Guyana
Guyana, secara resmi bernama Republik Kooperatif Guyana (bahasa Inggris: Cooperative Republic of Guyana), dahulu bernama Guyana Britania, adalah sebuah negara di pesisir utara Amerika Selatan. Guyana merupakan satu-satunya negara di kawasan itu yang menetapkan bahasa Inggris sebagai bahasa resminya. Guyana berbatasan dengan Suriname di sebelah timur, Brasil di barat dan selatan, Venezuela di barat, dan Samudra Atlantik di utara dan timur laut. Negara ini terbagi dalam tiga zona geografi, dataran pesisir, sabuk pasir putih, dan dataran tinggi.[5] Eksploitasi bauksit dan industri aluminium telah mengurangi ketergantungan negara ini kepada pertanian tradisional semata-mata. Wilayah yang dikenal sebagai "Guianas" terdiri dari daratan perisai besar di utara Sungai Amazon dan di timur Sungai Orinoko yang dikenal sebagai "tanah dengan banyak air". Sembilan suku asli tinggal di Guyana: Wai Wai, Macushi, Patamona, Lokono, Kalina, Wapishana, Pemon, Akawaio dan Warao. Secara historis didominasi oleh suku Lokono dan Kalina, Guyana dijajah oleh Belanda sebelum berada di bawah kendali Inggris pada akhir abad ke-18. Itu diperintah sebagai Guyana Inggris, dengan sebagian besar ekonomi bergaya perkebunan hingga tahun 1950-an. Ia memperoleh kemerdekaan pada tahun 1966, dan secara resmi menjadi sebuah republik di dalam Persemakmuran Bangsa-Bangsa pada tahun 1970. Warisan pemerintahan Inggris tercermin dalam administrasi politik negara dan populasi yang beragam, yang meliputi India, Afrika, Pribumi, Tionghoa, Portugis, Eropa lainnya, dan berbagai kelompok multiras. Pada tahun 2017, 41% penduduk Guyana hidup di bawah garis kemiskinan.[6] Guyana adalah satu-satunya negara Amerika Selatan yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi. Namun, mayoritas penduduknya berbicara Kreol Guyana, bahasa kreol yang berbasis Inggris, sebagai bahasa pertama. Guyana adalah bagian dari Anglophone Caribbean. Itu adalah bagian dari wilayah Karibia daratan yang mempertahankan ikatan budaya, sejarah, dan politik yang kuat dengan negara-negara Karibia lainnya serta berfungsi sebagai markas besar Komunitas Karibia (CARICOM). Pada tahun 2008, negara tersebut bergabung dengan Persatuan Bangsa Amerika Selatan sebagai anggota pendiri. Perekonomian Guyana telah mengalami transformasi sejak penemuan minyak mentah pada tahun 2015 dan pengeboran komersial pada tahun 2019, menjadi satu-satunya ekonomi yang tumbuh meskipun terjadi pandemi pada tahun 2020 dengan pertumbuhan PDB sebesar 49% sepanjang tahun. Karena populasi Guyana yang kecil dan cadangan minyak sebanyak 11 miliar barel,[7] negara ini akan menjadi salah satu produsen minyak per kapita terbesar di dunia pada tahun 2030.[8] Penemuan lebih dari 11 miliar barel cadangan minyak di lepas pantai Guyana dalam lima tahun terakhir merupakan tambahan terbesar cadangan minyak dunia dalam 50 tahun terakhir.[9] SejarahEtimologiNama "Guaina" atau "Guyana" berasal dari penduduk lokal yang untuk mendeskripsikan wilayah yang meliputi negara Guyana modern, Suriname (Guyana Belanda), dan Guyana Prancis. Kata ini berasal dari bahasa Indian yang berarti "tanah yang penuh perairan" karena banyaknya sungai dan perairan di wilayah ini.[10][11] Masa prasejarahManusia pertama yang mencapai Guyana diperkirakan adalah sekelompok orang yang melintasi Amerika Utara dari Asia pada sekitar 35.000 tahun lalu. Penduduk pertama hidup secara nomaden yang menyebar ke Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Meski peradaban besar berkembang di benua Amerika, tetapi struktur masyarakat Indian Amerika di Guyana cenderung sederhana.