Suriname
Suriname, secara resmi bernama Republik Suriname (bahasa Belanda: Republiek Suriname, Sranan Tongo: Republik Sranan), dulu bernama Guyana Belanda atau Guiana Belanda adalah sebuah negara di Amerika Selatan bagian utara, terkadang dianggap sebagai bagian dari Karibia dan Hindia Barat. Suriname adalah negara berkembang dengan indeks pembangunan manusia yang sedang; ekonominya sangat bergantung pada sumber daya alamnya yang melimpah, yaitu bauksit, emas, minyak bumi, dan produk pertanian. Suriname adalah anggota Komunitas Karibia (CARICOM), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Terletak sedikit di utara khatulistiwa, lebih dari 90% wilayahnya ditutupi oleh hutan hujan, proporsi tutupan hutan tertinggi di dunia. Suriname berbatasan dengan Samudra Atlantik di utara, Guyana Prancis di timur, Guyana di barat, dan Brasil di selatan. Suriname adalah negara terkecil di Amerika Selatan baik dari segi jumlah penduduk maupun wilayah, dengan sekitar 612.985 penduduk di wilayah seluas sekitar 163.820 kilometer persegi.[11][12][13][14] Ibu kota dan kota terbesarnya adalah Paramaribo, yang merupakan rumah bagi sekitar setengah dari populasi Suriname. Budaya dan masyarakat Suriname sangat mencerminkan warisan pemerintahan kolonial Belanda. Suriname adalah satu-satunya negara di luar Eropa di mana bahasa Belanda adalah bahasa resmi dan umum dalam pemerintahan, bisnis, media, dan pendidikan;[15] diperkirakan 60% penduduknya berbicara bahasa Belanda sebagai bahasa ibu.[16] Sranan Tongo, bahasa kreol dari bahasa Inggris, adalah lingua franca yang digunakan secara luas. Sebagian besar orang Suriname adalah keturunan budak dan buruh yang dibawa dari Afrika dan Asia oleh Belanda. Suriname sangat beragam, tidak ada kelompok etnis yang menjadi mayoritas; secara proporsional, populasi Muslim dan Hindu-nya adalah beberapa yang terbesar di Amerika. Sebagian besar orang tinggal di sepanjang pantai utara, berpusat di sekitar Paramaribo, menjadikan Suriname salah satu negara dengan penduduk paling sedikit di Bumi. Sejarah
Wilayah Suriname mulai dikenal luas sejak abad ke-15, yaitu ketika bangsa-bangsa imperialis Eropa berlomba menguasai Guyana, suatu dataran luas yang terletak di antara Samudera Atlantik, Sungai Amazon, Rio Negro, Sungai Cassiquiare dan Sungai Orinoco. Semula dataran ini oleh para ahli kartografi diberi nama Guyana Karibania (Guyana yang berarti dataran luas yang dialiri oleh banyak sungai dan Karibania dari kata Caribs yaitu nama penduduk asli yang pertama kali mendiami dataran tersebut).[butuh rujukan] Dalam suatu cerita fiktif "El Dorado", Guyana digambarkan sebagai suatu wilayah yang kaya akan kandungan emas. Para ahli sejarah memperkirakan bahwa cerita fiktif tersebut merupakan salah satu faktor yang mendorong orang-orang Eropa untuk bersaing menguasai Guyana.[butuh rujukan] Masa penjajahanPada tahun 1449 pelaut Spanyol, Alonzo de Ojeda dan Juan de la Cosa berlayar menyusuri pantai timur laut Amerika Selatan, yang saat itu mereka sebut Wild Coast, dan mendarat di wilayah Guyana. Vincent Juan Pinzon kemudian menguasai Guyana atas nama Raja Spanyol. Selama abad ke-16 dan ke-17, Guyana dikuasai silih berganti oleh Spanyol, Belanda, Inggris, Prancis dan Portugal.[butuh rujukan] Pada tahun 1530 Belanda mendirikan pusat perdagangan pertama di dataran tersebut. Pada tahun 1593 raja Spanyol mengambil alih dan menguasai Guyana hingga tahun 1595, yaitu ketika para bangsawan Inggris datang dan mulai mengusai daerah-daerah pantai. Sementara itu, Belanda mulai mengembangkan perdagangannya secara bertahap di daerah pedalaman. Daerah Guyana sepenuhnya jatuh ke tangan Inggris sejak tahun 1630 hingga tahun 1639.