Kabupaten Pegunungan Arfak
Jumlah penduduk Pegunungan Arfak pada akhir tahun 2023 berdasarkan data registrasi Kementerian Dalam Negeri 2023 sebanyak 40.396 jiwa, dengan kepadatan 15 jiwa/km².[3] Luas wilayah Kabupaten Pegunungan Arfak adalah 2.773,74 km2 , membawahi 10 distrik dan 166 kampung (desa). GeografiBatas wilayahBatas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
PemerintahanDaftar Bupati
Dewan PerwakilanBerikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Pegunungan Arfak dalam dua periode terakhir.[6]
Distrik/KecamatanKabupaten Pegunungan Arfak terdiri dari 10 distrik dan 166 kampung. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 36.818 jiwa dengan luas wilayah 2.773,74 km² dan sebaran penduduk 13 jiwa/km².[7][8] Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Pegunungan Arfak, adalah sebagai berikut:
DemografiSukuPenduduk asli yang mendiami kabupaten Pegunungan Arfak adalah suku Arfak. Suku Arfak memiliki 4 sub suku diantaranya Suku Meiyah, Moilei, Hatam, dan Sougb.[9] Sementara bahasa yang digunakan sesuai nama suku, dengan bahasa yang berbeda, tetapi bahasa Hatam dan Moilei memiliki kemiripan.[9] Rumah khas masyarakat Pegunungan Arfak ialah rumah Kaki Seribu, orang Hatam menyebutnya dengan rumah Igkojey, sedangkan orang Sougb menyebutnyaa Tumisen. Busur dan panah adalah peralatan tradisional yang digunakan masyarakat sekitar, dalam bahasa Sougb disebut "Inyomus". Tradisi yang menjadi ciri khas suku Arfak adalah Tari Tumbuk. Tarian ini disertai dengan nyanyian yang syairnya mengisahkan sejarah masyarakat Arfak menjadi Kristen, tentang kehidupan sehari-hari, bercocok tanam, panen, dan lainnya.[9] PotensiKabupaten Pegunungan Arfak memiliki tanah yang subur. Dari situlah ada tanaman kopi yang jadi andalan. Selain itu, kabupaten ini memiliki potensi Danau Anggi yang nerupakan salah satu objek wisata yang sedang dikemas. Di Papua Barat sendiri, pegunungan ini merupakan satu-satunya pegunungan yang jadi wilayah penadah hujan di sana.[10] Danau Anggi yang ada ini pun juga terbagi dua, yakni Danau Anggi Giji, dan Danau Anggi Gida. Danau yang pertama, disebut pula sebagai danau laki-laki, dan yang kedua, disebut sebagai danau perempuan. Dua danau yang indah ini, hanya dipisah oleh perbukitan belaka. Namun begitu, jalan-jalan di sini belum banyak yang sudah bagus, dan belum banyak jembatan.[11] Referensi
|