Universitas Halu Oleo
Universitas Halu Oleo, disingkat UHO, adalah perguruan tinggi negeri di Kendari, Sulawesi Tenggara, Indonesia, yang berdiri tahun 1964 sebagai perguruan tinggi swasta filial dari Universitas Hasanuddin Makassar.[1] UHO awalnya adalah universitas swasta yang didirikan oleh Drs. H. La Ode Manarfa dan Drs. La Ode Malim. Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 37 tahun 1981 UHO secara resmi menjadi perguruan tinggi negeri ke 42 di Indonesia, tepatnya pada 19 Agustus 1981. Dalam catatan sejarah UHO, Drs. La Ode Malim merupakan Rektor UHO pertama. Rektor Unhalu berikutnya ketika UHO menjadi Universitas Negeri adalah Prof. H. Eddy Agussalim Mokodompit, M.A. yang namanya kemudian diabadikan pada auditorium kampus Universitas Halu Oleo. Kemudian Universitas Halu Oleo dipimpin oleh Usman Rianse putra berdarah Muna. Rektor pada saat ini adalah Prof. Dr. Muh. Zamrun Firihu, S.Si., M.Si., M.Sc. SejarahUniversitas Halu Oleo secara historis pendiriannya diinisiasi oleh Drs. H. La Ode Manarfa (Sultan Buton Ke-39) di Bau-Bau Kabupaten Sulawesi Tenggara (Kota Baubau) pada tahun 1960-an, hingga lahirlah Universitas Sulawesi Tenggara. Bukan hanya ide yang disampaikan oleh Drs. H. La Ode Manarfa, tetapi juga materi yang dipergunakan dalam memperlancar proses perkuliahan kampus tersebut, adapun pendirian kampus ini kemudian disambut hangat oleh berbagai kalangan di Sulawesi Tenggara saat itu. Kampus Universitas Sulawesi Tenggara saat itu berlokasi di Kamali yang berlokasi di Kelurahan Wale. Kini bekas tempat Universitas Sulawesi Tenggara tersebut dikenal dengan sebutan Istana Ilmiah [Palace of Wisdom] yang sehari-hari digunakan sebagai tempat perkuliahan yang diselenggarakan oleh Universitas Dayanu Ikhsanuddin (UNIDAYAN) Baubau. Sebelum bernama Universitas Halu Oleo dengan singkatan UNHALU atau UHO seperti yang dikenal saat ini, kampus ini dulunya bernama Universitas Haluoleo atau disingkat Unhol. Pada waktu yang lebih lawas pula sebenarnya kampus ini bernama Universitas Sulawesi Tenggara. Kampus ini didirikan di Kota Bau-Bau yang saat itu menjadi Ibu Kota Kabupaten Sulawesi Tenggara. Seiring dengan berdirinya Provinsi Sulawesi Tenggara dari yang tadinya Kabupaten Sulawesi Tenggara sebagai hasil pemekaran dari Provinsi Sulawesi Selatan Tenggara maka Universitas Sulawesi Tenggara dengan aset-aset bergeraknya yang ada di Kota Bau-Bau dipindahkan ke Kendari sebagai Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara. Setelah sampai di Kendari, pada tahun 1964 Universitas Sulawesi Tenggara lalu kemudian diubah namanya menjadi Universitas Haluoleo dengan singkatan Unhol yang selanjutnya menjadi perguruan tinggi swasta yang filial dengan Universitas Hasanuddin di Makassar. Filialnya Universitas Haluoleo dengan Universitas Hasanuddin salah satunya karena tidak lepas dari peran historis dari salah satu pendiri Universitas Haluoleo yakni Drs. H. La Ode Manarfa yang pernah turut andil dalam proses lahirnya Universitas Hasanuddin. Bukan hanya dana yang disumbangkan tetapi juga ide-ide. Salah satu sumbangan gagasan yang tampak nyata pada Universitas Hasanuddin hari ini adalah adanya simbol Ayam Jantan pada logo Universitas Hasanuddin. Setelah tujuh belas tahun berselang, Universitas Haluoleo diresmikan sebagai perguruan tinggi negeri pertama di Sulawesi Tenggara oleh Dirjen Pendidikan Tinggi; Prof. Dr. Doddy Tisnaamidjaja mewakili Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang masa itu dijabat oleh Prof. Dr. Nugroho Notosusanto pada tangggal 19 Agustus 1981 sebagai perguruan tinggi negeri ke 42 di Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 37 tahun 1981 yang terdiri dari: - Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Fakultas Ekonomi - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik - Fakultas Pertanian. Ketika diresmikan, Universitas Haluoleo menempati kampus Kemaraya yang arealnya hanya seluas 7 Ha. Kondisi kampus yang relatif sempit ini mengharuskan para pendiri untuk mencari kampus alternatif sekaligus sebagai perluasan daya tampung`dan mengantisipasi pertambahan fakultas. Seiring dengan itu, kepercayaan masyarakat pun semakin besar terhadap Universitas Haluoleo, kendati hanya didukung oleh 17 orang tenaga dosen tetap. Setelah dua tahun diresmikan, dimulailah pembangunan kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu yang menempati areal 250 Ha, yang ketika itu berada di pinggiran Kota Kendari, berjarak 14 kilometer dari pelabuhan laut Teluk Kendari. Setelah perluasan Kota Kendari, kampus Anduonohu saat ini berada di jantung kota. Bersamaan dengan itu, Senat Universitas Haluoleo menyetujui singkatan Universitas Haluoleo berubah menjadi UNHALU. Pembangunan kampus yang relatif luas ini membutuhkan waktu sekitar sepuluh tahun untuk merampungkan gedung perkulihan dan gedung perkantoran serta fasiltas penunjang lainnya. Menandai rampungnya pembangunan kampus Anduonoho ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Bapak Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro pada tanggal 4 April 1994 melakukan penandatanganan prasasti peresmian. Menjelang penyelesaian pembangunan Kampus Anduonohu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menutup pengoperasian Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dan Sekolah Guru Olahraga (SGO), sehingga semua fasilitas berikut tenaga pengajar dan karyawannya dialihkan ke Universitas Haluoleo. Sejak saat itu Universitas Haluoleo memiliki dua kampus perkuliahan utama, yakni; Kampus Kemaraya dan Kampus Anduonohu, ditambah dua kampus pendukung perkuliahan bekas SPG dengan luas areal 4 ha dan 3 ha bekas SGO. Sebagai Perguruan Tinggi terkemuka di jazirah tenggara Pulau Sulawesi, Universitas Haluoleo secara aktif memberi sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan 2960 desa, 133 kecamatan, 10 kabupaten dan 2 Kotamadya yang ada di wilayah ini. Termasuk pertumbuhan penduduk Sulawesi Tenggara yang mencapai 2,72% per tahun, jauh di atas pertumbuhan rata-rata penduduk nasional yakni; 1,92. Saat ini penduduk Sulawesi Tenggara berjumlah 2,72 juta jiwa yang sebagian besar bermukim di pedesaan. Kata “Haluoleo” diambil dari nama salah seorang Ksatria kharismatik di Sulawesi Tenggara ratusan tahun silam. Haluoleo selain dikenal sebagai seorang yang bijak, juga dikenal sebagai pria yang tak kenal menyerah dan gigih membela tumpah darahnya. Secara harfiah Haluoleo berarti delapan hari dalam bahasa Tolaki – bahasa penduduk asli Kerajaan Konawe yang mendiami Kendari. Berdasarkan Surat Edaran Rektor Nomor 2190/UN29/SE/2013 tanggat 10 Juli 2O13, penulisan nama Universitas Haluoleo berubah menjadi Universitas Halu Oleo disesuaikan dengan penulisan nama universitas ini dalam Keputusan Presiden Republik lndonesia Nomor 37 Tahun 1981 tentang Pendirian Universitas Halu Oleo. Singkatannya pun berganti menjadi UHO (dibaca: u-ha-o). RektorBeberapa Rektor Universitas Halu Oleo, mulai dari Swasta hingga Negeri adalah:
FakultasUniversitas Haluoleo saat ini memiliki 16 fakultas dan Program Pascasarjana, yaitu:
Referensi
Pranala luar
|