Turki

Republik Turki

Türkiye Cumhuriyeti (bahasa Turki)
SemboyanEgemenlik, kayıtsız şartsız Milletindir
("Kedaulatan tanpa syarat adalah milik Bangsa")
Lagu kebangsaan
İstiklal Marşı
("Himne Mars Kemerdekaan")
Lokasi  Turki  (hijau gelap)

di Eropa  (abu-abu)

Lokasi Turki
Ibu kotaAnkara
39°55′N 32°50′E / 39.917°N 32.833°E / 39.917; 32.833
Kota terbesarIstanbul
41°1′N 28°57′E / 41.017°N 28.950°E / 41.017; 28.950
Bahasa resmiTurki
Agama
(2019)[1]
PemerintahanKesatuan presidensial republik konstitusional
• Presiden
Recep Tayyip Erdoğan
Cevdet Yılmaz
LegislatifBüyük Millet Meclisi
Pendirian
1299
19 Mei 1919
23 April 1920
24 Juli 1923
• Republik dibentuk
29 Oktober 1923
• Konstitusi saat ini
7 November 1982
Luas
 - Total
783,562 km2 (37)
 - Perairan (%)
1,3
Penduduk
 - Perkiraan 2022
84.680.273[2] (18)
110[3]/km2 (107)
PDB (KKB)2022
 - Total
Kenaikan $3,32 triliun[4] (11)
Kenaikan $38.759[4] (46)
PDB (nominal)2022
 - Total
Kenaikan $853 miliar[4] (20)
Kenaikan $9.961[4] (79)
Gini (2019)Steady 41,9[5]
sedang
IPM (2021)Kenaikan 0,838[6]
sangat tinggi · 48
Mata uangLira Turki (₺)
(TRY)
Zona waktuEET
(UTC+2)
 - Musim panas (DST)
UTC+3 (EEST)
Lajur kemudikanan
Kode telepon+90
Kode ISO 3166TR
Ranah Internet.tr
Situs web resmi
www.turkiye.gov.tr
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Turki, dengan nama resmi Republik Turki (bahasa Turki: Türkiye Cumhuriyeti), adalah sebuah negara kesatuan dengan sistem presidensial di kawasan Eurasia. Wilayahnya terbentang dari Semenanjung Anatolia di Asia Barat Laut hingga daerah Balkan di Eropa Tenggara. Turki berbatasan dengan Laut Hitam di sebelah utara; Bulgaria di sebelah barat laut; Yunani dan Laut Aegea di sebelah barat; Georgia di timur laut; Armenia, Azerbaijan, dan Iran di sebelah timur; Irak dan Suriah di tenggara; dan Laut Tengah di sebelah selatan. Laut Marmara yang merupakan bagian dari Turki digunakan untuk menandai batas wilayah Eropa dan Asia, sehingga Turki dikenal sebagai negara lintas benua.

Orang Turki mulai bermigrasi ke wilayah yang kini bernama Turki pada abad ke-11. Proses migrasi ini semakin dipercepat setelah kemenangan Kesultanan Seljuk melawan Kekaisaran Bizantium pada Pertempuran Manzikert. Beberapa Beylik (Emirat Turki) dan Kesultanan Seljuk Rûm menguasai Anatolia sampai dengan invasi oleh Kekaisaran Mongol. Mulai abad ke-13, beylik-beylik Utsmaniyah menyatukan Anatolia dan membentuk kekaisaran yang daerahnya merambah sebagian besar Eropa Tenggara, Asia Barat, dan Afrika Utara. Setelah Kesultanan Utsmaniyah runtuh setelah kalah pada Perang Dunia I dan masalah internal (pemberontakan Gerakan Turki Muda dan pemberontak orang Arab) sebagian wilayahnya diduduki oleh Sekutu yang memenangkan Perang Dunia I. Mustafa Kemal Atatürk kemudian mengorganisir gerakan perlawanan melawan Sekutu. Pada tahun 1923, gerakan perlawanan ini berhasil mendirikan Republik Turki modern dengan Mustafa Kemal Atatürk menjabat sebagai presiden pertamanya.

Ibu kota Turki berada di Ankara sedangkan kota terbesar di negara ini adalah Istanbul (atau Konstantinopel) yang dahulu menjadi ibukota dari Kekaisaran Bizantium dan Kesultanan Utsmaniyah. Disebabkan oleh lokasinya yang strategis di persimpangan dua benua, budaya Turki merupakan campuran budaya Timur dan Barat yang khas yang sering diperkenalkan sebagai jembatan antara dua peradaban. Dengan adanya kawasan yang kuat dari Adriatik ke Tiongkok dalam jalur darat di antara Rusia dan India, Turki telah memperoleh kepentingan strategis yang bertambah pesat.

Turki adalah sebuah republik konstitusional yang demokratis, kesatuan bersistem republik presidensial sejak era presiden Recep Tayyip Erdoğan. Turki telah berangsur-angsur bergabung dengan negara-negara Barat Uni Eropa tetapi keanggotaannya masih ditangguhkan, sementara di saat yang sama menjalin hubungan dengan dunia Timur. Negara ini merupakan salah satu anggota pendiri PBB,[7] Organisasi Konferensi Islam (OKI),[8] OECD,[9] dan OSCE,[10] serta anggota Majelis Eropa sejak tahun 1949,[11] dan NATO sejak tahun 1952.[12] Sejak tahun 2005, Turki adalah satu-satunya negara Islam pertama yang berunding menyertai Uni Eropa, setelah merupakan anggota koalisi sejak tahun 1963.[13] Turki juga merupakan anggota negara industri G20 yang mempertemukan 20 ekonomi terbesar di dunia.