[butuh rujukan] Pada tahun yang sama Belanda berhasil menguasai kembali sebagian besar Guyana, sedangkan Prancis menguasai daerah-daerah di samping sungai Suriname. Akibat dari persaingan tersebut, wilayah Guyana saat ini terbagi menjadi lima bagian yaitu Guyana Espanola (bagian dari Venezuela sekarang); Inglesa (Guyana sekarang); Holandesa (Suriname); Francesa (Cayenne) dan Portuguesa (bagian dari wilayah Brasil). Suriname terletak di bagian tengah dari wilayah Guyana yang telah terbagi-bagi tersebut, terbentang antara dua derajat hingga enam derajat Lintang Utara, dan antara 54 derajat hingga 58 derajat Bujur Barat dengan luas wilayah kurang lebih 163.265 kilometer persegi. Batas bagian timur wilayah Suriname adalah Sungai Marowijne yang memisahkan Suriname dengan Cayenne; di bagian selatan terdapat deretan pegunungan Acarai dan Toemoe hoemak yang memisahkan Suriname dengan wilayah Brasil. Di bagian barat berbatasan dengan wilayah Guyana yang ditandai oleh aliran Sungai Corantijne, sementara di bagian utara dibatasi oleh garis pantai Samudera Atlantik.[butuh rujukan] Pada tahun 1651 Suriname diserang oleh Inggris dan sejak saat itu, menjadi wilayah kekuasaan Inggris hingga penandatanganan perjanjian perdamaian Breda tahun 1667. Berdasarkan perjanjian itu, Suriname menjadi wilayah kekuasaan Belanda. Namun Inggris kembali memasuki Suriname pada tahun 1781 hingga 1783 dan Suriname kemudian dijadikan daerah protektorat Inggris dari tahun 1799 hingga 1802. Melalui perjanjian Amiens, 27 Maret 1802, Suriname, Barbice, Demerara dan Essquibo berada di bawah kekuasaan Belanda, tetapi setahun kemudian Inggris kembali merebut wilayah-wilayah itu dan sejak tahun 1804 Suriname menjadi koloni Inggris dengan sebutan the British Interregnum.[butuh rujukan] Selama Suriname berada di bawah kekuasaan Inggris, situasi ekonomi Suriname mengalami kemunduran. Penyebab utama adalah pelarangan perdagangan budak, sementara kebun-kebun masih sangat memerlukan tenaga buruh untuk dikelola. Selanjutnya melalui perjanjian London pada tanggal 13 Agustus 1814 dan diratifikasi dalam perjanjian Wina, Suriname dikembalikan lagi kepada pihak Belanda. Pemerintahan Suriname dipimpin langsung oleh seorang gubernur dengan didampingi oleh sebuah dewan kepolisian yang bertugas sebagai penasihat gubernur.[butuh rujukan] Dengan dihapusnya perbudakan pada tanggal 1 Juli 1863, kehidupan ekonomi semakin tidak menentu. Pada tahun 1870, pemerintah Belanda menandatangani sebuah perjanjian dengan Inggris untuk mendatangkan imigran asing ke Suriname. Perjanjian ini diimplementasikan secara resmi pada tahun 1873 sampai 1917, di mana rombongan imigran Hindustan pertama dari India didatangkan. Kedatangan rombongan berikutnya adalah para imigran dari Jawa pada tahun 1890 - 1939. Seiring dengan ditempatkannya para imigran di sektor perkebunan, Suriname mengalami kemajuan pula dalam beberapa bidang lainnya. Telekomunikasi, pembuatan jalan raya dan pembukaan jalur hubungan laut langsung antara Suriname dan Belanda merupakan contoh.[butuh rujukan] Menuju kemerdekaanPecahnya Perang Dunia Pertama tidak memengaruhi situasi ekonomi-politik Suriname. Pada tanggal 15 Desember 1954, pemerintah Belanda bersama beberapa wakil dari Suriname menandatangani sebuah memorandum yang isinya rencana pengakhiran penjajahan. Dalam sebuah Konferensi Meja Bundar pada tahun 1961, para wakil Suriname yang dipimpin oleh Perdana Menteri Johan Adolf Pengel menuntut dibentuknya sebuah pemerintahan sendiri. Tuntutan itu semakin menjadi setelah didirikannya beberapa partai politik yang dibentuk pada dasawarsa itu, semakin gencar menyampaikan tuntutan agar Suriname diberikan kebebasan penuh secepatnya.[butuh rujukan] Tuntutan ini ditanggapi secara serius dengan diadakannya sebuah konferensi di Belanda pada tahun 1970. Konferensi ini diadakan untuk membicarakan persiapan pelepasan Suriname sekaligus menyusun kabinet yang terdiri dari wakil-wakil partai. Suriname selanjutnya menjadi negara merdeka sejak tanggal 25 November 1975. Walaupun demikian, perekonomian negara yang baru merdeka ini tetap sangat tergantung pada bantuan pembangunan Belanda.