Bahasa Kerinci dikategorikan sebagai C6b Threatened menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini mulai terancam dan mengalami penurunan jumlah penutur dari waktu ke waktu
Bahasa Kerinci memiliki keragaman yang sangat tinggi; diperkirakan terdapat 130 sub-dialek dan 7 dialek utama, yaitu dialek Gunung Raya, dialek Danau Kerinci, dialek Sitinjau Laut, dialek Sungai Penuh, dialek Pembantu Sungai Tutung, dialek Belui Air Hangat, dan dialek Gunung Kerinci.[8] Berdasarkan penghitungan dialektometri, persentase perbedaan ketujuh dialek tersebut berkisar 51%-65,50%. Sedangkan bahasa Kerinci memiliki persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Bengkulu dan Minangkabau.[5]
Sejarah
Bahasa Kerinci adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Malayik. Para ahli linguistik percaya bahwa bahasa Melayu—salah satu ragam dari masing-masing ragam bahasa Malayik—awalnya berasal dari bahasa Malayik Purba yang dituturkan di daerah yang membentang antara Kalimantan Barat hingga utara pesisir Brunei sekitar tahun 1000 SM. Nenek moyangnya, bahasa Melayu-Polinesia Purba, diperkirakan berasal dari bahasa Austronesia Purba yang pecah pada tahun 2000 SM akibat perluasan besar-besaran bangsa Austronesia ke Asia Tenggara Maritim dari pulau Taiwan.[9]
Bahasa Malagasi, bahasa Filipino, bahasa-bahasa asli Taiwan, dan bahasa Maori juga merupakan anggota rumpun bahasa ini. Meskipun setiap bahasa dari keluarga ini tidak dapat dipahami satu sama lain, kesamaan mereka agak mencolok. Banyak kata dasar yang hampir tidak berubah dari nenek moyang mereka yang sama, yaitu bahasa Austronesia Purba. Ada banyak kata sekerabat yang ditemukan dalam kata-kata dasar untuk kekerabatan, kesehatan, bagian tubuh, dan hewan umum. Bahkan penyebutan angka memiliki tingkat kesamaan yang luar biasa.
Bahasa Kerinci dialek Sungai Penuh mempunyai 28 fonem, terdiri dari 8 vokal dan 20 konsonan.[13]
Vokal
Depan
Madya
Belakang
Tertutup
i
u
Tengah
e
ə
o
Hampir Terbuka
ɛ
ɔ
Terbuka
a
Dialek Sungai Penuh juga mempunyai diftong /ei̯/, /ɔi̯/, /ai̯/, /eu̯/, /ou̯/, /ɛu̯/, dan /au̯/ yang ada pada kata-kata bersuku kata terbuka, seperti basou/ba.sou̯/—namun, di dalam suku kata tertutup seperti laain/la.in/, kedua vokal tidak diucapkan sebagai diftong.[13][15]
Konsonan
Bibir
Birgi
Ronggi
Pascaronggi
Langit2
Langbel
Cera
Sengau
m
n
ɲ
ŋ
Letup
pb
td
kg
ʔ
Afrikat
t͡ʃd͡ʒ
Tiup
(fv)
sz
(ʃ)
x
h
Getar/Sisi
rl
Hampiran
w
j
Catatan ortografi:
Fonem-fonem bahasa Kerinci direpresentasikan secara ortografis sesuai dengan lambang-lambang IPA di atas, kecuali:
/ɔ/ ditulis ⟨ò⟩.
/ə/ ditulis ⟨ê⟩.
/e/ dan /ɛ/ ditulis ⟨e⟩.
/ɲ/ ditulis ⟨ny⟩ sebelum vokal, ⟨n⟩ sebelum ⟨c⟩ dan ⟨j⟩.
/ŋ/ ditulis ⟨ng⟩.
Konsonan letup celah-suara [ʔ] ditulis ⟨k⟩.
/t͡ʃ/ ditulis ⟨c⟩.
/d͡ʒ/ ditulis ⟨j⟩.
/ʃ/ ditulis ⟨sy⟩.
/x/ ditulis ⟨kh⟩.
/j/ ditulis ⟨y⟩.
Contoh
Teks berikut adalah kutipan dari terjemahan resmi Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia dalam bahasa Indonesia dan Kerinci, bersama dengan deklarasi aslinya dalam bahasa Inggris.
All human beings are born free and equal in dignity and rights. They are endowed with reason and conscience and should act towards one another in a spirit of brotherhood.
Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan.
Sadou manusiò dilahe mardikê dan nahouh darjat ugê hak-hak ngan samò. Galou uhang dibêhòi akang nga atei dan musti ideuk basamò uhang laain sarupò uhang badusanak.
^ ab"Bahrain". Ethnologue (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-12-27.
^Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Kerinci". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.Pemeliharaan CS1: Tampilkan editors (link)
^"Bahasa Kerinci". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.
^ abSugono, Dendy; Sasangka, S. S. T. Wisnu; Rivay, Ovi Soviaty (2017). Sugono, Dendy; Sasangka, S. S. T. Wisnu; Rivay, Ovi Soviaty, ed. Bahasa dan peta bahasa di Indonesia. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 37.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ abcUsman, A. Hakim (1985). Kamus Umum Kerinci-Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Munir Hamidy, Badrul (1985). Kamus Lengkap Indonesia-Rejang, Rejang-Indonesia. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. xv.
^Syahwin, Nikelas; Zainuddin, Amir; Marah, Rusmali; Amir Hakim, Usman; Jolsnidar, Anwar (1981). Morfologi dan Sintaksis Bahasa Kerinci. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)