Etimologi

Nama Turki atau Türkiye dalam bahasa Turki terdiri dari dua komponen, yaitu: etnonim Türk dan akhiran abstrak –iye yang berarti "pemilik", "tanah" (berasal dari akhiran dalam bahasa Arab –iyya yang serupa dengan akhiran –ia dalam bahasa Yunani dan Latin). Catatan awal istilah "Türk" atau "Türük" sebagai autonim terdapat dalam tulisan-tulisan Orkhon oleh kaum Göktürk (Turki Samawi) dari Asia Tengah (c. abad ke-8 M). Tu–kin dijadikan bukti pada awal tahun 177 SM sebagai nama pemberian bangsa Tiongkok kepada penduduk di wilayah selatan Pegunungan Altai di Asia Tengah. Nama Indonesia "Turki" berasal dari bahasa Latin Pertengahan iaitu Turchia (c. 1369). Nama ini berkerabat dekat dengan Tourkia dalam bahasa Yunani, yang awalnya digunakan oleh bangsa Bizantium untuk menyebut Hungaria pada abad pertengahan (karena bangsa Hungaria dan Turki mempunyai leluhur yang sama) tetapi kemudian mereka mulai menggunakan nama ini untuk menamai wilayah hasil penaklukkan Seljuk di Anatolia, ratusan tahun setelah Pertempuran Manzikert pada tahun 1071.

Perubahan nama resmi

Pada bulan Januari 2020, Majelis Eksportir Turki - organisasi payung ekspor Turki- mengumumkan bahwa mereka akan menggunakan "Made in Türkiye" pada semua labelnya, dalam upaya untuk menstandarkan merek dan identitas bisnis Turki di panggung internasional, dengan menggunakan istilah 'Türkiye' di semua bahasa di seluruh dunia.[14]

Pada bulan Desember 2021, Presiden Recep Tayyip Erdoğan mengeluarkan surat edaran yang menyerukan agar ekspor diberi label "Made in Türkiye" serta mendidik preferensi nama 'Türkiye' dalam hubungan pemerintahan.[15][16] Alasan yang diberikan dalam surat edaran untuk memilih Türkiye adalah karena "mewakili dan mengekspresikan budaya, peradaban, dan nilai-nilai bangsa Turki". Menurut lembaga penyiaran pemerintah Turki, TRT World mengatakan bahwa perubahan tersebut juga menghindari peyorasi dengan ungkapan yang berarti kalkun dalam bahasa inggris (en:Turkey (bird)).[14] Dilaporkan pada Januari 2022 bahwa pemerintah berencana untuk mendaftarkan Türkiye ke Perserikatan Bangsa-Bangsa.[17] Menteri Luar Negeri Mevlüt Çavuşoğlu mengirim surat kepada PBB dan organisasi internasional lainnya pada tanggal 31 Mei 2022, meminta agar mereka menggunakan Türkiye. PBB setuju dan segera mengimplementasikan permintaan tersebut.[18][19]

Sejarah

Anatolia Prasejarah dan Trakia Timur

Gerbang Singa Hattusa, ibu kota Kerajaan Het.

Semenanjung Anatolia adalah salah satu wilayah berpenduduk yang tertua di dunia. Berbagai populasi Anatolia kuno menetap di Anatolia, dimulai pada periode Neolitikum hingga ditaklukkan oleh Aleksander Agung.[20] Bahasa yang digunakan adalah bahasa Anatolia, cabang bahasa dari rumpun bahasa Indo-Eropa.[21] Bahkan, para peneliti telah mengusulkan Anatolia sebagai pusat hipotesis, di mana bahasa Indo-Eropa menyebar.[22] Bagian wilayah Turki di Eropa disebut Trakia Timur. Wilayah ini tidak berpenduduk sejak empat ribu tahun yang lalu, dan memasuki masa Neolithikum sekitar tahun 6000 SM dengan penduduknya yang mulai bercocok tanam.[23]

Göbekli Tepe adalah sebuah situs yang dikenal sebagai struktur tempat suci tertua yang dibuat oleh manusia sekitar 10.000 SM,[24] sementara Çatalhöyük yang merupakan permukiman Neolitikum dan Kalkolitikum di Anatolia selatan, sekitar tahun 7500 SM sampai 5700 SM. Pada Juli 2012, kedua situs ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO.[25] Permukiman di Troya dimulai pada Zaman Neolitikum dan terus berlanjut sampai Zaman Besi.

Catatan penduduk Anatolia yang paling awal adalah Bangsa Hatti dan Bangsa Huri, bangsa-bangsa non-Indo-Eropa yang menghuni Anatolia tengah dan timur, masing-masing pada awal 2300 SM. Bangsa Het datang ke Anatolia pada tahun 2000-1700 SM. Kerajaan besar pertama di daerah tersebut didirikan oleh bangsa Het, dari abad kedelapan belas hingga abad ke-13 SM. Asiria menaklukkan wilayah bagian tenggara Turki dan menetap di sana pada awal 1950 SM sampai tahun 612 SM.[26][27]

Setelah runtuhnya kerajaan Het pada tahun 1180 SM, Kerajaan Frigia berkuasa di Anatolia sampai kerajaan mereka dihancurkan oleh Suku Kimmeri pada abad ke-7 SM.[28]

Antikuitas dan Periode Bizantium

Pada awalnya berfungsi sebagai gereja, lalu berubah menjadi masjid, dan kemudian berubah lagi menjadi museum, dan selanjutnya pada tahun 2020 berubah kembali menjadi mesjid hingga sekarang. Hagia Sophia dibangun pada masa Kekaisaran Bizantium.