[butuh rujukan] Upaya-upaya penggulingan kekuasaanPada tanggal 25 Februari 1980, lima tahun setelah kemerdekaannya, Suriname diguncang oleh kudeta yang dilancarkan pihak militer yang dilakukan oleh para Sersan yang dipimpin Sersan Mayor Desiree Delano Bouterse dan Sersan Roy Dennis Horb. Peristiwa kudeta ini telah mengakibatkan jatuhnya Pemerintah Demokrasi Parlementer pertama sejak kemerdekaan Suriname.[butuh rujukan] Setelah Rezim Militer Berkuasa, timbullah gerakan-gerakan kontra-revolusi yang bertujuan untuk mengembalikan demokrasi di Suriname dengan kudeta. Namun beberapa usaha kudeta itu gagal untuk menggulingkan rezim militer Bouterse. Kudeta tersebut di antaranya: kudeta oleh Sersan Fred Ormskerk pada 30 Maret 1980, kudeta oleh Sersan Wilfred Hawker pada 15 March 1981, dan terakhir oleh Letnan Surendre Rambocus dan Sersan Djiewansingh Sheombar yang dibantu oleh kelompok sayap kanan, kaum Buruh, dan politisi Hindustani dan Jawa, tetapi kudeta ini pun gagal.[butuh rujukan] Sebagai reaksi terhadap pemberontakan tersebut, pada tanggal 8 Desember 1982 pihak militer melakukan penembakan terhadap 15 tokoh oposisi demonstran. Peristiwa ini telah menjadi penyebab bagi dihentikannya bantuan pembangunan Belanda kepada Suriname, yang berdampak pada semakin buruknya kondisi perekonomian Suriname. Namun hal ini tidak membuat upaya menggulingkan rezim militer berhenti, justru ini memicu muncul perlawanan yang lain dan kali datang dari Etnis Bushnegro dan Amerindian di Pedalaman Suriname. Mereka tampil sebagai penentang utama kekuasaan militer. Kelompok-kelompok militan dari kedua golongan itu adalah kelompok Mandela (Bushnegro) di bawah pimpinan mantan anggota militer Ronnie Brunswijk dan kelompok Tukayana Amazones (Amerindian) di bawah pimpinan Alex Jubitana dan Thomas Sabajo.[butuh rujukan] Sekitar 35.000 warga Bushnegro dan 6.500 penduduk asli Amerika menjadi pelaku utama pemberontakan melawan kekuasaan militer. Puncak konflik bersenjata terjadi pada tahun 1986, ketika tentara terpaksa menghadapi pemberontak Bushnegro yang bersatu dan menamakan dirinya Komando Hutan, dan satu peleton tentara yang gagal menangkap Ronnie Brunswijk kemudian terjadi pembantaian 35 orang Bushnegrin di desa Moiwana. (Moiwana). Pembantaian). Sementara itu, pada tahun yang sama, kelompok penduduk asli Amerika juga meningkatkan pemberontakannya. Krisis ini menyebabkan sekitar 7.000 warga Bushnegrin mengungsi ke Cayman (Guyana Prancis) dan mencari suaka politik dari pemerintah setempat.[butuh rujukan] Kembali ke demokrasiPemerintah militer diakhiri dengan penyelenggaraan pemilihan umum pada bulan November 1987, yang telah mengembalikan kekuasaan pemerintah kepada golongan sipil. Namun, pemerintahan hasil pemilu ini tidak berjalan lama. Pada bulan Desember 1990, pihak militer kembali melancarkan kudeta tidak berdarah yang dikenal dengan sebutan Kudeta Telepon. Akibatnya pemerintah yang demokratis kembali lumpuh. Pihak militer kemudian membentuk Pemerintah Sementara yang salah satu tugasnya adalah mempersiapkan pemilihan umum yang demokratis.[17] Pada bulan Mei 1991, Pemerintah Sementara telah berhasil menyelesaikan tugasnya, yaitu dengan diselenggarakannya pemilihan umum, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan harapan militer, karena kemenangan berada di tangan golongan sipil. Pada bulan September tahun yang sama, telah terbentuk pemerintah yang baru, dan Drs. R.R. Venetiaan terpilih sebagai presiden dan dengan demikian, maka berakhirlah kekuasaan militer.[butuh rujukan] Langkah terpenting yang segera diupayakan oleh Pemerintah Venetiaan adalah melanjutkan usaha-usaha ke arah perdamaian yang telah dirintis oleh pemerintah sipil sebelumnya. Hal ini tentunya merupakan tugas berat bagi pemerintah yang baru terbentuk tersebut, terutama karena kondisi ekonomi dan keuangan Suriname yang sangat memprihatinkan, sebagai akibat dari kemelut politik yang berkepanjangan. Dalam melaksanakan upaya perdamaian tersebut, Presiden R.R. Venetiaan telah membentuk suatu Komisi Khusus yang bekerja sama dengan lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi terkait lainnya.