Bahasa Palembang

Bahasa Palembang
BPS: 0051 0
بهاس ڤاليمبڠ
Baso Pelémbang
Dituturkan diIndonesia
Wilayah Sumatera Selatan
EtnisMelayu Palembang
Penutur
1,6 juta penutur jati (2000)[1]
Lihat sumber templat}}
Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman ini
Klasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
  • Austronesia Lihat butir Wikidata
    • Melayu-Polinesia Lihat butir Wikidata
      • Melayu-Sumbawa atau Kalimantan Utara Raya (diperdebatkan)
Dialek
Palembang Lama
Palembang Pasar
Pesisir
Status resmi
Diakui sebagai
bahasa minoritas di
Diatur olehBadan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
  • Balai Bahasa Sumatra Selatan
Kode bahasa
ISO 639-3(kode plm telah digabungkan ke mui pada tahun 2007)[2]
LINGUIST List
LINGUIST list sudah tidak beroperasi lagi
mui-plm
Glottologpale1264  (Palembang)[3]
Linguasfer31-MFA-dh
IETF
BPS (2010)0051 0
Status pemertahanan
Terancam

CRSingkatan dari Critically endangered (Terancam Kritis)
SESingkatan dari Severely endangered (Terancam berat)
DESingkatan dari Devinitely endangered (Terancam)
VUSingkatan dari Vulnerable (Rentan)
Aman

NESingkatan dari Not Endangered (Tidak terancam)
ICHEL Red Book: Not Endangered

Palembang diklasifikasikan sebagai bahasa aman ataupun tidak terancam (NE) pada Atlas Bahasa-Bahasa di Dunia yang Terancam Kepunahan

C10
Kategori 10
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa telah punah (Extinct)
C9
Kategori 9
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sudah ditinggalkan dan hanya segelintir yang menuturkannya (Dormant)
C8b
Kategori 8b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa hampir punah (Nearly extinct)
C8a
Kategori 8a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sangat sedikit dituturkan dan terancam berat untuk punah (Moribund)
C7
Kategori 7
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai mengalami penurunan ataupun penutur mulai berpindah menggunakan bahasa lain (Shifting)
C6b
Kategori 6b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai terancam (Threatened)
C6a
Kategori 6a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa masih cukup banyak dituturkan (Vigorous)
C5
Kategori 5
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mengalami pertumbuhan populasi penutur (Developing)
C4
Kategori 4
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan dalam institusi pendidikan (Educational)
C3
Kategori 3
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan cukup luas (Wider Communication)
C2
Kategori 2
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan di berbagai wilayah (Provincial)
C1
Kategori 1
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa nasional maupun bahasa resmi dari suatu negara (National)
C0
Kategori 0
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan bahasa pengantar internasional ataupun bahasa yang digunakan pada kancah antar bangsa (International)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
EGIDS SIL EthnologueC2 Provincial
Bahasa Palembang dikategorikan sebagai C2 Provincial menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini digunakan di berbagai wilayah ataupun bahasa yang dituturkan pada tingkat antar-provinsi
Referensi: [4][5][6]

Lokasi penuturan
Lokasi penuturan Bahasa Palembang
Peta
Peta
Perkiraan persebaran penuturan bahasa ini.
Koordinat: 2°59′0″S 104°45′52″E / 2.98333°S 104.76444°E / -2.98333; 104.76444 Sunting ini di Wikidata
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Palembang terbitan 1981

Bahasa Palembang atau Melayu Palembang (baso Pelémbang) (Jawi: بهاس ملايو ڤاليمبڠ ) adalah bahasa Austronesia cabang Melayik yang dituturkan di kawasan Palembang Raya. Bahasa ini juga adalah bahasa perantara masyarakat di Sumatera Selatan yang sering digunakan bersama dengan Indonesia dan dialek setempat lainnya.[7] Bahasa ini memiliki banyak serapan non-Melayik terutama dari bahasa Jawa, sebagai dampak dari interaksi budaya intens yang telah berlangsung berabad-abad antara Palembang dengan kawasan lainnya di Nusantara.[8]