Sekitar tahun 1200 SM, pantai Anatolia dikuasai oleh suku Aiolia dan suku Ionia Yunani. Banyak kota-kota penting yang didirikan, seperti Miletos, Ephesos, Smirna, dan Bizantium, dan yang terakhir didirikan adalah Megara pada tahun 657 SM. Negara pertama yang disebut Armenia oleh wilayah lain adalah negara dinasti Orontid Armenia, yang termasuk bagian dari Turki timur yang dimulai pada abad ke-6 SM. Di Turki barat daya, kelompok suku yang paling berpengaruh di Trakia adalah suku Odyrisia, yang didirikan oleh Teres I.[29]

Anatolia ditaklukkan oleh Kekaisaran Akhemeniyah dari Persia selama abad ke-6 dan ke-5 SM lalu kemudian jatuh ke tangan Aleksander Agung pada tahun 334 SM,[30] yang menyebabkan meningkatnya homogenitas kebudayaan dan Helenisasi di wilayah tersebut.[20] Setelah kematian Aleksander pada tahun 323 SM, Anatolia kemudian dibagi menjadi beberapa kerajaan Helenistik, yang semuanya menjadi bagian dari Republik Romawi pada pertengahan abad ke-1 SM.[31] Proses Helenisasi yang dimulai dengan penaklukan Aleksander dipercepat saat berada di bawah kekuasaan Romawi, sehingga pada awal abad Masehi bahasa Anatolia dan budaya setempat telah punah digantikan oleh bahasa Yunani.[32][33]

Pada tahun 324, Konstantinus Agung memilih Bizantium menjadi ibu kota baru Kekaisaran Romawi, kemudian diubah menjadi Roma Baru. Setelah kematian Theodosius I pada tahun 395 dan pembagian permanen Kekaisaran Romawi antara kedua putranya, Konstantinopel menjadi ibu kota Kekaisaran Romawi Timur, yang akan memerintah sebagian besar wilayah Turki sampai Akhir Abad Pertengahan.[34]

Seljuk dan Kesultanan Utsmaniyah

Teritorial Kesultanan Utsmaniyah yang diperoleh antara 1481 dan 1683.

Dinasti Seljuk adalah cabang dari Kinik Oğuz Turki yang tinggal di Khagan, Yabghu, Oğuz, sebelah utara Laut Kaspia dan Laut Aral, pada abad ke-9.[35] Pada abad ke-10, bangsa Seljuk mulai bermigrasi dari tanah air leluhur mereka ke Persia, yang menjadi awal dari Kesultanan Seljuk Raya.

Pada paruh kedua abad ke-11, Seljuk mulai menembus ke wilayah timur Anatolia. Pada 1071, Seljuk Turk mengalahkan Bizantium dalam Pertempuran Manzikert, sekaligus dimulainya Turkifikasi di wilayah tersebut, bahasa Turki dan Islam diperkenalkan ke Anatolia secara bertahap menyebar dan transisi yang lambat dari Anatolia yang didominasi Kekristenan dan berbahasa Yunani menjadi didominasi Islam dan berbahasa Turki yang terus berlangsung.[36]

Pada tahun 1243, tentara Seljuk dikalahkan oleh bangsa Mongol, menyebabkan kekuatan Dinasti Seljuk perlahan-lahan hancur. Salah satu beylik yang diperintah oleh Osman I kelak selama 200 tahun ke depan akan mengembangkannya menjadi Kesultanan Utsmaniyah, serta memperluas wilayah ke seluruh Anatolia, Balkan, Levant dan Afrika Utara.[37] Pada tahun 1453, Kesultanan Utsmaniyah menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur dengan menguasai ibu kotanya, Konstantinopel.

Pada tahun 1514, Sultan Selim I (1512-1520) berhasil memperluas wilayah perbatasan selatan dan timur dengan mengalahkan Shah Ismail I dari dinasti Safawiyah dalam Pertempuran Chaldiran. Pada 1517, Selim I memperluas pemerintahan Kesultanan Utsmaniyah ke Aljazair dan Mesir, dan menciptakan angkatan laut di Laut Merah. Selanjutnya, persaingan dimulai antara pihak Kesultanan Utsmaniyah dan Kerajaan Portugal untuk menjadi kekuatan laut yang dominan di Samudra Hindia, dengan berbagai pertempuran angkatan laut di Laut Merah, Laut Arab dan Teluk Persia. Kehadiran Kerajaan Portugal di Samudera Hindia itu dianggap sebagai ancaman bagi monopoli Kesultanan Utsmaniyah atas rute perdagangan kuno antara Asia Timur dan Eropa Barat (dikenal dengan nama Jalan Sutera). Monopoli ini semakin terganggu menyusul penemuan Tanjung Harapan oleh penjelajah Portugal Bartolomeu Dias pada tahun 1488, yang berdampak cukup besar terhadap perekonomian Kesultanan Utsmaniyah.

Kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah dan prestisi mencapai puncaknya pada abad ke-16 dan ke-17, khususnya selama pemerintahan Suleiman I. Kesultanan ini sering berseteru dengan Kekaisaran Romawi Suci.[38] Di laut, Angkatan Laut Kesultanan Utsmaniyah berseteru dengan beberapa Liga Kudus (saat itu terdiri dari Spanyol Habsburg, Republik Genova, Republik Venesia, Knights of St John, Negara Gereja, Grand Duchy of Tuscany dan Kadipaten Savoy) untuk mengendalikannya dari Laut Mediterania. Di timur, Kesultanan Utsmaniyah yang kadang-kadang berperang dengan pihak Safawiyah Persia atas konflik yang timbul dari sengketa teritorial atau perbedaan agama antara abad ke-16 dan abad ke-18.[39]

Dimulai pada awal abad ke-19 dan seterusnya, Kesultanan Utsmaniyah mulai melemah. Seperti wilayah, kekuatan militer dan kekayaan yang menurun, bahkan banyak Kaum Islam Balkan yang bermigrasi ke jantung Kekaisaran di Anatolia,[40][41] bersama dengan bangsa Sirkassia yang melarikan diri dari penaklukan Rusia di Kaukasus. Melemahnya Kesultanan Utsmaniyah menyebabkan meningkatnya sentimen nasionalis di antara masyarakat yang menyebabkan peningkatan ketegangan etnis yang kadang-kadang berubah menjadi kekerasan, seperti pembantaian etnis Hamid.

