Bahasa Mukomuko
Bahasa Mukomuko (Bahaso Mukomuko) adalah bahasa dalam rumpun bahasa Minangkabauik yang dituturkan oleh masyarakat Mukomuko di Kabupaten Mukomuko, Bengkulu.[3] Pada tahun 1990, diperkirakan jumlah penutur bahasa ini sebanyak 50.000 orang. Bahasa Mukomuko masih erat hubungannya dengan bahasa Minangkabau,[4] yang mana bahasa ini memiliki kemiripan dengan dialek Pancung Soal (dituturkan di selatan Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat) yang memiliki wilayah sebar tuturnya di sebelah utara Kabupaten Mukomuko. Pada tahun 2008, kode bahasa Mukomuko telah digabungkan dengan bahasa Minangkabau.[1] Banyak penutur bahasa Mukomuko yang mampu berbicara dua atau lebih bahasa, seperti bahasa Minangkabau (baku), bahasa Pekal, dan Bengkulu.[5] DialekBahasa Mukomuko memiliki dua dialek, yaitu dialek Mukomuko Utara dan dialek Mukomuko Selatan. Dialek Mukomuko Utara dituturkan oleh penutur di Kota Mukomuko dan sekitarnya yang berbatasan dengan Sumatera Barat, sedangkan dialek Mukomuko Selatan dituturkan di selatan kabupaten Mukomuko yang berbatasan dengan kabupaten Bengkulu Utara. Oleh kedua penutur dialek, dialek Mukomuko Utara dianggap sebagai dialek "asli" karena asal-usul nenek moyang mereka terlebih dahulu mendiami daerah utara.[3] Perbedaan kedua dialek terlihat pada fonetis dan variasi kosakata. Variasi fonetis antara kedua dialek memiliki perubahan bunyi yang cenderung teratur. Pertama, bunyi [-it] di akhir kata pada dialek Utara, berubah menjadi [-ik]. Kedua, bunyi [-ir] di akhir kata pada dialek utara berubah menjadi [gh] dalam dialek Selatan. Ketiga, bunyi [g] di awal kata dalam dialek Utara berubah menjadi [gh] dalam dialek Selatan. Keempat, bunyi [-ut] di akhir kata dalam dialek Utara berubah menjadi [-uq] dalam dialek Selatan.[3]
Perbedaan antara kedua dialek dapat dipengaruhi oleh bahasa lain. Dialek Selatan lebih banyak mendapat pengaruh bahasa lain karena mobilisasi masyarakat dan adanya transmigran dari daerah Jawa. Hubungan dengan bahasa lain
Referensi
|