Buku Pedoman Ejaan Bahasa Palembang terbitan Balai Bahasa Palembang[9]

Pengelompokan

Sebagian besar bahasa-bahasa Melayik di Sumatera bagian Selatan dapat digolongkan ke dalam dua kelompok utama, yaitu 1) kelompok Melayu Tengah atau Melayu Barisan Selatan dan 2) kelompok Musi. Bahasa Palembang dapat digolongkan sebagai salah satu bahasa dalam kelompok Musi, tepatnya sebagai bagian dari kumpulan dialek Palembang–Melayik Dataran Rendah yang juga mencakup ragam-ragam Belide, Lematang Ilir, dan Penesak.[10]

Sejarah

Sebagaimana bahasa Melayik lainnya, bahasa Palembang merupakan keturunan dari bahasa Proto-Melayik yang diperkirakan berasal dari Kalimantan bagian barat. Menurut Adelaar (2004), perkembangan Melayu sebagai etnis tersendiri mungkin saja dipengaruhi oleh persentuhan dengan budaya India[butuh klarifikasi], setelah migrasi penutur Proto-Malayik ke Sumatra bagian selatan. Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang pada abad ke-7 merupakan salah satu wujud terawal negara bangsa Melayu, jika bukan yang pertama.[11] Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Palembang merupakan bukti tertulis pertama dari bahasa-bahasa Melayik yang dituturkan di daerah tersebut. Meski begitu, ahli bahasa masih memperdebatkan apakah memang bahasa yang digunakan di prasasti tersebut merupakan leluhur langsung dari bahasa-bahasa Melayu (termasuk Palembang) modern.[12]

Selain prasasti-prasasti kuno, sangat sedikit sumber tertulis lainnya yang bisa jadi acuan untuk mengkaji perkembangan bahasa Palembang. Satu sumber tertulis adalah Kitab Undang-Undang Simbur Cahaya, yang penyusunannya dianggap dilakukan oleh Ratu Sinuhun, istri dari penguasa Palembang Pangeran Sido ing Kenayan pada sekitar abad ke-17. Kitab ini ditulis dalam bahasa Melayu Klasik dengan sedikit pengaruh bahasa Jawa, mengingat keluarga bangsawan Palembang berasal dari Jawa.[13] Pengaruh Jawa di Palembang dimulai setidaknya sejak abad ke-14.

William Marsden mencatat dua ragam bahasa berbeda yang digunakan di Palembang pada abad ke-18. Bahasa di keraton adalah dialek Jawa halus dan Melayu dengan campuran kosakata asing, sementara bahasa sehari-hari penduduk Palembang adalah dialek Melayu, dengan ciri utama pengucapan vokal 'a' yang diganti menjadi 'o' pada sebagian besar suku kata terbuka.[14]

Status

Penggunaan bahasa Palembang resmi diakui oleh pemerintah Provinsi Sumatera Selatan sebagai salah satu bahasa daerah di Sumatera Selatan yang wajib dijaga kelestariannya. Sebagai salah satu upaya penggiatan sosialisasi dan pelestarian bahasa Palembang, pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang didukung oleh Kementerian Agama Republik Indonesia mengadakan peluncuran Al-Qur'an (kitab suci umat Islam) dengan terjemahan bahasa Palembang yang diterbitkan oleh Puslitbang Lektur Dan Khazanah Keagamaan pada tahun 2019.[15][16][17][18]

Bahasa Palembang tingkatan jegho/jero (atau alus) juga telah masuk sebagai muatan lokal (kegiatan kurikulum) bagi sekolah-sekolah tingkat dasar dan menengah di Palembang sejak 2021.[19]

Fonologi

Dunggio (1981) mendata 30 fonem dalam bahasa Palembang, dengan rincian 24 bunyi konsonan dan 6 bunyi vokal.[20] Namun, kajian lanjutan dari Aliana (1987) menyatakan bahwa hanya ada 25 fonem dalam bahasa Palembang, sebab bunyi serapan seperti [z] sering beralofoni (bebas diganti pengucapannya) dengan konsonan asli seperti /s/ dan /d͡ʒ/.[21]