Kesultanan Utsmaniyah memasuki Perang Dunia I di sisi Blok Sentral dan akhirnya kalah. Selama perang, diperkirakan 1.500.000[42][43][44][45] warga Armenia dideportasi dan dibunuh saat Genosida Armenia berlangsung.[46][47] Pemerintah Turki menyangkal bahwa terdapat Genosida Armenia dan mengklaim bahwa Armenia hanya dipindahkan dari zona perang timur.[48] Pembantaian besar-besaran juga dilakukan terhadap kelompok minoritas lainnya seperti bangsa Yunani dan bangsa Assyria.[49][50][51]

Setelah Gencatan Senjata Mudros pada tanggal 30 Oktober 1918, kemenangan Pihak Sekutu berusaha untuk membagi wilayah Kesultanan Utsmaniyah melalui Persetujuan Sèvres pada tahun 1920.[37]

Republik Turki

Kemal Atatürk, presiden pertama Turki, di antara bangsanya. (1931)

Pendudukan Konstantinopel dan Smirna oleh Sekutu pada masa setelah Perang Dunia I mendorong pembentukan Gerakan Nasional Turki.[52] Di bawah kepemimpinan Mustafa Kemal Atatürk, seorang komandan militer yang telah membedakan dirinya selama Pertempuran Gallipoli, Perang Kemerdekaan Turki dilancarkan dengan tujuan mencabut ketentuan Persetujuan Sèvres.[53]

Pada 18 September 1922, tentara pendudukan dikalahkan, dan rezim Turki yang berbasis di Ankara, yang menyatakan diri sebagai pemerintah yang sah pada bulan April 1920, mulai meresmikan transisi hukum dari Kesultanan Utsmaniyah yang lama ke sistem politik Republik Turki yang baru. Pada tanggal 1 November, parlemen baru didirikan dan secara resmi menghapuskan sistem Kesultanan, sehingga mengakhiri 623 tahun pemerintahan Kesultanan Utsmaniyah. Perjanjian Lausanne tanggal 24 Juli 1923 mendapat pengakuan internasional terhadap kedaulatan negara "Republik Turki" yang baru dibentuk sebagai negara penerus dari Kesultanan Utsmaniyah, dan secara resmi dinyatakan pada tanggal 29 Oktober 1923 di Ankara, ibu kota Turki yang baru.[52] Perjanjian Lausanne menetetapkan adanya pertukaran populasi antara Yunani dan Turki, di mana 1,1 juta orang Yunani meninggalkan Turki menuju Yunani dan 380.000 umat Islam dipindahkan dari Yunani ke Turki.[54]

Mustafa Kemal Atatürk menjadi Presiden pertama dan kemudian melakukan banyak reformasi dengan tujuan mengubah negara Kesultanan Utsmaniyah-Republik Turki menjadi republik sekularisme baru.[55] Dengan adanya UU Pemberian Julukan tahun 1934, Parlemen Turki memberikan gelar Atatürk (Bapak Bangsa Turki) kepada Mustafa Kemal Atatürk.[53]

Turki tetap netral selama Perang Dunia II, namun masuk pada saat akhir perang di Pihak Sekutu pada tanggal 23 Februari 1945. Pada tanggal 26 Juni 1945, Turki menjadi anggota piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.[56] Setelah perang, Yunani menghadapi kesulitan dalam mengatasi pemberontakan komunis, bersamaan dengan tuntutan Uni Soviet untuk membangun pangkalan militer di Selat Turki. Hal itu mendorong Amerika Serikat untuk menyatakan Doktrin Truman pada tahun 1947, untuk menjamin keamanan Turki dan Yunani.[57] Yunani dan Turki tergabung dalam Rencana Marshall dan OEEC untuk membangun kembali ekonomi Eropa pada tahun 1948, dan kemudian menjadi anggota pendiri OECD pada tahun 1961.

Setelah ikut serta dengan pasukan PBB dalam Perang Korea, Turki bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara pada tahun 1952, dan menjadi benteng untuk melawan ekspansi Uni Soviet ke Laut Tengah. Setelah satu dekade kekerasan antarkomunitas Siprus dan kudeta di Siprus pada 15 Juli 1974 yang dilakukan organisasi paramiliter EOKA B, untuk menggulingkan Presiden Makarios III dan menerapkan pro-Enosis (persatuan dengan Yunani) dengan Nikos Sampson sebagai diktator, Turki menginvasi Siprus pada tanggal 20 Juli 1974.[58] Sembilan tahun kemudian, Republik Turki Siprus Utara, yang hanya diakui oleh Turki, didirikan.[59]

Periode sistem satu partai berakhir pada tahun 1945. Hal ini diikuti oleh transisi menjadi demokrasi multipartai selama beberapa dekade mendatang, yang terganggu oleh kudeta militer pada tahun 1960, 1971, 1980 dan 1997.[60] Pada tahun 1984, kelompok separatis Kurdi (PKK) memulai kampanye perlawanan terhadap pemerintah Turki, yang sampai saat ini telah merenggut lebih dari 40.000 jiwa.[61] Namun, proses perdamaian sedang berlangsung.[62][63] Sejak liberalisasi ekonomi Turki selama tahun 1980, negara ini telah mengalami pertumbuhan ekonomi dan stabilitas politik yang kuat.[64] Pada tahun 2013, sejumlah protes terjadi di banyak provinsi di Turki, yang dipicu oleh rencana untuk menghancurkan Taman Taksim Gezi.[65]

