurut Keppres dieja sebagai Universitas Djenderal Sudirman) yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno dan diresmikan oleh Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (kini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi) Prof. Dr. Tojib Hadiwidjaja yang bertempat di Rumah Dinas Residen Banyumas.[22][23] Awal pendirian dan tiga fakultas pendiri (1963–1965)Pendirian Universitas Jenderal Soedirman di Keresidenan Banyumas bermula dengan penempatannya di Purwokerto sebagai lokasi kampus utama. Kedudukan Unsoed di Purwokerto didasari oleh keadaannya sebagai ibu kota Keresidenan Banyumas, sebagai pusat politik dan ekonomi di Banyumas, yang memiliki infrastruktur dan sumber daya memadai, seperti kantor keresidenan (residentwooning) dan Stasiun Purwokerto peninggalan Staatsspoorwegen dari pemerintah Hindia Belanda, serta nilai historis dari Panglima Besar Jenderal Soedirman, tokoh Keresidenan Banyumas yang lahir di Purbalingga dan tumbuh di Cilacap, meraih puncak kariernya di militer sebagai Ketua Divisi Lokal Badan Keamanan Rakyat di Purwokerto.[24] Penempatan Universitas Jenderal Soedirman di Purwokerto, Banyumas ini menjadi sebuah simbol hubungan baik Pemerintah Republik Indonesia terhadap masyarakat Banyumas yang turut andil dalam perkembangan negara Indonesia, utamanya dalam hal pertahanan dan keamanan sejak masa pra-Kemerdekaan. Pendirian Universitas Jenderal Soedirman dimulai dengan dibentuknya tiga fakultas pendiri atau triad, yakni Fakultas Pertanian, Fakultas Biologi, dan Fakultas Ekonomi. Ketiga fakultas ini mencerminkan konteks sosial dan kebutuhan masyarakat Banyumas sebagai wilayah rural yang corak sosial-ekonominya kental dengan kegiatan pertanian. Kepemimpinan Unsoed dipegang pertama kali oleh Raden Soemardjito yang menjabat sebagai Ketua Presidium Universitas Jenderal Soedirman selama dua tahun dan didampingi oleh anggota-anggota Presidium, yaitu Raden Soeroso (Koordinator Kejaksaan Negeri Keresidenan Banyumas), Raden Kriharto (Kepala Inspektorat Kepolisian Daerah Banyumas), Letnan Kolonel Soegiharto (Komandan Resor Militer (Danrem), 071/Wijayakusuma), dan H.R. Boenyamin (Dekan Fakultas Pertanian). Angkatan pertama mahasiswa Unsoed resmi diterima dalam Upacara Penerimaan Mahasiswa Baru Tahun Ajaran 1963/1964 di halaman depan Rumah Dinas Residen Banyumas oleh Raden Soemardjito selaku Ketua Presidium Unsoed.[25] Pada tahun 1965, Unsoed resmi memiliki rektor pertama, Brigadir Jenderal TNI Raden Fransiskus Xaverius (R.F.) Soedardi, yang menjabat sampai 1974. Dalam masa ini, kepemimpinan Soedardi sebagai rektor didampingi oleh para Pembantu Rektor (PR), yaitu Raden Djanuar (PR I), Sri Markati (PR II), dan R.B. Darbohusodo (PR III). Ekspansi universitas dan era Reformasi (1966–1999)Pengembangan Unsoed baru dimulai beberapa tahun setelah pendiriannya sejak 1963 silam. Unsoed mendirikan Fakultas Peternakan pada tanggal 3 Desember 1965. Kemudian, pada tanggal 10 Februari 1966, secara resmi dilakukan serah terima Fakultas Peternakan yang merupakan hibah dari Universitas Islam Indonesia Yogyakarta kepada Unsoed yang sebelumnya adalah hasil pengembangan dari program Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan UII Cabang Purwokerto.[26][27] Kepemimpinan rektor kedua Unsoed dilanjutkan oleh Ignatius Soedaman Hadisoetjipto. Pada masanya, ia mencetuskan pendirian Fakultas Hukum melalui Surat Keputusan Rektor Nomor 022/PT30.Y/E.1979 untuk membentuk suatu panitia yang bertugas dalam pendirian Fakultas Hukum. Panitia tersebut melakukan studi banding dan konsultasi kepada universitas lain yang sudah terlebih dahulu memiliki fakultas hukum, seperti Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Padjadjaran, dan Universitas Diponegoro. Pemerintah Indonesia akhirnya menyetujui didirikannya Fakultas Hukum setelah menimbang bahwa Unsoed memiliki tiga fakultas ilmu eksakta, tetapi hanya memiliki satu fakultas ilmu non-eksakta saja. Maka demikian, pendirian Fakultas Hukum akan membantu menyeimbangkan disiplin ilmu yang ada di struktur keorganisasian Unsoed. Pada tanggal 13 Mei 1981, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, melalui surat kawat Direktur Pembinaan Sarana Akademisi, memberikan izin kepada Unsoed untuk menerima mahasiswa baru program studi hukum pada tahun akademik 1981/1982. Pada akhirnya, Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman resmi didirikan dan disahkan sebagai bagian dari Unsoed melalui Keputusan Presiden Nomor 50/1982. Dengan ini, pendirian Fakultas Hukum Unsoed menjadi inisiatif pengembangan ilmu pengetahuan kemasyarakatan pertama di Unsoed. Tidak hanya itu, dalam periode ini juga Unsoed membuka program studi kejuruan, yakni