[butuh rujukan] Dalam Pemilu bulan Mei 1996 koalisi penguasa New Front (NF) dan Presiden Venetiaan mengalami kekalahan dan pemerintahannya digantikan oleh calon dari oposisi Drs. Jules Wijdenbosch Nationale Demokratische Partij (NDP) dan Radakishun Vooruitstrevende Hervorming Partij (VHP), yang terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden.[butuh rujukan] Kemudian pada pemilu yang diselenggarakan pada tanggal 25 Mei 2000, kekuasaan berhasil diraih kembali oleh kombinasi pengusa New Front yang terdiri dari parpol Nationale Partij Suriname (NPS), VHP, Pertjajah Luhur dan Surinaamse Partij van de Arbeid (SPA). Kemenangan New Front ini mengantarkan kembali R.R. Venetiaan (NPS) ke tampuk kursi kepresidenan dan memimpin Suriname untuk masa 5 tahun (tahun 2000-2005). Sebagai Wakil Presiden telah terpilih Jules Rattankoemar Ajodhia dari partai VHP.[butuh rujukan] GeografiSuriname adalah negara merdeka terkecil di Amerika Selatan. Terletak di Perisai Guyana, sebagian besar terletak di antara garis lintang 1° dan 6°LU, dan garis bujur 54° dan 58°W. Negara ini berbatasan dengan Guyana Prancis di timur, Guyana di barat, Brasil di selatan dan Samudra Atlantik di utara. Perbatasan paling selatan dengan Guyana Prancis dan Guyana disengketakan oleh negara-negara ini di sepanjang sungai Marowijne dan Corantijn, sementara sebagian dari batas laut yang disengketakan dengan Guyana diarbitrasi oleh Pengadilan Tetap Arbitrase yang bersidang berdasarkan aturan yang ditetapkan dalam Lampiran VII dari Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut pada 20 September 2007.[18][19] Dua pegunungan utama adalah Pegunungan Bakhuis dan Pegunungan Van Asch Van Wijck. Julianatop adalah gunung tertinggi di negara ini dengan ketinggian 1.286 meter (4.219 kaki) di atas permukaan laut.[20] Gunung lainnya termasuk Tafelberg pada ketinggian 1.026 meter (3.366 kaki), Kasikasima pada ketinggian 718 meter (2.356 kaki), Goliathberg pada ketinggian 358 meter (1.175 kaki) dan Voltzberg pada ketinggian 240 meter (790 kaki). Suriname memiliki enam ekoregion terestrial: hutan lembab Dataran Tinggi Guayana, hutan lembab Guiana, hutan rawa Paramaribo, Tepui, sabana Guiana, dan hutan bakau Guiana.[21] Luas hutannya mencapai 90,2%, tertinggi dibandingkan negara mana pun di dunia. Negara ini memiliki skor rata-rata Indeks Integritas Lanskap Hutan pada tahun 2019 sebesar 9,39/10, dan menempati peringkat kelima secara global dari 172 negara.[22] PolitikPolitik Suriname berlangsung dalam kerangka republik majelis independen demokrasi perwakilan, di mana Presiden Suriname adalah kepala negara dan kepala pemerintahan, dan sistem multi-partai yang majemuk. Presiden dipilih oleh dua pertiga mayoritas Majelis Nasional atau, jika gagal dua kali, oleh mayoritas Majelis Rakyat untuk masa jabatan 5 tahun. Jika sekurang-kurangnya dua pertiga anggota Majelis Nasional tidak setuju untuk memilih satu calon presiden, Majelis Rakyat dibentuk dari seluruh delegasi Majelis Nasional serta perwakilan daerah dan kota yang dipilih melalui pemungutan suara pada pemilu nasional.[23] Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh pemerintah. Kekuasaan eksekutif secara teori bergantung pada Parlemen. Kekuasaan legislatif berada di tangan pemerintah dan Majelis Nasional.[24][25] Majelis beranggotakan 51 orang, yang dipilih secara serentak dan umum untuk masa jabatan 5 tahun.[26] Peradilan independen terhadap eksekutif dan legislatif. Badan ini dipimpin oleh Mahkamah Agung yang mengawasi pengadilan hakim. Anggota diangkat seumur hidup oleh presiden melalui konsultasi dengan Majelis Nasional, Dewan Penasihat Negara, dan Asosiasi Pengacara Swasta Nasional.[27] Hubungan luar negeriKarena sejarah kolonial Belanda di negara ini, Suriname memiliki hubungan khusus yang sudah lama terjalin dengan Belanda. Walaupun bantuan pembangunan ke Suriname sempat dibekukan oleh Belanda selama pemerintahan diktator Dési Bouterse,[28] kedua negara kembali memulihkan hubungan diplomatik dan mengangkat kembali duta besar mereka.