Bahasa PonosakanBahasa Ponosakan merupakan sebuah bahasa Austronesia yang dituturkan di wilayah Belang, Sulawesi Utara. Bahasa ini merupakan bahasa yang hampir punah; hanya empat orang yang masih bisa bertutur dalam bahasa Ponosakan dengan lancar per November 2014.[1] KlasifikasiOleh masyarakat setempat di Sulawesi Utara, bahasa Ponosakan sering kali salah dianggap sebagai bagian dari rumpun bahasa Minahasa.[4] Walaupun begitu, tidak ada perdebatan di antara para ahli bahwa bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Gorontalo–Mongondow.[5][6][7] Rumpun bahasa Gorontalo–Mongondow umumnya diklasifikasikan sebagai bagian dari rumpun bahasa Filipina; ahli bahasa Austronesia Robert Blust secara khusus menempatkannya di dalam rumpun bahasa Filipina Tengah Raya, yang juga mencakup—antara lain—bahasa Tagalog dan bahasa-bahasa Bisaya.[8] Di antara bahasa-bahasa Gorontalo–Mongondow, bahasa Ponosakan merupakan yang paling konservatif baik secara fonologi maupun struktur.[9] Demografi dan persebaranBahasa Ponosakan merupakan bahasa paling timur dari kelompok Gorontalo–Mongondow. Bahasa ini telah dituturkan oleh orang-orang Ponosakan di wilayah Belang dan sekitarnya sejak setidaknya abad ke-17.[9][10] Sebelum Perang Dunia II, bahasa Ponosakan merupakan bahasa mayoritas tidak hanya di Belang, tapi juga di beberapa permukiman di sekitarnya.[10] Meskipun begitu, laporan dari tahun 1920-an menyebutkan bahwa bahasa tersebut telah mulai kehilangan penutur.[11] Perubahan demografi juga turut mempengaruhi; pada awal PD II, setidaknya separuh dari penduduk Belang merupakan pendatang yang umumnya tidak bisa berbahasa Ponosakan. Memasuki pertengahan abad ke-20, bahasa Ponosakan secara praktis sudah tidak lagi diajarkan kepada generasi muda.[12] Pada November 2014, hanya tersisa 4 orang berusia lanjut yang masih mampu berbahasa Ponosakan dengan lancar.[1] Bahasa Ponosakan merupakan bahasa dengan penutur paling sedikit di antara bahasa-bahasa Gorontalo–Mongondow.[9] FonologiTerdapat total 21 fonem di dalam bahasa Ponosakan, dengan rincian 16 fonem konsonan dan 5 fonem vokal.[4]
Tata bahasaKata gantiSebagaimana lazimnya bahasa Filipina, kata ganti di dalam bahasa Ponosakan dibedakan menurut kasus (nominatif, genitif, dan oblik); jumlah (tunggal dan jamak); dan, khusus untuk kata ganti orang pertama jamak, klusivitas (inklusif dan eksklusif).[13] Selain pembedaan antara bentuk tunggal dan jamak, bahasa Ponosakan juga memiliki bentuk hitung bagi kata ganti orang kedua dan ketiga. Bentuk ini selalu diikuti dengan angka, misalnya siyatolu 'mereka bertiga' dan siya'opat 'mereka berempat'. Sebaliknya, kata ganti jamak orang kedua dan ketiga tidak dapat diikuti dengan angka. Penggunaan bentuk hitung dan bentuk jamak tidak dibatasi oleh jumlah, walaupun jumlah kecil seperti dua atau tiga orang cenderung dirujuk dengan bentuk hitung.[14] Penanda kasusSeperti dalam kata ganti, penanda kasus pada bahasa Ponosakan dibedakan menurut tiga kasus—nominatif, genitif, dan oblik. Namun, penanda terpisah untuk kasus nominatif dan genitif hanya dapat ditemui bagi nama pribadi saja; untuk kata benda umum, penanda kasus yang sama digunakan bagi kedua kasus ini.[14]
Kata tunjukBahasa Ponosakan membedakan tiga jenis demonstrativa berdasarkan titik rujukannya, dengan bentuk dasar sebagai berikut: (1) na’a ‘di dekat pembicara (terlepas dari jarak relatifnya terhadap pendengar)’, (2) niyon ‘di dekat pendengar (alih-alih pembicara)’, dan tain atau makota/takota ‘jauh dari pendengar maupun pembicara’.[15] Contoh penggunaan:[16]
Kata tanyaAda setidaknya 16 kata tanya di dalam bahasa Ponosakan. Sebagian besarnya diturunkan dari tiga bentuk dasar: -onu, -onda, dan -ʔene. Bentuk -onu jika berdiri sendiri berarti 'apa', tetapi bentuk ini juga dapat ditemui pada kata tanya mo’onu ‘kapan’, mongonu ‘mengapa’, songonu ‘berapa’, dan kosongonu ‘berapa kali’. Bentuk -onda dapat ditemui pada kata onda ‘di mana’ (hanya dipakai setelah kata kerja), ko’onda ‘di mana’, na’onda ‘bagaimana (caranya)’, dan ta’onda ‘yang mana’. Kata tanya dengan bentuk dasar -ʔene diimbuhi dengan penanda kasus bagi nama pribadi (lihat tabel 3): si’ene ‘siapa (nominatif)’, i’ene ‘siapa (genitif)’, dan ki’ene ‘kepada/untuk siapa (oblik)’; atau untuk bentuk jamaknya say’ene, nay’ene, dan konay’ene. Hanya kata tanya oyo ‘mengapa’ yang tidak mengandung satu dari ketiga bentuk dasar ini.[16] Kata penyangkalNegasi dalam bahasa Ponosakan dapat ditemui dalam beberapa bentuk. Kata deya' 'tidak' digunakan untuk menegasikan kata kerja, kata sifat, eksistensi atau lokasi. Kata dika ‘jangan’ digunakan untuk menegasikan perintah. Kata di’iman ‘bukan’ menegasikan kata benda atau kalimat persamaan. Selain ketiga kata ini, ada pula doi’ yang bermakna ‘tidak suka’ serta ta’awe yang berarti ‘entah’.[17] ReferensiCatatan kaki
Bibliografi
Pranala luar
|