[10] Kedatangan bangsa EropaGuyana diketahui oleh penjelajah Eropa pada saat perjalanan Kolumbus yang ketiga pada 1498. Alonso de Ojeda melewati pesisir ini pada 1499, tetapi menganggap wilayah ini tidak dihuni dan tidak penting. Meski wilayah ini termasuk wilayah Spanyol menurut Perjanjian Tordesillas, tetapi Spanyol baru mengizinkan kolonialisasi pada 1531. Spanyol tidak menganggap Guyana sebagai wilayah penting dan tidak membangun pemukiman tetap di sini.[12] Guyana mulai mendapat perhatian dari bangsa Eropa setelah publikasi buku "The Discovery of the Large, Rich, and Beautiful Empire of Guiana" karya Sir Walter Raleigh pada akhir abad ke-16. Guyana dipuji Raleigh karena keindahan alamnya yang masih asri, penduduk Amerindian yang menarik, dan potensi mineral langka. Namun, Raleigh sebenarnya tidak pernah menginjakkan kaki di Guyana dan hanya berteman dengan kapten ekspedisi kapal yang mengunjungi Guyana.[13] Penduduk Guyana pada saat itu dapat dibagi menjadi dua kelompok, orang Arawak yang tinggal di pesisir dan orang Karib yang tinggal di pedalaman yang mengalahkan penduduk asli sebelumnya. Kedua bangsa ini terus menerus berperang hingga abad ke-17 untuk memperebutkan wilayah kekusaan.[10] Dalam buku yang ditulis Mayor Scott pada 1668, jumlah orang Indian yang tinggal di Guyana mencapai 100.000 orang, yang terdiri atas berbagai suku dan menempati banyak daerah aliran sungai.[12] Bangsa Eropa pertama yang membangun pemukiman di Guyana adalah Belanda pada awal abad ke-17. Meski pada saat itu Belanda sedang memerjuangkan kemerdekaan dari Spanyol di Eropa, tetapi pendatang Belanda diterima dengan baik oleh gubenur-gubernur Spanyol dan penduduk Indian di koloni Spanyol. Setidaknya ada dua ekspedisi yang dipimpin Jan de Moor meninggalkan Vlissingen pada 1616. Satu kelompok yang dipimpin oleh Aert Adrianszoon Groenewegen membangun pemukiman di Essequibo yang sebelumnya ditempati Portugal. Koloni Belanda di pinggiran Sungai Essequibo tumbuh pesat di bawah pimpinan Groenewegen. Ia mampu merangkul penduduk lokal, bahkan menikahi anak perempuan tokoh masyarakat lokal. Ia memimpin koloni hingga hampir 50 tahun dan meninggal pada 1664. Pada 1621 upaya kolonisasi di Guyana akhirnya permanen dengan pembentukan Perusahaan Hindia Barat Belanda yang mendapat mandat untuk mengontrol pos perdagangan di Essequibo. Belanda mengontrol koloni ini hingga 170 tahun. Perusahaan Hindia Barat Belanda (WIC) membangun koloni kedua di Berbice, di bagian tenggara Essequibo, pada 1627. Meski sudah menjadi jajahan Belanda, tetapi Spanyol masih mengirim patroli rutin ke wilayah ini. Kedaulatan Belanda atas wilayah ini baru diakui melalui Perjanjian Munster pada 1648. Pada 1655 terdapat tiga koloni permanen Belanda, yakni Essequibo, Berbice, dan Pomeroon. Pada 1741 Belanda membangun Demerara, di antara Essequibo dan Berbice, yang diresmikan sebagai koloni baru pada 1773.[10][12] Belanda memahami potensi pertanian di pesisir Guyana yang berawa. Mereka mengeringkan lahan dengan jaringan tanggul dan kanal. Pada 1700an, ekonomi wilayah koloni ini ditopang oleh perkebunan tebu yang menghasilkan gula dan perbudakan dari Afrika. Guyana mengalami periode damai dan jumlah perkebunan tebu meningkat hingga 400 pada 1740. Orang-orang Britania pun mulai tertarik untuk tinggal di wilayah ini. Pada 1814, Britania Raya mendapat Guiana dari Belanda sebagai pihak yang kalah dalam Perang Napoleon.