Vokal

Depan Madya Belakang
Tertutup /i/ /u/
Setengah tertutup /e/ /o/
Tengah /ə/
Terbuka /a/

Dalam suku kata tertutup, /i/ dan /u/ diucapkan sedikit terbuka sebagai [ɪ] dan [ʊ].[22]

Konsonan

Bibir Rongga gigi Pasca rongga gigi dan lelangit lelangit belakang Celah suara
Sengauan /m/ /n/ /ɲ/ ny /ŋ/ ng
Letupan dan Gesekan nirsuara /p/ /t/ /t͡ʃ/ c /k/ /ʔ/ '
bersuara /b/ /d/ /d͡ʒ/ j /ɡ/
Geseran nirsuara /f/1 /s/ /ʃ/1 sy /x/1 kh /h/
bersuara /v/1,2 /z/1 /ʁ/ r
Hampiran Semivokal /w/ /j/ y
Sisian /l/

1Hanya fonemik di kata-kata pinjaman.
2/v/ sering diucapkan sebagai /f/, atau bahkan /p/.

Ragam

Dialek

Berdasarkan survei dialektologi McDowell & Anderbeck (2020) yang mencakup analisis leksikostatistik, pemetaan persebaran inovasi fonologis, serta uji kesalingpahaman, subgugus (subkumpulan) dialek Palembang dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) Palembang Lama, 2) Palembang Pasar dan 3) Pesisir.[23]

Dialek Palembang Lama adalah dialek tradisional yang dituturkan sehari-hari oleh suku Palembang terutama di pedesaan. Sedangkan, dialek Palembang Pasar adalah dialek yang umum digunakan sebagai bahasa perantara untuk masyarakat di Palembang secara menyeluruh. Secara leksikon, dialek Palembang Lama mempertahankan beberapa kosakata serapan bahasa Jawa yang tak lagi digunakan oleh penutur Palembang Pasar. Kecenderungan de-Jawanisasi penutur Palembang Pasar juga diiringi dengan meningkatnya pengaruh bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari di kawasan perkotaan. Dalam hal fonologi, penutur Palembang Pasar umumnya mengucapkan bunyi *r ( ~ ʁ/) dari Proto-Melayik sebagai konsonan getar ujung lidah (apikal) seperti bahasa Indonesia alih-alih dengan bunyi geseran lelangit belakang/tekak bersuara [ɣ~ʁ] yang umum digunakan dalam dialek Palembang Lama.[24]

Di sebelah utara dan timur Kota Palembang ke arah perbatasan dengan Provinsi Jambi dan Selat Bangka, terdapat pula ragam Pesisir yang secara linguistik hampir identik dengan ragam yang dituturkan di kawasan urban. Meski begitu, beberapa daerah tutur Pesisir di wilayah terluar juga memiliki tingkat kemiripan leksikal yang tinggi dengan ragam Melayik tetangga, di antaranya ragam Jambi Ilir dari bahasa Jambi serta ragam-ragam Melayik Bangka.[25] Dari segi etnolinguistik, penutur ragam Pesisir sendiri cenderung tidak terlalu terikat dengan identitas "Palembang" sebagaimana penutur di kawasan urban dan pedesaan sekitarnya.[26]

Tingkatan

Bahasa Palembang mempunyai dua tingkatan linguistik, yaitu jegho atau alus (kerap diidentifikasi juga sebagai bebaso) dan saghi-saghi. Bahasa Palembang jegho atau alus memiliki banyak kosakata serapan Jawa dan dipergunakan dalam percakapan dengan pemuka masyarakat, orang-orang tua, atau orang-orang yang dihormati, terutama dalam upacara adat Palembang, sedangkan tingkatan saghi-saghi yang lebih berakar pada kosakata asli Melayik dipergunakan dalam percakapan sehari-hari.

