Bahasa Bawean
Bahasa Bawean[3] adalah sebuah ragam geografis bahasa yang dianggap sebagai salah satu dialek dari bahasa Madura[a 1] yang utamanya dituturkan oleh suku Bawean di pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.[4][5] Bahasa ini mulanya merupakan sebuah pijin yang telah mengalami proses kreolisasi, sehingga memiliki beragam kosakata campuran dari bahasa lain, seperti bahasa Jawa (terutama dari wilayah Gresik), Banjar, Bugis, dan Makassar.[6][7] Status kebahasaanDalam buku Bahasa-Bahasa Indonesia (1984) karya P.W.J. Nababan, bahasa Bawean dicatat sebagai bahasa tersendiri dengan 20.000 penutur di Pulau Bawean.[1] Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Retno Fatmalasari dalam jurnal berjudul Integrasi Kata Bahasa Jawa dan Bahasa Madura ke Dalam Bahasa Bawean yang diterbitkan pada tahun 2020, meskipun banyak yang menyebut bahasa Bawean sebagai salah satu dialek dari bahasa Madura, dalam penelitian ini bahasa Bawean tetap dianggap sebagai sebuah bahasa tersendiri.[8] DialekBahasa Bawean mempunyai beberapa dialek, perbedaan dialek ini bisa ditemukan di beberapa desa yang ada di Pulau Bawean. Mengutip dari Repository Unair, Eva Wijayanti mengungkapkan bahwa terdapat empat desa yang memiliki dialek bahasa yang cukup berbeda, yaitu desa Daun dan Suwari di kecamatan Sangkapura, serta desa Kepuhteluk dan Diponggo di kecamatan Tambak.[7][9] Ragam dialek dari empat desa tersebut tercermin dalam penyebutan untuk kata 'saya'. Masyarakat desa Daun menyebut 'saya' dengan kata éson, sedangkan masyarakat desa Suwari menyebutnya éhon. Kemudian, masyarakat desa Kepuhteluk akan menyebut 'saya' dengan kata bulâ dan masyarakat Diponggo menyebutnya dengan kata aku.[9] Variasi dialek ini pun menjadi ciri khas dari masing-masing desa. Oleh karena itu, cukup dengan mendengar dialek yang mereka pakai, orang Bawean lainnya akan dengan mudah mengenali dari desa mana mereka berasal. Dari keempat dialek tersebut, dialek dari desa Diponggo merupakan dialek yang memiliki perbedaan paling mencolok di antara dialek-dialek lainnya. Sebagian besar kosakata dalam dialek Diponggo hampir sama dengan kosakata dalam bahasa Jawa.[9] Kosakata bahasa Jawa, seperti dé'é, iki, séwu, ayu, saiki, isuk, dan kosakata serapan lainnya juga digunakan oleh masyarakat desa Diponggo. Hal ini terjadi karena kebanyakan masyarakat desa Diponggo merupakan keturunan orang-orang Jawa. Tidak mengherankan jika kemudian dialek Diponggo banyak dipengaruhi oleh bahasa Jawa.[9] Kreolisasi
Dalam bahasa Bawean juga terdapat suatu bentuk bahasa kreol sebagai akibat dari akulturasi budaya dan bahasa yang terjadi pada masyarakat etnis Bawean.[11] Bahasa ini dianggap sebagai proses dari kreolisasi bahasa Madura. Bentuk bahasa kreol ini berbeda dengan bentuk asli bahasa Bawean di pulau asalnya yang dipengaruhi oleh bahasa Madura, Jawa, dan Melayu.[12] Ragam bahasa kreol ini umumnya dituturkan oleh perantau dan keturunan Bawean yang menetap di Malaysia dan Singapura. Penggunaannya bercampur dengan bahasa Melayu standar dan ragam bahasa Inggris di negara tersebut. Contohnya dapat dilihat pada kalimat "Bulâ ni orèng Boyan la, first time ni i ada balik kat kampong halaman" yang berarti "Saya ini orang Bawean lah, untuk pertama kalinya saya pulang ke kampung halaman".[13] FonologiDalam bahasa Bawean terdapat 28 lambang transkripsi fonetik yang terdiri dari 18 konsonan fonem dan 10 dasar-sistem vokal.[7] Berikut merupakan kotak fonem yang terdapat dalam bahasa Madura dialek Bawean, huruf yang berada dalam tanda kurung siku ⟨...⟩ menunjukkan penulisan ortografi fonetik dalam sumber. VokalDalam bahasa Bawean, terdapat 2 fonem vokal yang tidak terdapat dalam dialek utama bahasa Madura (fonem /o/ dan /e/), sehingga menjadikan dialek ini mempunyai 10 fonem vokal secara keseluruhan.[7]
KonsonanBerbeda dengan fonem vokalnya yang lebih banyak, fonem konsonan dalam kotak fonem bahasa Madura dialek Bawean lebih sedikit ketimbang dialek utama bahasa Madura. Bahasa Bawean hanya memiliki 18 konsonan dibandingkan dengan bahasa Madura yang memiliki sekitar 27 fonem konsonan.[7][14] Sedikitnya jumlah konsonan pada dialek ini mungkin disebabkan karena ketidakadaan fonem letupan tarik-belakang (/ʈ/ dan /ɖ/) serta pengaspirasian fonem yang seringkali ditemukan dalam dialek utama justru jarang ditemui dalam dialek ini.[14]
KosakataBerikut merupakan beberapa contoh kosakata khas dalam bahasa Bawean.
Contoh kalimatBerikut ini contoh kalimat yang menggunakan kosakata dalam bahasa Bawean.
Lihat jugaReferensiSumber primer
Catatan
Pranala luar
|