Program Diploma Ahli Kesekretariatan, Ahli Administrasi, dan Ternak Unggas dan Perah. Di luar pengembangan akademik, dalam periode ini Unsoed mulai merintis rencana induk pengembangan (RIP) yang dimaksudkan untuk menetapkan jati diri dan memapankan infrastruktur utama universitas, di antaranya yakni gedung-gedung perkuliahan dan kantor universitas, lambang universitas, identitas, dan lagu wajib/himne. Sampai pengujung jabatan rektor kedua ini pula menjadi akhir kepemimpinan rektor Unsoed dari tokoh berlatar belakang militer. Raden Djanuar, guru besar Fakultas Peternakan, yang menjabat sejak 1982–1986 sebagai rektor ketiga Unsoed merupakan titik awal kepemimpinan Universitas Jenderal Soedirman dari tokoh cendekiawan dan masyarakat sipil. Sejak periode kepemimpinan ini, pengembangan Unsoed menjadi lebih masif dengan pembangunan kampus baru di Karangwangkal, Purwokerto Utara, hanya berjarak beberapa blok ke arah tenggara dari kampus utama di Grendeng yang ada di sebelah barat laut. Dengan didirikannya kampus baru di lahan Karangwangkal, Fakultas Pertanian, Fakultas Biologi, dan Fakultas Peternakan dipindahkan ke kampus tersebut. Di tahun-tahun kepemimpinannya pula dilanjutkan rencana pendirian program studi kejuruan pada tahun 1983, yakni Program Diploma Pendidikan Ahli Keuangan, Pendidikan Ahli Administrasi Perkantoran, dan Pendidikan Ahli Ternak Unggas dan Perah. Djanuar menetapkan Rencana Universitas Lima Tahun Pertama (Reunlita) 1983–1988 yang didalamnya terdapat visi pendirian Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Panitia pendirian Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dibentuk melalui Surat Keputusan Rektor Nomor 81/PT30.Y/X Tahun 1983 yang diberikan tugas untuk melakukan konsultasi kepada Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Universitas Diponegoro, Universitas Padjadjaran, Universitas Airlangga, dan Konsorsium Ilmu-Ilmu Sosial. Di akhir masa jabatan Raden Djanuar, rencana pendirian Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik baru setengah terwujud dengan didirikannya Program Sarjana Sosiologi dan Sarjana Administrasi Negara yang masih harus menginduk pada Fakultas Hukum Unsoed dan disahkan melalui Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor 29/DIKTI/Kep/1984. Program Sarjana Sosiologi dan Sarjana Administrasi Negara menerima mahasiswa baru di angkatan pertamanya pada tahun akademik 1985/1986. Rektor keempat Unsoed sekaligus guru besar Fakultas Ekonomi Unsoed, Roedhiro, dalam masa kepemimpinannya memfokuskan upaya pendirian Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsoed. Pendirian Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ini dilatarbelakangi oleh tuntutan mahasiswa yang menginginkan agar Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Fakultas Hukum untuk dimekarkan dan membentuk fakultasnya sendiri. Pada masa itu, terjadi demonstrasi mahasiswa yang mendesak Rektor untuk meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan agar segera mengesahkan pendirian Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Soebardi melanjutkan kepemimpinan sebagai rektor kelima dan menuntaskan kerja Roedhiro yang belum selesai, yakni pendirian Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Pada masanya, terdapat peningkatan signifikansi pengembangan ilmu pengetahuan kemasyarakatan dan animo masyarakat yang tinggi untuk mendaftar pada program studi ilmu sosial dan ilmu politik di Unsoed. Dorongan ini membuat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan akhirnya memberikan izin pendirian Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada tanggal 21 Oktober 1993 berdasarkan Surat Keputusan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0377/O/1993. Dengan disahkannya peraturan ini, Program Sarjana Sosiologi dan Administrasi Negara resmi memisahkan diri dari Fakultas Hukum Unsoed dan menginduk pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsoed. Di masa kepemimpinan rektor Soebardi pula, Unsoed mulai merintis program studi pascasarjana. Program Pascasarjana Unsoed didirikan karena terdapat minat yang tinggi dari lulusan sarjana untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Oleh karena itu, didirikanlah Program Magister Manajemen yang disahkan oleh Surat Keputusan Dirjen Dikti Depdikbud Nomor 205/Dikti/Kept/1996 tanggal 10 Juli 1996. Kepemimpinan rektor keenam dipegang oleh Rubijanto Misman yang merupakan alumnus pertama Unsoed dari Fakultas Biologi dan menjadi salah satu guru besar pertama di Unsoed. Ia memulai jabatan periode pertamanya pada tahun 1997–2001. Menjelang keruntuhan Orde Baru dan sesaat terjadinya peristiwa Reformasi Indonesia, Unsoed mulai mengalami ketidakstabilan akibat gejolak sosial politik nasional yang turut melanda banyak perguruan tinggi di Indonesia. Kegiatan perkuliahan menjadi tidak kondusif dan pengembangan universitas ikut mandek akibat situasi ekonomi, sosial, dan politik yang tidak menentu. Pada masa ini, mahasiswa Unsoed terlibat dalam rangkaian aksi demonstrasi yang menuntut demokratisasi negara Indonesia dan keterbukaan akademik di lingkungan perguruan tinggi. Tidak hanya kota-kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya, Purwokerto sebagai kota pendidikan juga turut menjadi lokus gerakan mahasiswa. Pada tanggal 7 Mei 1998, terjadi peristiwa demonstrasi di Jalan H.R. Boenyamin (jalan protokol di depan Kampus Grendeng Unsoed) yang berujung pada bentrok antara mahasiswa dengan aparat keamanan ketika mahasiswa melakukan aksi damai di depan Patung Kuda Jenderal Soedirman. Bentrok diwarnai dengan tindak penembakan gas air mata kepada mahasiswa untuk meredam kericuhan demonstran. Tercatat bahwa 70 mahasiswa mengalami pingsan dan 21 dilarikan ke rumah sakit akibat peristiwa ini.[28] Pengembangan akademik dan internasionalisasi (2000–2013)Kepemimpinan rektor dilanjutkan oleh Rubijanto Misman yang menjabat periode keduanya pada tahun 2001–2005. Pasca-Reformasi, Unsoed memulihkan pengembangan universitas secara pesat seiring dengan situasi politik Indonesia yang mulai stabil. Pada tahun 2001, Unsoed mulai merintis pendirian Program Sarjana Pendidikan Dokter dengan rencana pembangunan Fakultas Kedokteran di Kompleks Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo. Pengembangan program sarjana di bidang teknik mulai dirintis oleh Rubijanto Misman dalam masa jabatan keduanya ini yang diawali dengan nota kesepahaman antara Rektor Unsoed dengan Triyono Budi Sasongko, Bupati Purbalingga pada tahun 2004, mengenai pendirian Program Sarjana Teknik di Blater, Purbalingga, dengan skema hibah lahan (land grant) seluas 13 hektare dalam tujuan pengembangan Purbalingga sebagai kawasan industri dan salah satu kota penyangga Purwokerto di wilayah Keresidenan Banyumas.[29] Kesepakatan tersebut dituangkan dalam bentuk nota kesepahaman (MoU). Dalam nota tersebut, dinyatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Purbalingga akan menyediakan lahan guna mewujudkan maksud pembangunan Program Sarjana Teknik di Purbalingga. Pengembangan terakhir dalam kepemimpinan Rubijanto Misman adalah pendirian program pascasarjana secara masif di berbagai fakultas. Rektor ketujuh, Soedjarwo, dalam masa jabatannya pada tahun 2005–2010 berfokus pada keberlanjutan program dari rektor di masa sebelumnya dan penambahan program studi dalam jenjang diploma, sarjana, pascasarjana, hingga profesi. Pada tahun kepemimpinannya, didirikan Fakultas Sains dan Teknik (FST) yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Rektor Unsoed Nomor Kept. 239/H23/Ot/2007 tentang Pembentukan Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman serta Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan (FKIK) yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Rektor Universitas Jenderal Soedirman Nomor Kept. 122/H23/OT/2007 tentang Pembentukan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman.[30] Pendirian fakultas-fakultas ini merupakan perkembangan dari program studi terkait yang sebelumnya masih beroperasi secara sendiri-sendiri. Pada tahun 2008, DPRD Kabupaten Purbalingga menguatkan hibah lahan yang ditempati oleh Jurusan Teknik Fakultas Sains dan Teknik (yang kemudian memisahkan diri menjadi Fakultas Teknik pada tahun 2014) di Kampus Blater dalam Surat Keterangan Pimpinan DPRD Kabupaten Purbalingga No. 170-02 Tahun 2008, tertanggal 26 Mei 2008.[31] Rektor kedelapan, Edy Yuwono, yang juga merupakan guru besar Fakultas Biologi, menjabat pada tahun 2010–2013, mulai mencanangkan misi penjenamaan Unsoed dalam mewujudkan universitas berstandar internasional atau world class civic university yang dilakukan dengan pengembangan kemitraan oleh Unsoed dengan perguruan tinggi dan institusi di luar negeri. Di masa ini pula Unsoed membangun rumah sakit gigi dan mulut pertama di Provinsi Jawa Tengah sebagai upaya pengembangan studi kedokteran gigi.[32] Misi ini kemudian dilanjutkan oleh kepemimpinan rektor kesembilan, Mas Yedi Sumaryadi yang menjabat sejak 2013–2014. Restrukturisasi dan transisi menuju badan hukum (2014–sekarang)Kepemimpinan rektor kesepuluh Unsoed, Achmad Iqbal, yang sebelumnya merupakan Dekan Fakultas Pertanian Unsoed, menjabat pada tahun 2014–2018, menghasilkan kebijakan restrukturisasi universitas dengan menimbang 57 program studi, yang pada masanya tergabung hanya dalam delapan fakultas, agar dipecah menjadi dua belas fakultas dengan disiplin ilmu dalam satu rumpun yang sama untuk memudahkan pengembangan akademik dan institusional, yang kemudian disahkan oleh Keputusan Menteri Pendidikan Nasional dan Surat Keputusan Rektor Unsoed Tahun 2014 Nomor 1600/UN23/OT.01/2014 tertanggal 24 Oktober 2014 tentang Penetapan Fakultas-Fakultas Baru Universitas Jenderal Soedirman.[33][34] Adapun fakultas dan jurusan yang mengalami restrukturisasi adalah sebagai berikut:
