Kepulauan Virgin Belanda
Kepulauan Virgin Belanda adalah nama kolektif untuk menyatakan bahwa Perusahaan Hindia Barat Belanda telah di Kepulauan Virgin. Daerah ini dipimpin oleh seorang direktur yang kursinya tidak permanen. Alasan utama untuk memulai sebuah koloni di sini adalah bahwa kepulauan ini terletak secara strategis di antara koloni Belanda di selatan (Antillen Belanda dan Suriname) dan Nieuw Nederland. Perusahaan Hindia Barat Belanda dipengaruhi oleh persaingan dari Denmark, Inggris, dan Spanyol. Pada tahun 1680 kepulauan ini menjadi koloni Inggris. SejarahSeorang pelaut pribadi Belanda, Joost van Dyk adalah orang pertama yang mendirikan pemukiman permanen di wilayah Lubang Soper, ujung barat Tortola. Tidak ada yang mengetahui bahwa ialah yang pertama kali datang ke wilayah itu, tapi pada tahun 1615 pemukiman van Dyk tercatat di catatan kontemporer Spanyol sebagai ekspansi terbaru. Ia berdagang dengan orang-orang Spanyol di Puerto Riko dan bertani kapas dan tembakau. Beberapa sumber menyatakan bahwa pemukiman pertama di Kepulauan Virgin didirikan oleh orang-orang Spanyol yang mendirikan tambang tembaga di Virgin Gorda, tetapi tidak ada bukti arkeologi yang mendukung adanya perintisan Spanyol. Pada tahun 1625, van Dyk diakui oleh Perusahaan Hindia Barat Belanda sebagai "pelindung" pribadi dari Tortola dan dipindahkan ke Road Town. Pada tahun yang sama, van Dyk meminjam beberapa bantuan (non-militer) terbatas yang dipimpin oleh Laksamana Boudewijn Hendricksz, yang dipecat di San Juan. Pada bulan September tahun 1625Spanyol melakukan serangan pembalasan penuh di pulau Tortoladan menghancurkan pemukiman perintis. Joost van Dyk melarikan diri ke pulau yang nantinya akan menyandang namanya dan terlindungi dari Spanyol. Kemudian dia pindah ke pulau Santo Thomas hingga Spanyol menyerah dan kembali ke Puerto Riko. Meskipun dimusuhi Spanyol, Perusahaan Hindia Barat Belanda masih menganggap Kepulauan Virgin memiliki nilai strategis karena mereka terletak sekitar tengah jalan antara koloni belanda di Amerika Selatan (sekarang Suriname) dan yang paling penting penyelesaian Belanda di Amerika Utara, Nieuw Amsterdam (sekarang New York). Gudang besar yang terbuat dari batu dibangun di Freebottom, dekat Port Purcell (timur Road Town) dengan maksud bahwa gudang ini akan memfasilitasi pertukaran kargo antara Amerika Utara dan Amerika Selatan. Pada saat ini, para pemukim Belanda melakukan beberapa pekerjaan tanah dan mendirikan tiga benteng meriam di atas gudang, di bukit di mana Fort George pada akhirnya akan dibangun oleh inggris. Mereka juga membangun sebuah benteng kayu untuk bertindak sebagai pos pengintaian di atas Road Town di situs yang akhirnya akan menjadi Benteng Charlotte. Mereka juga menempatkan pasukan di "dojon" Spanyol dekat Kolam Pockwood (kemudian dikenal sebagai Fort Purcell), tapi sekarang biasanya disebut sebagai "ruang gelap bawah tanah". Pada tahun 1631, Perusahaan Hindia Barat Belanda berminat dengan tembaga yang telah ditemikan di Virgin Gorda dan di permukiman yang didirikan di pulau itu yang kemudian dikenal sebagai "Little Dyk" (sekarang dikenal sebagai Little Dix). Pada tahun 1640, Spanyol menyerang Tortola dalam serangan yang dipimpin oleh Kapten Lopez. Dua serangan lebih lanjut dilakukan oleh Spanyol di Tortola pada tahun 1646 dan 1647 di bawah pimpinan Kapten Fancisco Vincente Duran. Spanyol melabuhkan kapal perangnya di Lubang Soper di West End dan mendaratkan tim pandu di pesisir. Kemudian mereka mengirim kapal perang untuk memblokade Road Harbour. Setelah tim pandu kembali dengan laporan aman, Spanyol mendaratkan lebih banyak orang dan menyerang Benteng Purcell dengan berjalan kaki. Belanda dibantai Spanyol kemudian tentara pindah ke Road Town, di mana mereka membunuh semua orang dan menghancurkan pemukiman. Tampaknya mereka tidak menyerang pemukiman yang lebih kecil di Baugher Bay/Virgin Gorda. Kemunduran Perusahaan Hindia Barat BelandaPad akhirnya, pemukiman tidak menghasilkan kesuksesan ekonomi dan bukti menunjukkan bahwa Belanda menghabiskan sebagian besar waktu mereka dalam berlayar, bukan berdagang. Kurangnya kemakmuran wilayah mencerminkan kurangnya keberhasilan komersial Perusahaan Hindia Barat Belanda. Perusahaan mengubah kebijakan dan berusaha untuk menyerahkan kepulauan seperti Tortola dan Virgin Gorda untuk orang pribadi untuk penyelesaian dan membangun perbudakan. Pulau Tortola akhirnya dijual ke Willem Hunthum pada tahun 1650-an, di mana pada saat itu ketertarikan Perusahaan Hindia Barat Belanda terhadap daerah itu berakhir. Pada tahun 1665, pemukim Belanda di Tortola diserang oleh pelaut Inggris, John Wentworth yang mengakibatkan pemindahan 67 budak ke Bermuda. Catatan ini adalah catatan resmi pertama dari perbudakan yang diadakan di wilayah itu. Selanjutnya, pada tahun 1666 ada laporan bahwa sejumlah pemukim Belanda diusir oleh masuknya "perampok dan bajak laut" Inggris, meskipun jelas sejumlah orang Belanda tetap tinggal.[1] Inggris mengambil pulau-pulau dari Belanda sebagai bagian dari Perang Inggris-Belanda Ketiga. Pulau
Sisa-Sisa Pendudukan belandaSampai pertengahan abad ke-20, ada bahasa kreol Belanda yang dituturkan di pulau-pulau, yakni Negerhollands terutama oleh orang-orang yang nenek moyangnya adalah para budak dan orang-orang yang pernah bekerja di perkebunan Belanda. Masih ada beberapa reruntuhan untuk melihat dan pulau Jost Van Dyke dinamai bajak laut Belanda. Referensi
|