Geografi

Turki adalah negara transbenua. Wilayah Turki yang termasuk Asia mencakup 97 persen dari negara, wilayah ini terpisah dari Eropa Turki oleh Selat Bosporus, Laut Marmara, dan Selat Dardanella. Wilayah Eropa Turki terdiri 3 persen negara. Wilayah Turki memiliki panjang lebih dari 1.600 kilometer (990 mil) dan 800 kilometer (500 mil) luas, dengan bentuk persegi panjang kasar. Negara ini terletak antara garis lintang 35 ° dan 43 ° U, dan bujur 25 ° dan 45 lahan ° T. Turki, termasuk danau, Turki menempati lahan seluas 783.562 kilometer persegi (302.535 mil persegi), areal seluas 755.688 kilometer persegi (291.773 mil persegi) berada di Asia Barat Daya dan 23.764 kilometer persegi (9.175 mil persegi) di Eropa. [154] Turki adalah negara 37 terbesar di dunia dalam hal luas. Negara ini dikelilingi oleh lautan di tiga sisi: Laut Aegea di sebelah barat, Laut Hitam di utara dan Laut Tengah di selatan. Terdapat juga Laut Marmara di barat laut.

Bagian Eropa dari Turki, Thrace Timur (wilayah paling timur semenanjung Balkan), membentuk perbatasan Turki dengan Yunani dan Bulgaria. Bagian Asia dari negara ini sebagian besar terdiri oleh semenanjung Anatolia, yang terdiri dari dataran tinggi dengan dataran pantai sempit, antara Koroglu dan pegunungan Pontic di utara dan Pegunungan Taurus di selatan. Turki timur, terletak di wilayah dataran tinggi barat Armenia, memiliki lanskap berupa pegunungan dan merupakan hulu berbagai sungai seperti sungai Efrat, Tigris dan Aras, terdapat pula Gunung Ararat, titik tertinggi di Turki dengan ketinggian 5137 meter (16.854 kaki), dan Danau Van, danau terbesar di negara ini.

Keanekaragaman hayati

Ada dua jenis utama dari pola vegetasi alami: padang rumput-padang rumput, yang terjadi terutama di Anatolia tengah dan tenggara tetapi juga ditemukan di dataran rendah Thrace dan lembah Anatolia Timur; dan hutan belantara dan hutan kayu, yang menutupi sebagian negara. Akan tetapi, di sebagian besar Turki, jenis vegetasi alami ini telah banyak dimodifikasi oleh tindakan manusia, baik secara langsung (melalui penebangan dan pembukaan lahan untuk pertanian) dan secara tidak langsung (melalui kegiatan hewan yang digembalakan).

Politik

Recep Tayyip Erdoğan, presiden saat ini.

Turki adalah republik presidensial sejak 9 Juli 2018. Sejak didirikan sebagai sebuah republik pada tahun 1923, Turki telah mengembangkan tradisi kuat sekularisme.[66] Konstitusi Turki mengatur kerangka hukum negara. Ini menetapkan prinsip-prinsip utama pemerintah dan menetapkan Turki sebagai negara terpusat kesatuan. Presiden dari Republik adalah kepala negara dan memiliki peran seremonial. Presiden dipilih untuk masa jabatan lima tahun oleh pemilihan langsung dan Recep Tayyip Erdoğan adalah presiden pertama yang terpilih melalui pemungutan suara langsung.

Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh Perdana Menteri dan Dewan Menteri yang membentuk pemerintah, sedangkan kekuasaan legislatif dipegang oleh parlemen unikameral, Majelis Agung Nasional Turki. Peradilan independen dari eksekutif dan legislatif, dan Mahkamah Konstitusi dibebankan dengan memerintah pada kesesuaian hukum dan keputusan dengan konstitusi. Dewan Negara adalah pengadilan dari terakhir untuk kasus administrasi, dan Pengadilan Tinggi Banding untuk kasus yang lain.[67]

Perdana menteri dipilih oleh parlemen melalui mosi percaya dalam pemerintahan dan yang paling sering kepala dari partai yang memiliki kursi terbanyak di parlemen. Perdana menteri sekarang adalah Binali Yıldırım, yang menggantikan Ahmet Davutoğlu pada tanggal 24 Mei 2016.

Hak pilih universal untuk kedua jenis kelamin telah diterapkan di seluruh Turki sejak tahun 1933, dan setiap warga negara Turki yang telah berusia 18 tahun memiliki hak untuk memilih. Ada 550 anggota parlemen yang dipilih untuk masa jabatan empat tahun oleh sistem daftar-partai proporsional dari 85 daerah pemilihan. Mahkamah Konstitusi dapat menghentikan pembiayaan publik partai politik yang dianggap anti-sekuler atau separatis, atau melarang keberadaan mereka sama sekali.[68][69] Ambang batas parlemen adalah 10 persen suara.[70]

Pendukung reformasi Atatürk disebut Kemalisme, yang dibedakan dari Islamisme, mewakili dua ekstrem pada kontinum keyakinan tentang peran yang tepat dari agama dalam kehidupan publik.[71] Posisi Kemalis umumnya menggabungkan semacam demokrasi dengan konstitusi laic dan gaya hidup sekuler kebarat-baratan, sementara mendukung intervensi negara dalam ekonomi, pendidikan, dan pelayanan publik lainnya.[71] Sejak tahun 1980, kenaikan ketimpangan pendapatan dan perbedaan kelas telah melahirkan populisme Islam, sebuah gerakan yang dalam teori mendukung kewajiban untuk otoritas, solidaritas komunal dan keadilan sosial, meskipun apa yang mengikuti dalam praktiknya sering diperdebatkan.[71]

Pembagian administratif

Turki dibagi menjadi 81 provinsi:

Demografi

Populasi sejarah
Tahun Jumlah
Pend.
  