Dalam kepemimpinan rektor kesebelas, Suwarto, yang menjabat pada tahun 2018–2022, Unsoed resmi menyandang akreditasi institusi "A" oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Di periode ini pula Unsoed mulai mengalami perkembangan infrastruktur seperti pembangunan fasilitas dan gedung perkuliahan, revitalisasi kampus, dan rencana pembangunan aset bendawi (tangible) seperti gedung dan aset tak benda (intangible) seperti paten atau bisnis universitas untuk meningkatkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP), seperti rencana pembangunan hotel universitas Unsoed Inn[35][36], unit usaha dan ritel seperti Unsoed Campus Cafe dan Soedirman Adventure Coffee[37][38] dan pasar swalayan Edumart Koperasi Serba Usaha Karyawan Unsoed (Kosuku)[39], kantor kas bank, gerai kewirausahaan mahasiswa, dan Lahan Pertanian Percobaan Pendidikan. Dalam masa kepemimpinan rektor kedua belas yang menjabat sejak 2022, Akhmad Sodiq, pengembangan Unsoed difokuskan pada penjenamaan, peningkatan rekognisi nasional dan internasional, dan pengembangan kapasitas usaha milik universitas. Misi ini dilakukan dalam upaya memenuhi tuntutan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi untuk mendorong kemandirian perguruan tinggi negeri di Indonesia menjadi badan otonom serta mengikuti jejak universitas negeri lain di Jawa Tengah yang sudah terlebih dahulu menjadi perguruan tinggi negeri badan hukum (PTN BH).[40][41] Upaya penjenamaan Unsoed dilakukan dengan melanjutkan visi pusat keunggulan (center of excellence) Unsoed sebagai pusat pengembangan sumber daya perdesaan dan kearifan lokal yang diakui dunia tahun 2034.[42] Pada tahun 2022, Unsoed melakukan penjenamaan ulang (rebranding) dengan menggagas tagline "Merdeka, Maju, Mendunia" yang menandai awal fase ketiga Rencana Induk Pengembangan (RIP) Unsoed tahun 2015–2034 sebagai universitas berkelas dunia.[43] Transisi Unsoed dari perguruan tinggi badan layanan umum (BLU) menuju badan hukum (BH) mulai dirintis dengan kandidasi Unsoed sebagai PTN BH dengan skor 300,66 (per 11 Maret 2023)[44], pembangunan kampus cabang Unsoed di Kabupaten Pangandaran dan Kabupaten Cilacap[45][46], pembangunan Rumah Sakit Akademik seluas 3,5 hektare[47], pembangunan Laboratorium Scientec Medis berbasis nuklir dengan kerja sama konsorsium Jepang[48], pembukaan beberapa program studi baru[49], dan akreditasi internasional program studi oleh lembaga akreditasi internasional seperti ASIIN, FIBAA, dan IABEE.[50][51][52][53] Secara konseptual, Unsoed sudah melakukan beberapa lokakarya dan pembahasan mengenai perencanaan perubahan status menjadi perguruan tinggi negeri badan hukum (PTN BH) sejak 2023.[54] IdentitasEtimologiNama Jenderal Soedirman dalam Universitas Jenderal Soedirman merupakan bentuk penghormatan kepada Panglima Besar Jenderal Soedirman sebagai pahlawan nasional Indonesia yang lahir di wilayah Keresidenan Banyumas.[55] Nama resmi Unsoed pada zaman dahulu sempat dieja sebagai Universitas Djenderal Sudirman karena menggunakan sistem Ejaan Republik yang berlaku di masa Presiden Soekarno dan ditetapkan dalam Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 195, yang kemudian diubah seiring dengan diberlakukannya pedoman Ejaan yang Disempurnakan. LambangDeskripsi
Lambang atau Segel Akademik Unsoed memiliki dasar berupa lima helai mahkota bunga teratai berwarna kuning dan dibatasi oleh garis tepi berwarna hitam yang bermakna Unsoed sebagai perguruan tinggi yang berlandaskan Pancasila. Di dalam mahkota bunga tersebut memiliki potret siluet Panglima Besar Jenderal Soedirman setengah badan berwarna hitam dan mengenakan penutup kepala khas Banyumas yang bernama iket. Jenderal Soedirman diharapkan dapat menjadi jiwa, aspirasi, dan semangat bagi seluruh sivitas akademika Unsoed. Di atas kepala Jenderal Soedirman terdapat sebuah bintang bersudut lima berwarna kuning keemasan yang bermakna takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di bawah Jenderal Soedirman terdapat gambar bunga cempaka putih yang memiliki satu buah putik, tiga pasang mahkota bunga yang melambangkan Tridharma Perguruan Tinggi, serta dua buah kelopak daun di sebelah kiri dan kanan. Bunga cempaka putih ini menyimbolkan jiwa membela kejujuran, kebenaran, keadilan, kesatria, bertanggung jawab, dan tidak kenal menyerah.