Kabupaten Mamasa
Pada pertengahan tahun 2024, penduduk kabupaten Mamasa berjumlah 167.066 jiwa dan kepadatan penduduk 56 jiwa/km2.[3][4] Mamasa terletak di dataran tinggi, dan merupakan satu-satunya kabupaten yang tidak memiliki garis pantai di Sulawesi Barat. Mamasa memiliki kelompok penganut penghayat kepercayaan lokal yang disebut Mappurondo. Kabupaten Mamasa sebagian besar dihuni oleh Suku Mamasa yang mayoritas beragama kristen protestan dan memiliki kedekatan budaya dengan Suku Toraja di Sulawesi Selatan. Namun juga terdapat kelompok Suku Mandar yang mayoritas beragama Islam di kecamatan Mambi, Aralle dan sekitarnya atau disebut dengan Pitu ulunna salu (tujuh kerajaan hulu sungai). Pada tahun 2003-2005 terjadi konflik antara kedua kelompok yang menyebabkan korban jiwa dan banyak orang mengungsi. Hal ini terjadi saat Kabupaten Mamasa baru lahir, orang Mamasa setuju untuk dimekarkan sedangkan orang Mandar tetap ingin bergabung dengan Polewali.[6] GeografiKabupaten Mamasa terletak pada ketinggian 600-2.000 meter di atas permukaan laut. Batas wilayahAdapun batas wilayah kabupaten Mamasa, yakni;
PemerintahanBupati
Dewan PerwakilanBerikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Mamasa dalam dua periode terakhir.
KecamatanKabupaten Mamasa terdiri dari 17 kecamatan, 13 kelurahan, dan 168 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 203.599 jiwa dengan luas wilayah 3.005,88 km² dan sebaran penduduk 68 jiwa/km².[7][8]
Kesehatan
DemografiPendudukJumlah penduduk kabupaten ini tahun 2021 berjumlah 163.383 jiwa, dimana laki-laki sebanyak 83.928 jiwa dan perempuan sebanyak 79.455 jiwa. Kabupaten ini terbagi menjadi 17 kecamatan, 13 kelurahan dan 181 desa.[4] Penduduk asli kabupaten Mamasa yakni orang Mamasa yang dianggap sebagai sub-suku dari Toraja. Karena provinsi Sulawesi Barat merupakan pemekaran dari provinsi Sulawesi Selatan, maka suku asli Sulawesi Selatan juga banyak tinggal di Sulawesi Barat, dan suku paling banyak dari Sulawesi Selatan ialah suku Bugis dan Makassar.[9] Ada juga suku pendatang lainnya seperti suku Jawa, Bali dan suku lainnya.[9] AgamaKabupaten Mamasa memiliki keberagaman Suku, Agama, Ras dan Adat Istiadat (SARA). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik kabupaten Mamasa mencatat data keberagaman keagamaan. Adapun persentasi keagamaan di kabupaten ini berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri 2024, yakni pemeluk agama Kristen 78,09%, dimana Protestan sebanyak 74,98% dan Katolik sebanyak 3,11%. Kemudian pemeluk agama Islam sebanyak 17,24%. Penduduk Mamasa yang masih menganut kepercayaan khususnya Mappurondo sebanyak 3,28%, kemudian Hindu sekitar 1,39%.[3] Untuk rumah ibadah, terdapat 646 bangunan gereja Protestan, 75 bangunan gereja Katolik, 104 bangunan masjid, 19 bangunan musholah dan 26 bangunan Pura.[4] EkonomiPertanianHasil pertanian Kabupaten Mamasa di antaranya padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, sayur-sayuran dan buah-buahan. PerkebunanHasil perkebunan Kabupaten Mamasa pada umumnya berupa kopi maupun kakao, yang dikelola petani secara tradisional. Tanaman kopi yang dihasilkan petani Kabupaten Mamasa, semasa masih menjadi bagian dari Kabupaten Polmas telah memberikan konstribusi dalam mengangkat nama Polmas sebagai penghasil kopi bahkan tidak sedikit kopi asal Mamasa yang di pasarkan di daerah tetangga seperti Kabupaten Tana Toraja. PeternakanPembangunan sub sektor peternakan diarahkan untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak untuk memenuhi konsumsi masyarakat akan makanan bergizi, disamping itu juga digunakan untuk meningkatkan pendapatan peternak. Di antara populasi ternak yang berkembang di Kabupaten Mamasa adalah ternak kerbau, Babi, kambing dan sapi Sedangkan untuk jenis unggas adalah ayam kampung, ayam ras dan itik lokal. PerikananKabupaten Mamasa adalah satu-satunya Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat yang tidak memiliki wilayah pesisir sehingga di Kabupaten Mamasa hanya terdapat budidaya ikan air tawar. Komoditas unggulan perikanan antara lain : ikan mas, ikan nila, ikan lele dan beberapa jenis ikan air tawar lainnya. Pembangunan sektor perikanan diarahkan kepada peningkatan produksi perikanan budidaya untuk memenuhi konsumsi masyarakat sekaligus diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Tingginya permintaan produk budidaya perikanan di Kabupaten Mamasa belum bisa dipenuhi oleh hasil budidaya yang ada sehingga masyarakat masih dominan mengkonsumsi ikan laut yang diambil oleh pedagang dari kabupaten lain di daerah pesisir PariwisataKabupaten Mamasa merupakan destinasi utama Pariwisata di Provinsi Sulawesi Barat. Kabupaten Mamasa memiliki beberapa objek wisata, seperti Wisata Budaya Kuburan Tedong-tedong di Kecamatan Balla, Minanga di Sesenapadang, Wisata Alam Air Terjun Sarambu, Permandian Air Panas di Desa Rambusaratu' Kecamatan Mamasa, wisata alam air terjun Sambabo dengan ketinggian +/- 100 meter di kecamatan Bambang, Agro Wisata Perkebunan Markisa di Kecamatan Mamasa, Wisata Budaya Rumah Adat, Perkampungan Tradisional Desa Ballapeu, Tradisi Mebaba' dan Mangngaro di Nosu merupakan tradisi yang unik.[10] Referensi
Pranala luar
|