±% p.a.  
1927 13.554.000—    
1930 14.440.000+2.13%
1940 17.728.000+2.07%
1950 20.807.000+1.61%
1960 27.506.000+2.83%
1970 35.321.000+2.53%
1980 44.439.000+2.32%
1990 55.120.000+2.18%
2000 64.252.000+1.54%
2010 73.003.000+1.29%
2017 79.815.000+1.28%
Sumber: Turkstat[72]

Menurut Sistem Pencatatan Populasi Berbasis Alamat Turki, populasi negara tersebut 74.7 juta penduduk pada tahun 2011.[73]

Daerah di Turki dengan populasi masyarakat Kurdi.[74]

Pasal 66 Konstitusi Turki mendefinisikan "Orang Turki" sebagai "siapapun yang terikat ke negara Turki melalui ikatan kewarganegaraan", oleh karena itu, penggunaan hukum istilah "Turki" sebagai warga negara Turki berbeda dengan definisi etnik.[75] Namun, mayoritas penduduk Turki adalah Etnis Turk. Mereka diperkirakan mencapai 70-75 persen.

Bahasa

Pembicara dalam Bahasa Turki menurut Demografi Turki tahun 1965.[76]

Bahasa resmi dari negara ini adalah Bahasa Turki, yang diucapkan oleh 85.4 persen populasi sebagai Bahasa ibu.[77] 11.9 persen populasi berbicara dalam dialek Bahasa Kurdi yakni Kurmanji.

Agama

Agama di Turkiye (2016)[78]

  Islam Sunni (65%)
  Islam Syi'ah (4%)
  Muslim yang tidak terafiliasi (14%)
  Kekristenan (2%)
  Agama lainnya (2%)

Turki adalah negara sekuler tanpa agama resmi, Konstitusi Turki mengatur kebebasan beragama dan hati nurani.[79][80]

Menurut sumber terkini oleh Ipsos, pada 2016 Islam adalah agama utama di Turki yang hanya terdiri dari 82% dari keseluruhan populasi, diikuti oleh orang-orang yang tidak terafiliasi (tidak mengikuti cabang manapun), yang terdiri dari 18% populasi, dan Kekristenan dengan 2%.

Kuliner

Turki memiliki berbagai macam masakan, yang paling terkenal adalah Baklava, Döner kebab, Plov, dan Puding nasi.