[55] Selain itu, bunga cempaka putih sebagai flora resmi dari Provinsi Jawa Tengah adalah representasi Unsoed sebagai perguruan tinggi negeri yang berkedudukan di provinsi ini. Elemen-elemen simbol tersebut dipugas dengan tulisan Universitas Jenderal Soedirman, angka 1963 tahun pendirian Unsoed, dan dua bintang pembatas, yang berwarna hitam. Lambang lamaPada tahun 2017, Unsoed melakukan perubahan desain lambang resminya dan disahkan secara hukum melalui Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 tentang Statuta Universitas Jenderal Soedirman dan menggantikan statuta sebelumnya yang berlaku tahun 2004.[56] Lambang lama Unsoed memiliki beberapa perbedaan elemen dari lambang baru. Pada lambang lama tidak terdapat tulisan Universitas Jenderal Soedirman, angka 1963 tahun pendirian Unsoed, dan dua bintang pembatas berwarna hitam. Warna dasar kuning bunga teratai di lambang baru lebih cerah daripada lambang lama. Selain itu, warna bintang bersudut lima di atas kepala Jenderal Soedirman berubah menjadi kuning emas di lambang baru. Lambang ini tidak lagi digunakan sejak tahun 2017. Jas AlmamaterWarna jas almamater Unsoed adalah kuning keemasan yang menyimbolkan warna resmi dari Universitas Jenderal Soedirman. Di bagian kantung jas almamater terdapat lambang Unsoed. Jas almamater ini dikenakan saat upacara penerimaan mahasiswa baru, acara kemahasiswaan, acara universitas, dan agenda formal. LaguLagu wajib Universitas Jenderal Soedirman adalah Himne Universitas Jenderal Soedirman dan Mars Universitas Jenderal Soedirman. Himne Universitas Jenderal Soedirman yang berjudul "Harumkan Wiyata Tinggi" adalah musik himne dinyanyikan secara khidmat. Mars Universitas Jenderal Soedirman yang berjudul "Tinggikan Martabat Bangsa" adalah musik mars yang biasa dinyanyikan sebagai lagu penggerak semangat sivitas akademika.[57] Kedua lagu ini diciptakan oleh seorang komponis Indonesia bernama Raden Aloisius Joseph (R.A.J.) Soedjasmin sekaligus tokoh Korps Musik Polri dan Direktur Akademi Musik Indonesia.[58] Kedua lagu wajib ini selalu diperdengarkan di upacara penerimaan mahasiswa baru atau wisuda Unsoed bersamaan dengan beberapa lagu wajib nasional dan lagu daerah, seperti "Nyiur Hijau" karya Maladi, "Rayuan Pulau Kelapa" karya Ismail Marzuki, dan "Di Tepinya Sungai Serayu" karya Soetedja Poerwodibroto.
Bendera dan WarnaBendera Universitas dan Bendera Fakultas merupakan bendera resmi yang dapat ditampilkan sebagai panji-panji atau bendera di unit kerja universitas maupun di masing-masing fakultas. Setiap bendera unit kerja di lingkungan Unsoed memiliki warna dasar yang berbeda dan unik. Standar ukuran bendera-bendera di Unsoed adalah 3:2.[59] Bendera Universitas Jenderal Soedirman adalah lambang Unsoed yang dilatarbelakangi oleh warna universitas, yakni kuning tua. Bendera Fakultas di Unsoed adalah lambang Unsoed yang dilatarbelakangi oleh warna-warna identitas yang ditetapkan pada masing-masing fakultas, di antaranya:
Organisasi dan administrasi
Sebagai perguruan tinggi negeri, Unsoed memiliki organ universitas yang berfungsi untuk menjalankan tugas di dalam keorganisasian Unsoed dan melaksanakan mandat dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Rektorat Unsoed dipimpin oleh seorang Rektor yang ditunjuk oleh dan bertanggung jawab langsung kepada Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia dan memiliki tugas untuk menjalankan fungsi penetapan kebijakan non-akademik dan pengelolaan universitas. Senat dipimpin oleh seorang Ketua Senat dan memiliki tugas untuk menjalankan fungsi penetapan dan pertimbangan pelaksanaan kebijakan akademik.[61] AkademikPenerimaanPenerimaan mahasiswa baru di Unsoed merupakan salah satu yang paling ketat di Indonesia.[62] Pada tahun 2023, Unsoed menerima 7.296 mahasiswa baru di semua jenjang pendidikan. Khusus untuk program sarjana dan vokasi, dari total puluhan ribu calon mahasiswa baru, yakni 92.391 pendaftar pada seleksi penerimaan di tahun 2023, Unsoed hanya menerima 6.673 orang sehingga tingkat penerimaan Unsoed pada tahun 2023 menyentuh angka yang sangat ketat, yakni 7,2%.[63] Untuk program sarjana dan vokasi, Unsoed mengikuti mekanisme penerimaan mahasiswa baru dalam sistem Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru yang diselenggarakan oleh Balai Pengelolaan Pengujian Pendidikan (BP3) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, yakni Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) yang menggunakan nilai rapor, portofolio, dan prestasi nonakademik, serta Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) yang menggunakan nilai Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). Unsoed juga menyelenggarakan ujian mandiri yang dinamakan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) Unsoed. SPMB Unsoed mengalokasikan kuota penerimaan sebesar 30% dari keseluruhan kursi yang disediakan dalam setiap tahun penerimaan.