[10][12] Penjajahan InggrisBritania Raya memerintah Guiana sejak 1814 dan melanjutkan kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan oleh Belanda. Ekonomi berbasis gula terus berkembang; koloni-koloni Belanda digabung menjadi satu menjadi Guiana Britania pada 1831. Setelah perbudakan dihapuskan pada 1838, kelompok etnis lain, terutama dari wilayah Kemaharajaan Britania, dikirim untuk bekerja di perkebunan. Pada abad ke-20 muncul kesadaran politik di antara etnis Afro-Guyana dan Indo-Guyana yang terpolarisasi menjadi dua kubu. Mereka menginginkan pemerintahan sendiri yang dimulai pada 1950an. Namun, konflik politik di antara dua etnis terbesar di Guyana seringkali berujung dengan kekerasan, sehingga Britania Raya baru memberikan kemerdekaan pada 1966.[10] GeografiTotal luas wilayah Guyana sebesar 213.970 km², dengan wilayah daratan sebesar 197.000 km² dan wilayah lautan mencakup sekitar 8,4%. Guyana terletak di garis lintang 1°-9° Lintang Utara dan garis bujur 56°-62° Lintang Barat. Ini adalah salah satu negara yang paling jarang penduduknya di Amerika Latin dan Karibia jika dihitung dari kepadatan penduduk.[5] Negara ini dapat dibagi menjadi lima wilayah alami: dataran berawa yang sempit dan subur di sepanjang pantai Atlantik (dataran pantai rendah) tempat sebagian besar penduduk tinggal; sabuk pasir putih lebih jauh ke pedalaman (daerah pasir berbukit dan tanah liat), yang mengandung sebagian besar deposit mineral Guyana; hutan hujan yang lebat (wilayah dataran tinggi berhutan) di bagian selatan negara ini; daerah sabana yang lebih kering di barat daya; dan dataran rendah interior terkecil (sabana interior) sebagian besar terdiri dari pegunungan. Dataran tinggi interior memiliki wilayah yang paling luas di Guyana, dengan bentang alam berupa dataran tinggi, plato, pegunungan mendatar, dan sabana. Pegunungan Pakaraima mendominasi dataran tinggi bagian barat. Di wilayah ini ditemukan bebatuan sedimen yang paling tua di belahan bumi barat. Beberapa gunung tertinggi di Guyana adalah Gunung Ayanganna (2.042 m or 6.699 ft), Monte Caburaí (1.465 m or 4.806 ft) dan Gunung Roraima (2.772 m or 9.094 ft – gunung tertinggi di Guyana) di wilayah perbatasan Brasil-Guyana-Venezuela, bagian dari kisaran Pakaraima. Gunung Roraima yang memiliki formasi unik sebagai gunung meja (tepui) disebut telah menjadi inspirasi untuk novel tahun 1912 karya Sir Arthur Conan Doyle The Lost World.[14] Di bagian selatan terdapat Plato Kaieteur, Pegunungan Kanuku setinggi 1.000 meter (3.300 ft), dan Pegunungan Acarai yang terletak di perbatasan dengan Brasil.[5] Guyana merupakan negara yang memiliki sumber daya air melimpah. Sebagian sungai, terutama di bagian pesisir timur Guyana, mengalir ke utara menuju Samudra Atlantik. Sebagian lagi membentuk Sungai Essequibo, sungai ini mengalir dari perbatasan Brasil di selatan menuju ke delta kota Georgetown di bagian timur. Guyana juga memiliki sejumlah air terjun yang menawan, termasuk Air Terjun Kaieteur dari Sungai Potaro yang masuk wilayah Taman Nasional Kaieteur.[15] Air terjun ini adalah air terjun curah tunggal (single drop) terbesar di dunia berdasarkan volume, yang rata-rata mencapai 663 meter kubik (23.400 cu ft) per detik. Air terjun ini setinggi 226 meter, sekitar lima kali lebih tinggi dibanding Air Terjun Niagara.[15][16] PolitikPolitik Guyana terjadi dalam kerangka republik demokratik perwakilan parlementer, di mana Presiden Guyana adalah kepala negara dan kepala pemerintahan, dan sistem multi-partai. Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh Presiden dan Pemerintah. Kekuasaan legislatif dipegang oleh Presiden dan Majelis Nasional Guyana.[17] Secara historis, politik merupakan sumber ketegangan di negara ini, dan kerusuhan dengan kekerasan sering terjadi selama pemilu. Selama tahun 1970-an dan 1980-an, lanskap politik didominasi oleh Kongres Nasional Rakyat.[18] Pada tahun 1992, pemilihan konstitusional pertama diawasi oleh mantan Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter, dan Partai Progresif Rakyat memimpin negara tersebut hingga tahun 2015. Kedua partai tersebut pada dasarnya diorganisir menurut garis etnis dan akibatnya sering berbenturan pada isu-isu yang berkaitan dengan alokasi sumber daya. Dalam Pemilihan Umum yang diselenggarakan pada tanggal 28 November 2011, Partai Progresif Rakyat (PPP) mempertahankan mayoritas, dan calon presiden mereka Donald Ramotar terpilih sebagai presiden.[19] Pada 11 Mei 2015, pemilihan umum dini diadakan. Koalisi partai Kemitraan untuk Persatuan Nasional-Aliansi untuk Perubahan (APNU-AFC) memenangkan 33 dari 65 kursi di Majelis Nasional. Pada 16 Mei 2015, pensiunan jenderal militer David A. Granger menjadi Presiden kedelapan Guyana.[20] Namun, pada 21 Desember 2018, mosi tidak percaya diajukan, terkait ketentuan yang diberikan pemerintah untuk waralaba eksplorasi minyak lepas pantai. Legislator Charrandass Persaud membelot dari koalisi dan pemungutan suara gagal sehingga membutuhkan pemilihan baru. Koalisi pemerintahan mengajukan tuntutan hukum atas hasil ini selama 90 hari penuh yang memungkinkan diadakannya pemilihan baru. Pemilu baru diadakan pada 2 Maret 2020, dan hasilnya diumumkan pada 3 Agustus 2020, dengan Partai Progresif Rakyat/Perdata sebagai pemenangnya. Mohamed Irfaan Ali menjadi Presiden Guyana yang kesembilan.[21][22] Hubungan luar negeriGuyana sedang bersengketa perbatasan dengan Suriname, yang mengklaim wilayah di sebelah timur tepi kiri Sungai Corentyne dan Sungai Baru di barat daya Suriname, dan Venezuela yang mengklaim wilayah di sebelah barat Sungai Essequibo, yang pernah menjadi koloni Belanda di Essequibo sebagai bagian Guayana Essequiba Venezuela.[23][24][25][26] Komponen maritim[27][28] dari sengketa teritorial dengan Suriname diadili oleh Konvensi PBB tentang Hukum Laut, dan putusan diumumkan pada 21 September 2007. Putusan mengenai Laut Karibia di utara kedua negara menemukan keduanya pihak melanggar kewajiban perjanjian dan menolak untuk memerintahkan kompensasi apa pun kepada salah satu pihak.[29] Guyana bergabung dengan Organisasi Negara-negara Amerika pada tahun 1991.[30] Pada Pertemuan CARICOM, perwakilan dari Trinidad dan Tobago dan Guyana masing-masing menandatangani Perjanjian Keringanan Pajak Berganda (CARICOM) pada tanggal 19 Agustus 1994.[31] Perjanjian ini mencakup pajak, tempat tinggal, yurisdiksi pajak, keuntungan modal, keuntungan bisnis, bunga, dividen, royalti, dan bidang lainnya.[butuh rujukan] Pada tanggal 30 Juni 2014, Guyana menandatangani perjanjian Model 1 dengan Amerika Serikat sehubungan dengan Undang-Undang Kepatuhan Pajak Rekening Asing (FATCA).[32] Perjanjian Model 1 ini mencakup rujukan pada Perjanjian Pertukaran Informasi Pajak (Klausul 3) yang ditandatangani pada tanggal 22 Juli 1992 di Georgetown, Guyana yang bertujuan untuk bertukar informasi Pajak secara otomatis.[butuh rujukan] MiliterPasukan Pertahanan Guyana (GDF) adalah militer Guyana, didirikan pada tahun 1965. Ia memiliki pangkalan militer di seluruh kawasan negara.[33] Panglima Angkatan Bersenjata ialah Presiden Guyana yang sedang menjabat.[34] Pengeluaran untuk militer ialah 1,69% dari PDB pada tahun 2018.[35] GDF dibentuk pada tanggal 1 November 1965. Anggota Angkatan Pertahanan yang baru diambil dari Pasukan Sukarelawan Guyana Inggris (BGVF), Unit Layanan Khusus (SSU), Pasukan Polisi Guyana Inggris (BGPF) dan warga sipil. GDF memiliki personil aktif sebanyak 4600 dan cadangan 3000 orang. Bantuan pelatihan diberikan oleh instruktur Inggris.