Galeri

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "Optimar'dan din-inanç anketi: Yüzde 89 Allah'ın varlığına ve birliğine inanıyor". 
  2. ^ "Explore all countries–Turkey-Turkiye". World Fact Book. Diakses tanggal 24 Oktober 2022. 
  3. ^ "The Results of Address Based Population Registration System, 2021". Turkish Statistical Institute. 4 February 2022. Diakses tanggal 7 February 2022. 
  4. ^ a b c d "World Economic Outlook Database, October 2022". Imf. International Monetary Fund. Diakses tanggal 11 October 2022. 
  5. ^ "Gini index (World Bank estimate) – Turkey". World Bank. 2019. Diakses tanggal 15 November 2021. 
  6. ^ "Human Development Report 2021/2022" (PDF) (dalam bahasa Inggris). United Nations Development Programme. 8 September 2022. Diakses tanggal 8 September 2022. 
  7. ^ PBB (3 Juli 2006). "Pertumbuhan anggota PBB (1945-2005)". PBB. Diakses tanggal 30 Oktober 2006. 
  8. ^ OKI (2006). "Keanggotaan OKI". OKI. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2001-02-21. Diakses tanggal 30 Oktober 2006. 
  9. ^ OECD (2006). "Keahlian OECD". OECD. Diakses tanggal 30 Oktober 2006. 
  10. ^ OSCE (2005). "Negara-negara peserta OSCE". OSCE. Diakses tanggal 30 Oktober 2006. 
  11. ^ Dewan Eropa (27 Oktober 2006). "Turki dan Dewan Eropa". Dewan Eropa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2004-02-23. Diakses tanggal 30 Oktober 2006. 
  12. ^ NATO. "Yunani dan Turki menyertai Pakta Pertahanan Atlantik Utara". NATO. Diakses tanggal 30 Oktober 2006. 
  13. ^ Sekretariat Turki untuk Urusan Uni Eropa. "Kronologi hubungan Turki-Uni Eropa". Sekretariat Turki untuk Urusan Uni Eropa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-05-15. Diakses tanggal 30 Oktober 2006. 
  14. ^ a b "Why Turkey is now 'Turkiye', and why that matters". TRT World (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-09. Diakses tanggal 2023-02-04. 
  15. ^ "Exports to be labeled 'Made in Türkiye' - Latest News". Hürriyet Daily News. Diakses tanggal 2023-02-04. 
  16. ^ "Genelge 2021/24 Marka Olarak Türkiye İbaresinin Kullanımı" [Edaran 2021/24 Penggunaan Türkiye sebagai Merek Dagang] (PDF). Resmî Gazete (dalam bahasa Turki). 4 desember 2021. Diakses tanggal 4 februari 2023. 
  17. ^ "Turkey to register its new name Türkiye to UN in coming weeks". Middle East Eye (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-02-04. 
  18. ^ "UN to use 'Türkiye' instead of 'Turkey' after Ankara's request". TRT World (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-02-04. 
  19. ^ "Turkey wants to be called Türkiye in rebranding move". BBC News (dalam bahasa Inggris). 2022-06-02. Diakses tanggal 2023-02-04. 
  20. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama SteadmanMcMahon2011
  21. ^ "The Position of Anatolian" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-05-05. Diakses tanggal 4 May 2013. 
  22. ^ Balter, Michael (27 February 2004). "Search for the Indo-Europeans: Were Kurgan horsemen or Anatolian farmers responsible for creating and spreading the world's most far-flung language family?". Science. 303 (5662): 1323. doi:10.1126/science.303.5662.1323. ISSN 0036-8075. PMID 14988549. 
  23. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama MET
  24. ^ "The World's First Temple". Archaeology magazine. Nov/Dec 2008. hlm. 23. 
  25. ^ "Çatalhöyük added to UNESCO World Heritage List". Global Heritage Fund. 3 July 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-17. Diakses tanggal 9 February 2013. 
  26. ^ "Ziyaret Tepe – Turkey Archaeological Dig Site". uakron.edu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-03. Diakses tanggal 4 September 2010. 
  27. ^ "Assyrian Identity in Ancient Times And Today'" (PDF). Diakses tanggal 4 September 2010. 
  28. ^ The Metropolitan Museum of Art, New York (October 2000). "Anatolia and the Caucasus, 2000–1000 B.C. in Timeline of Art History.". New York: The Metropolitan Museum of Art. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-09-10. Diakses tanggal 21 December 2006. 
  29. ^ D. M. Lewis; John Boardman (1994). The Cambridge Ancient History. Cambridge University Press. hlm. 444–. ISBN 978-0-521-23348-4. Diakses tanggal 7 April 2013. 
  30. ^ Hooker, Richard (6 June 1999). "Ancient Greece: The Persian Wars". Washington State University, Washington, United States. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-11-20. Diakses tanggal 22 December 2006. 
  31. ^ The Metropolitan Museum of Art, New York (October 2000). "Anatolia and the Caucasus (Asia Minor), 1000 B.C. – 1 A.D. in Timeline of Art History.". New York: The Metropolitan Museum of Art. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-12-14. Diakses tanggal 21 December 2006. 
  32. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama FreedmanMyers2000
  33. ^ Theo van den Hout (27 October 2011). The Elements of Hittite. Cambridge University Press. hlm. 1. ISBN 978-1-139-50178-1. Diakses tanggal 24 March 2013. 
  34. ^ Daniel C. Waugh (2004). "Constantinople/Istanbul". University of Washington, Seattle, Washington. Diakses tanggal 26 December 2006. 
  35. ^ Wink, Andre (1990). Al Hind: The Making of the Indo Islamic World, Vol. 1, Early Medieval India and the Expansion of Islam, 7th–11th Centuries. Brill Academic Publishers. ISBN 90-04-09249-8. 
  36. ^ Rafis Abazov (2009). Culture and Customs of Turkey. Greenwood Publishing Group. ISBN 978-0-313-34215-8. Diakses tanggal 25 March 2013. 
  37. ^ a b Kinross, Patrick (1977). The Ottoman Centuries: The Rise and Fall of the Turkish Empire. Morrow. ISBN 0-688-03093-9. 
  38. ^ Stanford J. Shaw (29 October 1976). History of the Ottoman Empire and Modern Turkey. 1. Cambridge University Press. hlm. 213. ISBN 978-0-521-29163-7. Diakses tanggal 15 June 2013. 
  39. ^ Kirk, George E. (2008). A Short History of the Middle East. Brill Academic Publishers. hlm. 58. ISBN 1-4437-2568-4. 
  40. ^ Mann, Michael (2005). The Dark Side of Democracy: Explaining Ethnic Cleansing. Cambridge University Press. hlm. 118. ISBN 978-0-521-53854-1. Diakses tanggal 28 February 2013. 
  41. ^ Todorova, Maria (18 March 2009). Imagining the Balkans. Oxford University Press. hlm. 175. ISBN 978-0-19-972838-1. Diakses tanggal 15 June 2013. 
  42. ^ John G. Heidenrich (2001). How to prevent genocide: a guide for policymakers, scholars, and the concerned citizen. Greenwood Publishing Group. hlm. 5. ISBN 978-0-275-96987-5. Diakses tanggal 26 February 2012. 
  43. ^ "Encyclopædia Britannica".  Parameter |contribution= akan diabaikan (bantuan)