[64] SPMB Unsoed terdiri dari dua skema, yakni SPMB Mandiri Jalur UTBK dan SPMB Mandiri Jalur Non-UTBK.[65] SPMB Mandiri Jalur UTBK menggunakan kombinasi antara nilai UTBK dan rapor SMA/sederajat dan terbuka untuk calon mahasiswa program vokasi, sarjana reguler, dan sarjana kelas internasional. Sementara itu, SPMB Mandiri Jalur Non-UTBK menggunakan nilai rapor SMA/sederajat murni dan hanya menerima calon mahasiswa program vokasi dan sarjana kelas internasional. Sebelumnya, seleksi mandiri Unsoed pernah diselenggarakan secara internal menggunakan standar pengujian sendiri, yakni SPMB Mandiri Ujian Tulis yang terdiri dari Tes Potensi Akademik dan Tes Wawasan Kebangsaan. Namun, sejak 2020 sistem ujian tulis tersebut digantikan dengan seleksi lewat pengakuan sertifikat nilai UTBK yang diterbitkan Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi atau LTMPT (sekarang BP3 Kemdikbudristek).[66] Penerimaan mahasiswa baru Program Pascasarjana hanya diselenggarakan secara internal lewat sistem Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Pascasarjana melalui mekanisme pengujian tertulis yang dinamakan Ujian Potensi Akademik Pascasarjana (UPAP) Unsoed.[67] AkreditasiUniversitas Jenderal Soedirman memperoleh akreditasi institusi "A" dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) sejak 2018.[68] Sebanyak 53,9% program studi Unsoed telah terakreditasi "A"/"Unggul", 33% terakreditasi "B"/"Baik Sekali", dan 6,6% terakreditasi "C"/"Baik".[69] Beberapa program studi Unsoed sudah meraih akreditasi internasional dan akreditasi independen yang dianugerahkan oleh lembaga akreditasi internasional, seperti Akkreditierungsagentur für Studiengänge der Ingenieurwissenschaften, der Informatik, der Naturwissenschaften und der Mathematik (ASIIN), Foundation for International Business Administration Accreditation (FIBAA), Indonesian Accreditation Board for Engineering Education (IABEE), dan Lembaga Akreditasi Mandiri Ekonomi Manajemen Bisnis dan Akuntansi (LAMEMBA). Unsoed adalah anggota di beberapa badan akreditasi bergengsi, seperti Association to Advance Collegiate Schools of Business (AACSB) dan Alliance on Business Education and Scholarship for Tommorow a 21st Century Organization (ABEST21). Reputasi dan peringkatLembaga internasional
Pemeringkatan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan TinggiPada tahun 2016, Universitas Jenderal Soedirman memperoleh peringkat ke-16 terbaik dari 3.320 perguruan tinggi di Indonesia dan menempati klaster 2 pada peringkat pertama.[75] Sejak 2023, Unsoed berada di klaster "Mandiri" atau kuartil 1 yang merupakan jajaran 40 besar perguruan tinggi terbaik di Indonesia dengan kriteria kemampuan kinerja pendidikan tinggi yang mapan dan kualitas penelitian dan pengabdian masyarakat yang unggul.[76][77]
*Seiring dengan peralihan kewenangan pendidikan tinggi dari Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia ke Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia pada tahun 2021, terdapat jeda dan perubahan sistem klasterisasi perguruan tinggi di Indonesia. PrestasiPada tahun 2021, Unsoed masuk ke dalam 15 besar perguruan tinggi terbanyak yang meloloskan program kreativitas mahasiswa sebanyak 86 proposal ke kompetisi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) XXXIV yang diselenggarakan di Universitas Sumatera Utara dan memperoleh tiga medali perunggu.[78][79] Unsoed memperoleh Juara Terbaik 1 Anugerah Kerjasama Kategori Manajemen Laporan Kerja Sama dan Fasilitasi Kerja Sama, Juara Terbaik 1 Anugerah Humas Kategori Unit Layanan Terpadu, Juara Terbaik 2 Anugerah Humas Kategori Laman/Website, dan Juara Harapan 2 Anugerah Humas Kategori Media Sosial dalam Anugerah Diktiristek 2021 dan mengungguli perguruan tinggi badan layanan umum lainnya.[80] Fakultas, Pascasarjana, dan program studiProgram studi vokasi, sarjana, dan pascasarjana monodisiplin
Program Sarjana Kelas Internasional (International Undergraduate Program)Program Sarjana Kelas Internasional atau International Undergraduate Program Unsoed adalah program studi sarjana khusus yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya dan memiliki kegiatan kemitraan dengan perguruan tinggi luar negeri (PTLN) dalam kurikulumnya, seperti pertukaran pelajar dan gelar ganda.[81] Program ini tetap menginduk pada fakultas-fakultas terkait, di antaranya sebagai berikut: Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB)
Fakultas Hukum (FH)