[29][30] Pada bulan Agustus 2020, Menteri Luar Negeri Albert Ramdin adalah anggota pemerintahan Suriname pertama dalam sepuluh tahun yang melakukan kunjungan resmi ke Belanda.[31] Pada akhir tahun 2000-an, Suriname mengintensifkan kerja sama pembangunan dengan negara berkembang lainnya. Kerja sama Selatan-Selatan Tiongkok dengan Suriname mencakup sejumlah proyek infrastruktur berskala besar, termasuk rehabilitasi pelabuhan dan pembangunan jalan. Brasil menandatangani perjanjian untuk bekerja sama dengan Suriname di bidang pendidikan, kesehatan, pertanian, dan produksi energi.[32] Dengan Indonesia, Suriname telah menjalin hubungan diplomatik sejak tahun 1975, meskipun sudah terdapat Konsulat Jenderal Indonesia di Paramaribo sejak tahun 1964.[33] Keduanya memiliki hubungan khusus, berdasarkan kesamaan sejarah sebagai bekas jajahan Belanda, serta banyaknya orang Jawa yang dikirim ke sana sebagai tenaga kerja pada abad ke-19.[34] Kesamaan budaya Jawa di antara orang Jawa di Indonesia dan orang Jawa di Suriname menjadi jembatan penghubung budaya dan sejarah yang sama antara kedua negara. Yogyakarta dan Commewijne dari Suriname, menandatangani perjanjian kota kembar pada 4 April 2011.[35] Suriname adalah anggota dari berbagai organisasi internasional. Diantaranya, sejak memperoleh kemerdekaan, Suriname telah menjadi anggota PBB, OAS, dan Gerakan Non-Blok. Suriname adalah anggota Komunitas Karibia dan Pasar Bersama dan Asosiasi Negara Karibia. Hal ini dikaitkan dengan Uni Eropa melalui Konvensi Lomé. Suriname berpartisipasi dalam Pakta Amazon, pengelompokan negara-negara di lembah Amazon yang berfokus pada perlindungan sumber daya alam kawasan Amazon dari degradasi lingkungan. Suriname telah menjadi anggota Forum Negara-Negara Kecil (FOSS) sejak didirikannya kelompok tersebut pada tahun 1992.[36] MiliterTentara Nasional Suriname (Nationaal Leger, NL) adalah angkatan bersenjata di negara ini. NL terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan Angkatan Laut. Presiden Republik adalah Panglima Tertinggi yang dibantu oleh Menteri Pertahanan. Angkatan ini berasal dari Angkatan Bersenjata Belanda di Suriname[37] yang kemudian diubah menjadi Angkatan Bersenjata Suriname (SKM) setelah kemerdekaan pada tahun 1975.[38] Tentara Nasional telah terlibat dalam kudeta yang dipimpin oleh sersan mayor Dési Bouterse dan menggulingkan Pemerintah.[39] Selain itu, Angkatan Bersenjata juga terlibat dalam perang domestik melawan beberapa ratus pejuang kemerdekaan yang menamakan diri mereka "Komando Hutan" yang dipimpin oleh Ronnie Brunswijk antara tahun 1986 dan 1992.[40] Angkatan Darat juga berpartisipasi dalam Pasukan Multi-Nasional di Haiti pada tahun 90-an dan dikerahkan kembali pada tahun 2010.[41] Tentara Nasional, setelah beberapa dekade diabaikan, direorganisasi. Mereka dilengkapi dengan kendaraan lapis baja Brasil serta mendapatkan sejumlah bantuan dan pelatihan dari Brasil, Venezuela, dan India. Negara ini tidak memiliki musuh eksternal, meskipun terdapat perselisihan perbatasan dengan Guyana yang tidak aktif sejak akhir tahun 1960-an.[42] Dari 137 negara dalam peringkat kekuatan militer menurut Global Firepower pada tahun 2019, Suriname berada di peringkat 135.[43] Pembagian administratifSuriname dibagi menjadi 10 distrik,[44] yang kemudian dibagi lagi menjadi 63 resor (ressorten).[45]
EkonomiSebelum tahun 2015, Suriname merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Amerika Latin dan Karibia, dengan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita meningkat menjadi US$9.850 pada tahun 2014. Perekonomian didorong oleh sumber daya alam yang melimpah, dengan pertambangan menyumbang hampir setengah pendapatan sektor publik dan emas mewakili lebih dari tiga perempat total ekspor. Namun, pada tahun 2015, perekonomian mengalami kontraksi, dan anggaran serta neraca pembayaran mengalami tekanan yang parah. Hal ini diperburuk oleh pandemi COVID-19, yang menyebabkan kontraksi PDB yang tajam serta meningkatnya kemiskinan.