  44. ^ Viscount Bryce (1916). "The Treatment of Armenians in the Ottoman Empire 1915–16: Documents presented to Viscount Grey of Falloden, Secretary of State for Foreign Affairs". New York and London: GP Putnam's Sons, for His Majesty's Stationary Office. 
  45. ^ Justin McCarthy, The End of Ottoman Anatolia, in Muslims and Minorities: The Population of Ottoman Anatolia and the End of the Empire, New York Univ. Press, 1983.
  46. ^ "Fact Sheet: Armenian Genocide". University of Michigan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-10-14. Diakses tanggal 15 July 2010. 
  47. ^ Totten, Samuel, Paul Robert Bartrop, Steven L. Jacobs (eds.) Dictionary of Genocide. Greenwood Publishing Group, 2008, p. 19. ISBN 0-313-34642-9.
  48. ^ Patrick J. Roelle, Sr. (27 September 2010). Islam's Mandate- a Tribute to Jihad: The Mosque at Ground Zero. AuthorHouse. hlm. 33. ISBN 978-1-4520-8018-5. Diakses tanggal 9 February 2013. 
  49. ^ Donald Bloxham (2005). The Great Game of Genocide: Imperialism, Nationalism, And the Destruction of the Ottoman Armenians. Oxford University Press. hlm. 150. ISBN 978-0-19-927356-0. Diakses tanggal 9 February 2013. 
  50. ^ Levene, Mark (Winter 1998). "Creating a Modern 'Zone of Genocide': The Impact of Nation- and State-Formation on Eastern Anatolia, 1878–1923". Holocaust and Genocide Studies. 12 (3): 393–433. doi:10.1093/hgs/12.3.393. 
  51. ^ Ferguson, Niall (2007). The War of the World: Twentieth-Century Conflict and the Descent of the West. Penguin Group (USA) Incorporated. hlm. 180. ISBN 978-0-14-311239-6. 
  52. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Ottoman_Turkey
  53. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Atatürk
  54. ^ Clogg, Richard (20 June 2002). A Concise History of Greece. Cambridge University Press. hlm. 101. ISBN 978-0-521-00479-4. Diakses tanggal 9 February 2013. 
  55. ^ Gerhard Bowering; Patricia Crone; Wadad Kadi (28 November 2012). The Princeton Encyclopedia of Islamic Political Thought. Princeton University Press. hlm. 49–. ISBN 978-1-4008-3855-4. Diakses tanggal 14 August 2013. Following the revolution, Mustafa Kemal became an important figure in the military ranks of the Ottoman Committee of Union and Progress (CUP) as a protégé ... Although the sultanate had already been abolished in November 1922, the republic was founded in October 1923. ... ambitious reform programme aimed at the creation of a modern, secular state and the construction of a new identity for its citizens. 
  56. ^ "Growth in United Nations membership (1945–2005)". United Nations. 3 July 2006. Diakses tanggal 30 October 2006. 
  57. ^ Huston, James A. (1988). Outposts and Allies: U.S. Army Logistics in the Cold War, 1945–1953. Susquehanna University Press. hlm. 134. ISBN 0-941664-84-8. 
  58. ^ Uslu, Nasuh (2003). The Cyprus question as an issue of Turkish foreign policy and Turkish-American relations, 1959–2003. Nova Publishers. hlm. 119. ISBN 978-1-59033-847-6. Diakses tanggal 16 August 2011. 
  59. ^ "Timeline: Cyprus". BBC. 12 December 2006. Diakses tanggal 25 December 2006. 
  60. ^ Hale, William Mathew (1994). Turkish Politics and the Military. Routledge, UK. ISBN 0-415-02455-2. 
  61. ^ "Turkey's PKK peace plan delayed". BBC. 10 November 2009. Diakses tanggal 6 February 2010. 
  62. ^ Sebnem Arsu (25 April 2013). "Kurdish Rebel Group to Withdraw From Turkey". The New York Times. Diakses tanggal 29 April 2013. 
  63. ^ "Murat Karayilan announces PKK withdrawal from Turkey". 25 April 2013. Diakses tanggal 29 April 2013. 
  64. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama 80sLiberalization
  65. ^ Jethro Mullen and Susannah Cullinane (4 June 2013). "What's driving unrest and protests in Turkey?". CNN. Diakses tanggal 6 June 2013. 
  66. ^ Çarkoğlu, Ali (2004). Religion and Politics in Turkey. Routledge, UK. ISBN 0-415-34831-5. 
  67. ^ Turkish Directorate General of Press and Information (17 October 2001). "Turkish Constitution". Turkish Prime Minister's Office. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 February 2007. Diakses tanggal 16 December 2006. 
  68. ^ "Euro court backs Turkey Islamist ban". BBC. 31 July 2001. Diakses tanggal 14 December 2006. 
  69. ^ "Turkey's Kurd party ban criticised". BBC. 14 March 2003. Diakses tanggal 14 December 2006. 
  70. ^ Turkish Directorate General of Press and Information (24 August 2004). "Political Structure of Turkey". Turkish Prime Minister's Office. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 February 2007. Diakses tanggal 14 December 2006. 
  71. ^ a b c Kate Fleet; Suraiya Faroqhi; Reşat Kasaba (17 April 2008). The Cambridge History of Turkey. Cambridge University Press. hlm. 357–358. ISBN 978-0-521-62096-3. Diakses tanggal 13 June 2013. 
  72. ^ "Mid-year population estimations, 1927–1985; Mid-year population estimations and projections, 1986–2011". Turkish Statistical Institute. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-15. Diakses tanggal 23 Oktober 2017. 
  73. ^ "The Results of Address Based Population Registration System, 2011". Turkish Statistical Institute. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-10. Diakses tanggal 15 February 2012. 
  74. ^ Edgecomb, Diane; Ahmed, Mohammed M. A.; Özel, Çeto (2007). A fire in my heart: Kurdish tales. Westport CT: Libraries Unlimited. hlm. xv. ISBN 159158437X. The outlines of the map of Kurdistan were taken from two sources: first, a map produced by the CIA in 1992 depicting areas with a Kurdish majority [...] 
  75. ^ Albayrak, Özlem. "Herkes Türk müdür, Türk mü olmalıdır? – Is everyone Turk or should be Turk?". yenisafak.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-06-25. Diakses tanggal 23 Oktober 2017. 
  76. ^ Ahmet Buran & Berna Yüksel Çak, Türkiye'de Diller ve Etnik Gruplar, Akçağ Yayınları, Ankara, 2012, p. 318. ISBN 978-6055413545.
  77. ^ "Türkiye'nin yüzde 85'i 'anadilim Türkçe' diyor". Milliyet.com.tr. Diakses tanggal 23 Oktober 2017. 
  78. ^ "Religion, Ipsos Global Trends". Ipsos. 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 September 2017. 
  79. ^ Axel Tschentscher. "International Constitutional Law: Turkey Constitution". Servat.unibe.ch. Diakses tanggal 23 Oktober 2017. 
  80. ^ "Turkey: Islam and Laicism Between the Interests of State, Politics, and Society" (PDF). Peace Research Institute Frankfurt. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 28 October 2008. Diakses tanggal 23 Oktober 2017. 

Bacaan lebih lanjut

Pranala luar

Umum
Pemerintahan
Pariwisata
Ekonomi
Kembali kehalaman sebelumnya