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Fakultas Biologi (Fabio)
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan (Fikes)
Pascasarjana Universitas Jenderal SoedirmanPascasarjana Universitas Jenderal Soedirman adalah unit pendidikan di dalam Unsoed yang setingkat dengan fakultas/sekolah. Berbeda dengan fakultas-fakultas di Unsoed yang kelembagaannya dipimpin oleh seorang dekan, Pascasarjana Unsoed dipimpin oleh seorang direktur. Pascasarjana Unsoed adalah perkembangan dari Program Pascasarjana Unsoed yang secara kelembagaan berdiri pada tahun 2001 melalui Surat Keputusan Rektor Nomor 100/J23/KP/2001 tentang Organisasi dan Tata Kelola Program Pascasarjana Unsoed, walaupun demikian program studi pascasarjana Unsoed secara historis sudah ada sejak 1996.[82] Mengacu kepada peraturan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia yang mengatur istilah "program" sebagai satuan kegiatan pembelajaran dalam kurikulum serta kesepakatan Forum Program-Program Pascasarjana Indonesia pada tahun 2015 yang mengubah istilah "program pascasarjana" menjadi "sekolah" atau "fakultas", maka dilakukan penyesuaian kelembagaan Program Pascasarjana Unsoed. Dalam perubahan istilah itu, Unsoed menamakannya sebagai "Pascasarjana" saja. Perubahan ini ditetapkan dalam Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2017 dan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 28 Tahun 2017 tentang Statuta Universitas Jenderal Soedirman. Secara fungsional, Pascasarjana Unsoed hanya mengelola penerimaan dan administrasi mahasiswa pascasarjana serta pembelajaran program studi pascasarjana dalam bidang keilmuan multidispliner (lintas ilmu), sementara program studi pascasarjana monodisiplin dikelola oleh fakultas-fakultas terkait.[82] Program studi di Pascasarjana Unsoed
Program Profesi dan Pendidikan Dokter Spesialis
KampusUnsoed adalah universitas dengan kampus bertipe kota perguruan tinggi (university town), yaitu adalah wilayah yang didominasi oleh penduduk suatu universitas, bahkan menyaingi jumlah penduduk asli di daerah sekitar, sehingga sebagian besar kegiatan di wilayah tersebut ditujukan untuk kegiatan perguruan tinggi dan berdampak pada ekonomi dan kehidupan kota setempat. Unsoed mengadopsi sistem multikampus, yaitu beberapa fakultas dan program dikelompokkan dalam rumpun ilmu tertentu dengan sejumlah kampus yang berkedudukan di kawasan metropolitan Purwokerto.[83] GrendengKampus Grendeng berada di di Jalan Prof. Dr. H.R. Boenyamin dan Jalan Kampus, Grendeng, Purwokerto Utara. Kampus Grendeng adalah kampus utama yang merupakan lokasi untuk kantor-kantor lembaga pusat Unsoed, seperti Rektorat, Pusat Administrasi, UPT Perpustakaan, Unsoed Press, Lembaga Pengembangan Teknologi dan Sistem Informasi (LPTSI), UPT Bahasa, Gedung Registrasi Mahasiswa dan Alumni Unsoed, International Relation Office (IRO) Unsoed, dan Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M). Kemudian, Rumpun Ilmu Sosial dan Humaniora Unsoed juga berada di kampus ini (kecuali Fakultas Ilmu Budaya), yakni Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Hukum, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Selain itu, di sini terdapat beberapa fasilitas utama seperti Graha Widyatama Prof. Rubijanto Misman, Gedung Pertemuan Soemardjito, Gelanggang Olahraga Soemardjito, Perumahan Dosen (Perumdos), Unsoed Campus Cafe, Bank Jateng Kantor Kas Unsoed, Masjid Nurul Ulum Unsoed, Pusat Anjungan Tunai Mandiri (ATM Hub), dan Edumart Kosuku. KarangwangkalKampus Karawangkal berada di Jalan Dr. Soeparno, Karangwangkal, Purwokerto Utara. Kampus ini sebagian besar merupakan lokasi untuk Rumpun Ilmu Sains dan Teknologi Unsoed dan beberapa unit atau lembaga Unsoed serta terbagi menjadi dua sayap, yakni sayap timur dan sayap barat. Pada Kampus Karangwangkal sayap timur terdapat Fakultas Biologi, Fakultas Pertanian, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Peternakan, dan Fakultas Ilmu Budaya. Terdapat pula fasilitas-fasilitas, yakni Integrated Academic Building (IAB) Unsoed, Peternakan Pendidikan Experimental Farm (Ex-Farm) Fapet Unsoed, Lahan Pertanian Pendidikan, dan Laboratorium Riset. Sementara itu, di Kampus Karangwangkal sayap barat terdapat Pascasarjana Universitas Jenderal Soedirman, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Jurusan Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran, dan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan. Selain itu, terdapat pula fasilitas dan kantor lembaga, yakni Gelanggang Olahraga Soesilo Soedarman, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unsoed, Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM), Pusat Mahasiswa Wirausaha (PMW), Taman Agrowisata Unsoed, Kantin Halal Soedirman, Rusunawa Wisma Soedirman, Asrama Putri, Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Unsoed, dan SPBU Pertamina Shop Unsoed. Purwokerto KidulKampus Purwokerto Kidul berada di Jalan Jenderal Soedirman Timur, Purwokerto Kidul, Purwokerto Selatan, yang merupakan lokasi untuk Klinik Pratama Soedirman dan gedung kuliah Jurusan Kedokteran Gigi (gedung Skill Labs dan praktikum). MersiKampus Mersi berada di Jalan Dr. Gumbreg No. 1, Kompleks Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo, Mersi, Purwokerto Timur. Kampus ini merupakan kampus utama untuk Fakultas Kedokteran. Kampus ini terdiri dari tiga kompleks gedung, yakni:
