Bahasa ColBahasa Col (diucapkan sebagai [tʃɔl]) adalah sebuah bahasa rumpun Musi, yang merupakan turunan rumpun Melayik. Bahasa ini dituturkan oleh masyarakat suku Lembak.[3] Persebarannya meliputi bagian timur provinsi Bengkulu; kota Lubuk Linggau, Kecamatan Saling Kabupaten Empat Lawang dan kecamatan Muara Kelingi, Musi Rawas di provinsi Sumatera Selatan. Salah satu variasi bahasa Melayu yang masih eksis di tengah masyarakat adalah bahasa Lembak (Col). Bahasa Lembak merupakan bahasa masyarakat suku Lembak dan masih menjadi salah satu bahasa yang masih bertahan hingga sekarang. Bahasa Lembak lahir dari fonologi Melayu Col/Cul. Berdasarkan penelitian terdahulu, bahasa Lembak pertama kali terekam pada tulisan aksara daerah. Aksara daerah yang dimaksud adalah aksara Ulu, yaitu aksara turunan dan perkembangan dari aksara Pasca Pallava (Gonda, 1973 dalam Sedyawati, 2004). Naskah-naskah Ulu Lembak itu ditulis pada bambu, kertas, dan kulit kayu. Salah satu ciri khas bahasa Lembak adalah penggunaan akhiran –e taling. Sebagai contoh, kata apa dalam bahasa Lembak berarti ape [apé]. Bahasa Lembak juga memiliki beberapa kosakata yang berbeda dibandingkan dengan bahasa daerah Bengkulu lainnya. Di pulau Sumatra yang menjadi tempat persebaran bahasa induk Melayu, pengguna bahasa Lembak tersebar hampir di seluruh provinsi. Salah satunya adalah Provinsi Bengkulu yang tersebar di Kecamatan Kota Padang, Padang Ulak Tanding, Kepala Curup, Desa Pagar Dewa, Desa Sukarami, Desa Dusun Besar, Kelurahan Panorama, dan Kelurahan Jembatan Kecil. Bahasa Lembak memiliki 3 subkelompok dialek yang mayoritas tersebar di Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu. Di Provinsi Sumatera Selatan, bahasa Lembak memiliki subkelompok dialek Lembak Beliti atau dikenal dengan Sindang yang berada di daerah Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas. Sementara itu, di Provinsi Bengkulu, bahasa Lembak memiliki subkelompok dialek Sindang Kelingi dan Lembak Delapan yang berada di sebagian Kota Bengkulu, Bengkulu Tengah dan Rejang Lebong. Konon, Provinsi Bengkulu ini merupakan awal mula penggunaan bahasa Lembak, sebab dahulu terdapat satu kerajaan Sungai Serut yang bermukim di sepanjang Provinsi Bengkulu hingga ke Kota Lubuklinggau. Bahasa Lembak sering mengalami campur alih kode dengan bahasa Melayu lain dan bahasa daerah masyarakat pendatang, paling banyak bercampur kode dengan bahasa Jawa. Penelitian yang dilaksanakan di daerah Tahura, Bengkulu Tengah ini memperlihatkan bahwa bahasa Lembak saat ini telah bercampur kode dengan bahasa Jawa, Melayu Bengkulu, dan Bahasa Rejang. Hal ini menyebabkan bahasa Lembak semakin sulit untuk dibedakan. Lihat pulaReferensi
Pranala luar
|