[46] Pertambangan merupakan penyumbang perekonomian terbesar negara. Bauksit sudah ditambang di Suriname oleh Perusahaan Aluminium Amerika sejak 1916 dan menjadi ekspor utama,[47] serta menyumbang lebih dari 15% PDB dan 70% pendapatan ekspor hingga tahun 2016. Suriname baru-baru ini mulai mengeksploitasi cadangan minyak[48] dan emas[49] yang cukup besar, yang merupakan hampir 67% total ekspor negara pada tahun 2017. Industri pertambangan menyumbang sekitar 85% ekspor dan 25% pendapatan pemerintah.[50] Sekitar seperempat penduduknya bekerja di sektor pertanian. Perekonomian Suriname sangat bergantung pada perdagangan dengan mitra utamanya adalah Belanda, Amerika Serikat, Kanada, dan negara-negara Karibia, terutama Trinidad dan Tobago serta pulau-pulau bekas Antillen Belanda.[51] Setelah mengambil alih kekuasaan pada musim gugur tahun 1996, pemerintahan Wijdenbosch mengakhiri program penyesuaian struktural pemerintahan sebelumnya, dengan alasan bahwa hal tersebut tidak adil bagi elemen masyarakat yang lebih miskin. Pendapatan pajak turun karena pajak lama tidak berlaku lagi dan pemerintah gagal menerapkan alternatif pajak baru. Pada akhir tahun 1997, alokasi dana pembangunan baru Belanda dibekukan karena hubungan Pemerintah Suriname dengan Belanda memburuk. Pertumbuhan ekonomi melambat pada tahun 1998, dengan penurunan di sektor pertambangan, konstruksi, dan utilitas. Pengeluaran pemerintah yang merajalela, pengumpulan pajak yang buruk, pelayanan sipil yang membengkak, dan berkurangnya bantuan luar negeri pada tahun 1999 berkontribusi terhadap defisit fiskal, yang diperkirakan mencapai 11% dari PDB. Pemerintah berusaha menutupi defisit ini melalui ekspansi moneter, yang menyebabkan peningkatan inflasi yang dramatis. Rata-rata dibutuhkan waktu lebih lama untuk mendaftarkan bisnis baru di Suriname dibandingkan negara lain di dunia (694 hari atau sekitar 99 minggu).[52] Selain itu, Suriname menduduki peringkat ke-124 tujuan investasi teraman di dunia pada peringkat Risiko Negara Euromoney bulan Maret 2011.[53] DemografiPada tahun 2022, Suriname memiliki populasi sekitar 618.040 jiwa menurut perkiraan PBB,[54][55] dibandingkan dengan hanya 541.638 pada sensus tahun 2012.[5] Proporsi anak-anak di bawah usia 15 tahun pada tahun 2010 adalah 28,6%, antara 15 dan 65 tahun 65%, serta berusia 65 tahun atau lebih 6,5%.[56] EtnisKelompok etnis terbesar adalah orang India, yang mencakup seperempat populasi (27,4%).[58][59][60][61][62] Mayoritas dari mereka adalah keturunan pekerja kontrak abad ke-19 dari India, yang sebagian besar berasal dari wilayah berbahasa Bhojpuri di Bihar modern, Jharkhand, dan Uttar Pradesh di timur laut, Haryana, dan Tamil Nadu di tenggara. Jika dihitung sebagai satu suku, suku Afro-Suriname merupakan komunitas terbesar, yaitu sekitar 37,4%; namun, mereka biasanya dibagi menjadi dua kelompok budaya/etnis: Kreol dan Maroon. Maroon Suriname, yang nenek moyangnya sebagian besar adalah budak yang melarikan diri ke pedalaman, mencakup 21,7% dari populasi. Kreol Suriname, orang campuran keturunan budak Afrika dan Eropa (kebanyakan Belanda), merupakan 15,7% dari populasi. Sebanyak 14% penduduknya adalah suku Jawa, dan sama seperti suku Indian Timur, mereka sebagian besar merupakan pekerja kontrak dari pulau Jawa di bekas Hindia Belanda (Indonesia modern).[63] 13,4% populasi mengidentifikasi diri sebagai keturunan etnis campuran. Orang Tionghoa, yang berasal dari pekerja kontrak pada abad ke-19 dan beberapa migrasi baru-baru ini, merupakan 7,3% dari populasi. Kelompok lain termasuk orang Lebanon, terutama Maronit, dan Yahudi asal Sephardic dan Ashkenazi, yang pusat populasinya adalah Jodensavanne. Berbagai masyarakat adat membentuk 3,7% dari populasi, dengan kelompok utama adalah Akurio, Arawak, Kalina (Caribs), Tiriyó dan Wayana.[64] Baru-baru ini Suriname dilanda gelombang imigran baru, yaitu warga Brasil dan Tiongkok (kebanyakan dari mereka adalah buruh pertambangan emas). Kebanyakan dari mereka tidak mempunyai status hukum.