BlaterKampus Blater berada di Jalan Mayjen Sungkono, Blater, Kalimanah, Kabupaten Purbalingga. Kampus ini merupakan lokasi untuk Fakultas Teknik. Kampus ini merupakan yang terjauh dari seluruh kampus pusat di Purwokerto sekaligus menjadi fakultas yang terluas di Unsoed. Kampus Blater memiliki beberapa gedung dengan fungsi tertentu[84], di antaranya adalah Gedung A untuk kepala jurusan, Gedung B untuk ruang dosen, Gedung C untuk gedung kuliah pembelajaran utama, Gedung D untuk laboratorium pusat, Gedung E untuk gedung pembelajaran, dan Gedung F untuk Dekanat FT Unsoed. Selain itu, FT Unsoed memiliki beberapa fasilitas seperti Masjid Hamzah bin Abdul Muthalib FT Unsoed yang didanai oleh Qatar Charity[85], unit layanan terpadu fakultas, gedung sekretariat organisasi mahasiswa, pendopo fakultas, ATM Bank Negara Indonesia, lapangan olahraga, dan perpustakaan fakultas yang dilengkapi ruang kerja bersama (coworking space). LainnyaUnsoed memiliki hutan pendidikan di Karangjengkol, Purbalingga seluas 100 hektare yang digunakan sebagai pusat studi pertanian dan kehutanan terpadu[86]; Laboratorium Agronomi Lapangan milik Fakultas Pertanian di Kedungrandu, Banyumas[87]; dua kandang peternakan unggas modern di Kampus Gunung Tugel, Karangklesem, Purwokerto Selatan yang ditujukan sebagai laboratorium lapangan ilmu peternakan dan unit ventura universitas[88]; serta tanah di Menganti dan Tegalkamulyan, Kabupaten Cilacap yang akan menjadi lokasi kampus baru Fakultas Kedokteran dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.[89] Fasilitas
Pusat penelitianPenelitian Universitas Jenderal Soedirman dikelola oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unsoed dan membawahkan beberapa pusat penelitian, yakni:[90]
Kehidupan mahasiswaOrganisasi mahasiswa intrakampusBadan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unsoed dan Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM) Unsoed adalah dua organisasi yang menjadi representasi mahasiswa Unsoed dan memiliki tugas untuk menyalurkan aspirasi mahasiswa.[91] BEM Unsoed memiliki fungsi eksekutif yang menjalankan aktivitas kemahasiswaan dan dipimpin oleh seorang Presiden. DLM Unsoed memiliki fungsi legislatif yang membuat undang-undang untuk Keluarga Besar Mahasiswa Unsoed (KBMU) dan mengawasi kinerja BEM dan dipimpin oleh seorang Ketua. Pemilihan Raya (Pemira) Unsoed diadakan setiap pergantian periode untuk memilih Presiden BEM yang baru melalui sistem voting suara terbanyak. KegiatanUniversitas Jenderal Soedirman menyelenggarakan dan memfasilitasi kegiatan nonakademik yang bertujuan untuk mengembangkan minat dan bakat mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman. Kegiatan organisasi dan unit kegiatan mahasiswa Unsoed berpusat pada Kompleks Pusat Kegiatan Mahasiwa (PKM) Unsoed yang berada di Kampus Karangwangkal. Unit kegiatan mahasiswa di lingkungan Universitas Jenderal Soedirman antara lain:[92]
Paguyuban mahasiswa daerahPaguyuban mahasiswa daerah adalah organisasi mahasiswa yang memiliki basis keanggotaan mahasiswa sesama asli daerah tertentu di seluruh penjuru Indonesia. Selain sebagai forum bagi mahasiswa sesama daerah, paguyuban mahasiswa daerah Unsoed memiliki jaringan yang kuat dengan sekolah-sekolah di daerah sebagai media pengenalan Unsoed kepada para siswa SMA/sederajat di almamater lama mereka yang merupakan calon mahasiswa baru. Berikut adalah daftar paguyuban mahasiswa daerah di Unsoed[93]:
Rektor
Tokoh terkenalUniversitas Jenderal Soedirman memiliki ikatan alumni yang tergabung dalam Keluarga Alumni Unsoed (KA Unsoed). Beberapa nama berikut adalah alumni yang kiprahnya telah dikenal di Indonesia, antara lain:
Daftar tokoh terkenal alumnus Unsoed
Akses transportasi umumUniversitas Jenderal Soedirman dapat diakses melalui transportasi umum berupa bus raya terpadu (BRT) yang dioperasikan oleh Trans Banyumas dan Trans Jateng dengan koridor yang melewati kampus-kampus Unsoed sebagai berikut: Kampus Grendeng
Kampus Mersi
Kampus Blater
Referensi
Pranala luar |