[butuh rujukan] Pada bulan Januari 1969, GDF menghadapi ujian pertama mereka ketika Pemberontakan Rupununi, sebuah gerakan separatis berdarah di selatan Guyana, berusaha untuk mencaplok wilayah tersebut ke Venezuela yang dibendung 3 hari kemudian dengan jumlah korban tewas antara 70 dan 100 orang.[butuh rujukan] Pada bulan Agustus 1969, GDF meluncurkan serangan kejutan dengan nama sandi Operasi Klimaks untuk mengusir personel militer Suriname dari Segitiga Sungai Baru. Operasi itu dilaksanakan dengan ketepatan maksimum sehingga Suriname segera menarik pasukannya. Sampai saat ini, operasi ini tetap menjadi salah satu usaha Angkatan yang paling sukses.[36] Pembagian administratifGuyana terbagi atas 10 region:[37][38]
10 region tersebut di bagi menjadi 27 wilayah. EkonomiKegiatan ekonomi utama di Guyana adalah pertanian (beras dan gula Demerara), pertambangan bauksit dan emas, perkayuan, penangkapan udang dan mineral. Hingga 1990an, lebih dari 80% ekonomi Guyana adalah milik negara. Namun, pengelolaan yang buruk, menurunnya harga komoditas, dan meningkatnya biaya bahan bakar menciptakan permasalahan ekonomi serius yang menimbulkan penurunan standar kehidupan.[39] Penemuan cadangan minyak mentah utama di lepas pantai Atlantik berdampak besar pada PDB Guyana sejak pengeboran dimulai pada 2019. PDB tumbuh tajam (43%) selama tahun pandemi COVID-19 2020, dan diperkirakan akan berlanjut pada tingkat tinggi pada tahun 2021 (diperkirakan 20%). Sektor non-minyak dikontrak karena langkah-langkah kesehatan masyarakat dilakukan untuk mengendalikan penyebaran virus; pertumbuhan PDB bertumpu pada sektor minyak selama dua tahun ini.[40] Pada tahun 2008, perekonomian mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 3% di tengah krisis ekonomi global; tumbuh 5,4% pada tahun 2011 dan 3,7% pada tahun 2012. IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi menjadi 53% pada tahun 2020 setelah selesainya proyek minyak lepas pantai pertama.[41] Pertumbuhan aktual PDB pada tahun 2020 adalah 43%; laporan pada April 2021 mengantisipasi pertumbuhan 20% untuk tahun 2021.[40] Pada perkiraan tahun 2019, PDB Guyana sebesar $4,121 miliar ($5,252 per kapita) dengan tingkat pertumbuhan 86,7% (2020).[2][42] Pelestarian hutan asli Guyana telah menjadi komponen kunci untuk menerima bantuan internasional melalui program REDD. Pada 2009, Guyana menjalin kerja sama dengan Norwegia yang termasuk dala skema REDD. Norwegia berkomitmen $250 juta selama 5 tahun dengan harapan menjaga konservasi kehutanan dan layanan ekosistem yang bermanfaat untuk kemanusiaan, seperti penyimpanan karbon.[43][44] Guyana tercatat sebagai salah satu negara dengan tingkat deforestasi yang rendah, hanya 0,0048% pada tahun 2017. Skema REDD dari Norwegia dan mitra lain telah membantu upaya konservasi Guyana.[43][45] DemografiMayoritas (sekitar 90%) dari 744.000 penduduk Guyana tinggal di sepanjang garis pantai sempit yang lebarnya berkisar 16 hingga 64 km (10 hingga 40 mil) ke pedalaman dan hanya mencakup sekitar 10% dari total luas daratan negara.[46] EtnisPopulasi Guyana saat ini secara ras dan etnis heterogen, dengan kelompok etnis yang berasal dari India, Afrika, Eropa dan Tiongkok, serta masyarakat adat atau penduduk asli. Terlepas dari latar belakang etnis mereka yang beragam, kelompok-kelompok ini memiliki dua bahasa yang sama: Bahasa Inggris dan Bahasa Kreol Guyana.[butuh rujukan] Kelompok etnis terbesar adalah India-Guyana (juga dikenal sebagai India Timur), keturunan buruh kontrak dari India yang merupakan 43,5% dari populasi, menurut sensus tahun 2002. Mereka diikuti oleh Afrika-Guyana, keturunan budak yang diimpor dari Afrika, yang merupakan 30,2%. Orang Guyana dari warisan campuran mencapai 16,7%, sedangkan masyarakat adat (dikenal secara lokal sebagai orang Amerindian) mencapai 9,1%. Kelompok pribumi termasuk Arawaks, Wai Wai, Karib, Akawaio, Arecuna, Patamona, Wapixana, Macushi, dan Warao.[47] Dua kelompok terbesar, India-Guyana dan Afrika-Guyana, telah mengalami beberapa ketegangan rasial.[48][49][50] BahasaBahasa Inggris adalah bahasa resmi Guyana dan digunakan untuk pendidikan, pemerintahan, media, dan layanan. Sebagian besar penduduk berbicara Kreol Guyana, kreol berbasis Inggris dengan pengaruh Afrika, India, dan Amerindian, sebagai bahasa ibu mereka.[51] Penggunaan bahasa Inggris menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa. Guyana menjadi satu-satunya negara di Amerika Latin yang berbahasa Inggris, sehingga secara bahasa Guyana lebih dekat dengan negara-negara Karibia.[5] Tiga rumpun bahasa asli orang Amerindian Guyana adalah Karib, Arawak, dan Warao. Semua suku Amerindian yang tinggal di pedalaman asalnya berbicara dalam bahasa Karib, kecuali suku Wapisiana yang berbicara dalam bahasa Arawak. Hampir semua Amerindian berbahasa Inggris atau Portugal (di perbatasan Brasil) sebagai bahasa ibu atau bahasa kedua.[5] Bahasa Hindustan Guyana dituturkan oleh generasi yang lebih tua dari komunitas India-Guyana, tetapi orang Guyana yang lebih muda menggunakan Bahasa Inggris atau Kreol Guyana.[52] AgamaAgama merupakan aspek penting dari identitas di Guyana dan mencerminkan berbagai pengaruh eksternal dari kelompok kolonialisme dan imigran. Kekristenan dianggap sebagai agama yang bergengsi, mentransmisikan budaya Eropa dan mewakili mobilitas ke atas dalam masyarakat kolonial. Misionaris dan gereja membangun sekolah, dan hingga nasionalisasi pada tahun 1970-an, hampir semua sekolah adalah denominasi. Ketika orang India dibawa ke negara itu sebagai buruh kontrak, Hinduisme dan Islam menjadi terkenal, tetapi selama beberapa dekade tidak ada yang diakui untuk pernikahan resmi.[54] BudayaBudaya Guyana mencerminkan pengaruh budaya Afrika, India, Amerindian, Inggris, Portugis, Cina, Kreol, dan Belanda.[55][56] Budaya Guyana berbagi fitur dengan budaya pulau-pulau di Hindia Barat atau Karibia.[5] Budaya Guyana berkembang berdasarkan sejarah imigran paksa yang beradaptasi dan kemudian menyatu dengan budaya kolonial Inggris. Perbudakan menghilangkan banyak perbedaan antara budaya Afrika yang berbeda, mendorong pengadopsian agama Kristen dan nilai-nilai penjajah Inggris, yang meletakkan dasar budaya Afro-Guyana saat ini. Para imigran India yang tiba kemudian dan dalam keadaan yang agak lebih menguntungkan, mengalami lebih sedikit asimilasi sehingga dapat mempertahankan lebih banyak aspek budaya India, seperti agama, masakan, musik, festival, dan pakaian.[57] OlahragaOlahraga yang paling banyak dimainkan di Guyana adalah kriket, bola basket, dan sepak bola. Organisasi olahraga utama di Guyana termasuk Kementerian Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga pemerintah; Dewan Kriket Guyana; Federasi Bola Basket Amatir Guyana; dan Federasi Sepak Bola Guyana.[58] Olahraga tingkat profesional mengalami kekurangan dana, kurangnya akses ke fasilitas dan pelatihan.[59] Guyana bermain sebagai bagian dari tim Hindia Barat untuk kriket internasional sejak 1928.[60] Tim nasional sepak bola Guyana, Golden Jaguars dan Lady Jaguars, berpartisipasi di tingkat internasional. Terdapat sejumlah petinju asal Guyana di tingkat internasional, termasuk Andrew Lewis,[61] Vivian Harris, Wayne Braithwaite.[62] Tinju adalah satu-satunya olahraga yang membuat Guyana mendapatkan medali Olimpiade.[63] Bacaan lebih lanjut
Referensi
Pranala luar
|