[65] BahasaSuriname memiliki sekitar 14 bahasa lokal, namun bahasa Belanda (Nederlands) adalah satu-satunya bahasa resmi dan merupakan bahasa yang digunakan dalam pendidikan, pemerintahan, bisnis, dan media.[7] Lebih dari 60% penduduknya adalah penutur bahasa Belanda[66] dan sekitar 20%–30% menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa kedua. Pada tahun 2004, Suriname menjadi anggota asosiasi Uni Bahasa Belanda.[67] Sranan Tongo, sebuah bahasa kreol yang berasal dari bahasa Inggris, adalah bahasa daerah yang paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan bisnis di masyarakat Suriname. Bersama dengan bahasa Belanda, bahasa ini dianggap sebagai salah satu dari dua bahasa utama diglosia Suriname. Keduanya lebih jauh dipengaruhi oleh bahasa lisan lain yang dituturkan terutama dalam komunitas etnis. Sranan Tongo sering digunakan secara bergantian dengan bahasa Belanda tergantung pada formalitas tempatnya; bahasa Belanda dipandang sebagai bahasa terpandang, dan Sranan Tongo adalah bahasa sehari-hari yang umum.[68] Sarnami Hindustan, gabungan bahasa Bhojpur dan Awadh, adalah bahasa ketiga yang paling banyak digunakan. Bahasa ini terutama digunakan oleh keturunan buruh kontrak India dari bekas wilayah jajahan India Britania Raya. Enam bahasa Maroon di Suriname juga dianggap sebagai bahasa kreol yang berasal dari bahasa Inggris, ini meliputi bahasa Saramacca, Aukan, Aluku, Paramacca, Matawai, dan Kwinti. Bahasa Aluku, Paramacca, dan Kwinti sangat dapat dipahami oleh penutur bahasa Aukan, sehingga dapat dianggap sebagai dialek bahasa Aukan. Hal yang sama dapat dikatakan tentang bahasa Matawai, yang dapat dipahami dengan bahasa Saramacca. Bahasa Jawa digunakan oleh penduduk Suriname yang merupakan keturunan buruh kontrak Jawa yang dulunya dikirim dari Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Bahasa Pribumi Amerika meliputi bahasa Akurio, Arawak-Lokono, Carib-Kari'nja, Sikiana-Kashuyana, Tiro-Tiriyó, Waiwai, Warao, dan Wayana. Bahasa Hakka dan Kanton dituturkan oleh keturunan buruh kontrak Tionghoa. Bahasa Mandarin dituturkan oleh gelombang imigran Tionghoa terkini. Bahasa Inggris, Kreol Inggris Guyana, Bahasa Portugis, Bahasa Spanyol, Bahasa Prancis, dan Kreol Guyana Prancis dituturkan di daerah yang dekat dengan perbatasan negaratetangga, di mana banyak imigran dari negara tetangga yang berbicara dalam bahasa mereka masing-masing. AgamaKomposisi keagamaan di Suriname bersifat heterogen dan mencerminkan karakter multikultural negara tersebut.[61] Menurut penelitian Pew pada tahun 2012, umat Kristiani merupakan komunitas agama terbesar, dengan jumlah lebih dari separuh populasi (51,6%), diikuti oleh Hindu (19,8%) dan Muslim (15,2%); agama minoritas lainnya termasuk penganut agama tradisional (5,3%), Buddha (<1%), Yahudi (<1%), penganut agama lain (1,8%), dan tidak terafiliasi (5,4%).[70][71] Menurut sensus tahun 2020, 52,3% penduduk Suriname beragama Kristen; 26,7% beragama Protestan (11,18% Pentakosta, 11,16% Moravia, 0,7% Reformed (termasuk Remonstrants), dan 4,4% denominasi Protestan lainnya), sedangkan 21,6% beragama Katolik. Umat Hindu adalah kelompok agama terbesar kedua di Suriname, mencakup hampir seperlima populasi (18,8% pada tahun 2020),[70] proporsi terbesar ketiga di antara negara mana pun di Belahan Barat, setelah Guyana dan Trinidad dan Tobago, keduanya merupakan kelompok agama terbesar di Suriname, keduanya dianut oleh sebagian besar orang India.[69] Demikian pula, hampir semua penganut agama Hindu terdapat di kalangan penduduk Indo-Suriname. Muslim berjumlah 14,3% dari populasi, proporsi Muslim tertinggi di Amerika. Mereka sebagian besar adalah keturunan Jawa atau India. Agama tradisional dianut oleh 5,6% populasi dan termasuk Winti, agama Afro-Amerika yang sebagian besar dianut oleh keturunan Maroon, Kejawen yang merupakan kepercayaan sinkretis dari Jawa dianut 0,8% populasi, serta berbagai tradisi rakyat asli yang sering dimasukkan ke dalam salah satu agama yang lebih besar (biasanya Kristen).[69] Pada sensus tahun 2020, 6,2% penduduk menyatakan mereka "tidak beragama", sementara 1,9% lainnya menganut "agama lain".[70] BudayaSuriname sangat dipengaruhi oleh budaya Asia, Afrika, dan Eropa. Budaya penduduknya sebagian besar terdiri dari pengaruh orang-orang dari India, Afrika, Tionghoa, Eropa, dan Indonesia, serta masyarakat adat yang tinggal di wilayah tersebut, sebelum kedatangan pemukim Eropa.[72] KulinerMasakan Suriname sangat kaya, karena penduduk Suriname berasal dari banyak negara. Masakan Suriname merupakan gabungan dari banyak masakan internasional termasuk masakan India/Asia Selatan, Afrika Barat, Kreol, Indonesia (Jawa), Tionghoa, Belanda, Inggris, Prancis, Yahudi, Portugis, dan Penduduk Asli. Setiap kelompok melahirkan banyak hidangan dengan ciri khasnya.[73] Masakan Suriname meliputi roti, nasi goreng, bami, pom, snesi foroe, moksi meti, dan losi foroe. Makanan pokoknya antara lain nasi, tumbuhan seperti tayer dan singkong, serta roti. Biasanya menunya berisi ayam dalam berbagai variasi snesi foroe Tionghoa, kari ayam India, dan pom, hidangan pesta asal Kreol yang sangat populer. Selain itu, daging asin dan ikan asin (bakkeljauw) banyak digunakan. Kacang panjang, okra, dan terong adalah contoh sayuran di dapur Suriname. Untuk rasa pedas digunakan paprika Madame Jeanette.[74] Ciri khas masakan Suriname adalah penggunaan bumbu dan rempah segar, serta citarasanya yang berani dan kompleks. Dan beragam jajanan kaki lima yang populer di Suriname, seperti daging panggang, jajanan goreng, dan jus buah segar.[75] MusikNegara ini terkenal dengan musik kaseko dan Baithak Gana serta tradisi musik Indo-Karibia lainnya. Istilah kaseko mungkin berasal dari ungkapan Prancis casser le corps ('mematahkan tubuh'), yang digunakan selama perbudakan untuk menunjukkan tarian yang sangat cepat.[76] Kaseko merupakan perpaduan berbagai gaya populer dan folk yang berasal dari Afrika, Eropa, dan Amerika. Ritmenya rumit, dengan instrumen perkusi termasuk skratji (bass drum yang sangat besar) dan snare drum, serta saksofon, terompet, dan terkadang trombon. Bernyanyi bisa solo dan paduan suara. Lagu biasanya bersifat panggilan dan respons, begitu pula gaya rakyat Kreol dari daerah tersebut, seperti kawina.[77] Festival musik dua tahunan SuriPop adalah acara musik terbesar di negara ini.[78] OlahragaOlahraga paling populer di negara ini adalah sepak bola. Meski Suriname tidak memiliki tim olahraga profesional, beberapa pemain Suriname telah menjadi anggota klub sepak bola ternama Eropa. Banyak pemain sepak bola kelahiran Suriname dan pemain sepak bola kelahiran Belanda keturunan Suriname yang bermain untuk timnas Belanda, antara lain Gerald Vanenburg, Ruud Gullit, Frank Rijkaard, Edgar Davids, Clarence Seedorf, Patrick Kluivert, Aron Winter, Georginio Wijnaldum, Virgil van Dijk, dan Jimmy Floyd Hasselbaink. Pada tahun 1999, Humphrey Mijnals, yang bermain untuk Suriname dan Belanda, terpilih sebagai pesepakbola terbaik Suriname abad ini.[79] Pemain terkenal lainnya adalah André Kamperveen, yang menjadi kapten Suriname pada tahun 1940-an dan merupakan orang Suriname pertama yang bermain secara profesional di Belanda. Kriket juga sangat populer di negara ini terutama karena popularitasnya di Belanda dan Guyana. Bola basket, tenis meja, bola voli, dan renang juga menikmati popularitas tertentu di Suriname.[80] Suriname juga memiliki tradisi seni bela diri yang kuat, seperti taekwondo, karate dan judo.[81] Suriname melakukan debut Olimpiadenya di Olimpiade Kota Meksiko 1968. Anthony Nesty dari Suriname memenangkan medali emas dalam kompetisi kupu-kupu 100 meter di Olimpiade Seoul 1988 dan kemudian meraih perunggu di acara yang sama di Olimpiade Barcelona 1992.[82] Pada tahun 2016, Gedung Olahraga Suriname didirikan di gedung Komite Olimpiade Suriname dan didedikasikan untuk prestasi para olahragawan Suriname.[83] Lihat pulaReferensi
Bacaan lebih lanjut
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Suriname. Wikiwisata memiliki panduan wisata Suriname.
|