Referensi

  1. ^ McDowell & Anderbeck 2020, hlm. 14.
  2. ^ "Change Request Documentation: 2007-182". SIL International. 
  3. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Palembang". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  4. ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011. 
  5. ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022. 
  6. ^ "Bahasa Palembang". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue. 
  7. ^ McDonnell 2016, hlm. 13.
  8. ^ Tadmor, Uri (16–17 June 2001). Language Contact and Historical Reconstruction: The Case of Palembang Malay. 5th International Symposium on Malay/Indonesian Linguistics. Leipzig. 
  9. ^ Trisman, Bambang; Amalia, Dora; Susilawati, Dyah (2007). Twilovita, Nursis, ed. Pedoman Ejaan Bahasa Palembang [Palembang Spelling System Guidelines]. Palembang: Balai Bahasa Palembang (Provinsi Sumatera Selatan), Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. OCLC 697282757. 
  10. ^ McDowell & Anderbeck 2020, hlm. 10–12.
  11. ^ Adelaar, K.A., "Where does Malay come from? Twenty years of discussions about homeland, migrations and classifications". Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, 160 (2004), No. 1, hlmn. 1-30
  12. ^ Adelaar 1992, hlm. 5-6.
  13. ^ Hanifah 1999, hlm. 1-38.
  14. ^ Marsden 1811, hlm. 562.
  15. ^ "Alquran dengan Terjemahan Bahasa Palembang". IDXchannel.com. 2022. 
  16. ^ Rayyan (2019). Rayyan, ed. "Al Quran terjemahan Bahasa Palembang dan Sunda". ANTARA News. 
  17. ^ Inge, Nefri (2020). Hida, Ramdania El, ed. "Alquran Terjemahan Bahasa Palembang Hanya Dicetak 100 Eksemplar". Liputan6.com. 
  18. ^ "UIN Raden Fatah Serahkan Alquran Terjemahan Bahasa Palembang ke Sumeks.co". sumeks.co. Sumatera Ekspres. 2022. 
  19. ^ "Alhamdulillah, Bahasa Palembang Jegho (Alus) Masuk Muatan Lokal Pada Sekolah Dasar Di Kota Palembang". Pustipd UIN Raden Fatah. 2021. 
  20. ^ Dunggio 1983, hlm. 7-10.
  21. ^ Aliana 1987, hlm. 14.
  22. ^ Dunggio 1983, hlm. 21-22.
  23. ^ McDowell & Anderbeck 2020, hlm. 12.
  24. ^ McDowell & Anderbeck 2020, hlm. 13–15.
  25. ^ McDowell & Anderbeck 2020, hlm. 15–16, 53.
  26. ^ McDowell & Anderbeck 2020, hlm. 112, 114.

Daftar pustaka

  •  Arif, R. M. (1981). Kedudukan dan Fungsi Bahasa Palembang. 74. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  •  Trisman, Bambang; Amalia, Dora; Susilawati, Dyah; Twilovita, Nursis (2007). Pedoman Ejaan Bahasa Palembang. Balai Bahasa Melayu Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 
  • Adelaar, K. Alexander (1992). Proto-Malayic: The reconstruction of its phonology and parts of its lexicon and morphology. Dept. of Linguistics, Research School of Pacific Studies, the Australian National University. ISBN 9780858834088. 
  • Hanifah, Abu (1999). Undang-Undang Simbur Cahaya. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. ISBN 9794593869. 
  • Marsden, William (1811). History of Sumatra, Containing an Account of the Government (etc.). London: Longman. 
  • McDowell, Jonathan; Anderbeck, Karl (2020). The Malay Lects of Southern Sumatra. JSEALS Special Publication. 7. University of Hawai'i Press. hdl:10524/52473. 
  • Dunggio, P.D. (1983). Struktur bahasa Melayu Palembang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  • Aliana, Zainul Arifin (1987). Morfologi dan sintaksis bahasa Melayu Palembang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  • McDonnell, Bradley James (2016). Symmetrical Voice Constructions in Besemah: A Usage-based Approach. Santa Barbara: University of California Santa Barbara. 

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya