Ampekale, Bontoa, Maros4°54′13″S 119°30′45″E / 4.9035988°S 119.5125033°E
EtimologiSecara leksikal, nama Ampekale diambil dari dua kata dalam bahasa Makassar, yaitu ampe yang berarti "sikap, kelakuan, atau perbuatan" dan kale/kaleng yang berarti "diri, badan, atau tubuh". Jadi Ampekale dapat diartikan sebagai "perbuatan diri" menuju kebaikan. Dengan nama ini penduduk desa diharapkan senantiasa melakukan perbuatan kebaikan dalam setiap kegiatan. Kondisi geografisPusat pemerintahan Desa Ampekale berjarak 6 km dari pusat pemerintahan Kecamatan Bontoa di Panjalingan, Kelurahan Bontoa dan 14 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Maros di Kelurahan Pettuadae, Turikale. TopografiWilayah Desa Ampekale yang terdiri atas empat dusun diklasifikasikan sebagai wilayah dataran rendah dengan ketinggian bervariasi antara 0–20 mdpl. Sistem koordinat geografi atau letak astronomis Desa Ampekale adalah 4°54′10″S 119°32′5″E / 4.90278°S 119.53472°E. Dusun Lalang Tedong merupakan wilayah bukan pantai sedangkan Dusun Padaria, Dusun Binanga Sangkara, dan Dusun Mangara Bombang merupakan wilayah pantai. Potensi Desa Ampekale didominasi oleh tambak ikan dan udang. Desa ini ditumbuhi banyak pohon api-api (bahasa ilmiahnya Avicennia) di wilayah pesisir, terutama di Dusun Padaria. OrbitrasiBeberapa lokasi pada jarak orbitrasi atau pusat pemerintahan dari Desa Ampekale adalah sebagai berikut:
Batas wilayahDesa Ampekale memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
IklimDesa Ampekale memiliki musim kemarau dan musim penghujan. Iklim yang ada di desa ini berupa iklim tropis basah. Anging Barubu (angin muson timur) adalah angin lokal yang sering menerjang desa ini. Kondisi demografisEtnis dan bahasaMayoritas penduduk Desa Ampekale adalah Suku Bugis dengan penciri penutur Bahasa Bugis yang masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka tersebar sebagian besar di Dusun Lalang Tedong, Dusun Padaria, Dusun Binanga Sangkara, dan sebagian kecil di Dusun Mangara Bombang). Suku lainnya adalah Suku Makassar yang berdialek Lakiung mendiami sebagian besar Dusun Mangara Bombang dan kecil Dusun Binanga Sangara). Berdasarkan silsilah historis, sebagian penduduk Desa Ampekale masih merupakan anak keturunan dari Raja Bone ke-22, La Temmassonge, Toappawali, Sultan Abdul Razak, Matinroe Ri Mallimongeng dari istrinya yang bernama Sitti Habibah (cucu Syekh Yusuf) setelah meninggalnya istri sebelumnya yang merupakan saudaranya sendiri, yaitu Sitti Aisyah. Mata pencaharianMata pencaharian masyarakat desa Ampekale adalah nelayan, petani, petambak, pedagang, dan lain-lain. Petani tambak di dusun Padaria kebanyakan memelihara udang sitto, udang paname, dan ikan bandeng. Selain itu terdapat pula pembudidayaan rumput laut. Jumlah pendudukDesa Ampekale memiliki luas 15,07 km² dan penduduk berjumlah 3.020 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 200,40 jiwa/km² pada tahun 2021. Adapun rasio jenis kelamin penduduk Desa Ampekale pada tahun tersebut adalah 104,75. Artinya, tiap 100 penduduk perempuan ada sebanyak 104 penduduk laki-laki. Berikut ini adalah data jumlah penduduk Desa Ampekale dari tahun ke tahun:
Rukun tetangga
Rukun warga
Blok sensus
PendidikanDaftar sekolah
AgamaPenduduk Desa Ampekale 100% memeluk agama Islam. Masjid
PemerintahanPusat pemerintahan atau lokasi Kantor Desa Ampekale berada di Dusun Lalang Tedong. Pembagian wilayah administrasiDusunDesa Ampekale memiliki empat wilayah pembagian administrasi daerah tingkat V (lima) berupa dusun sebagai berikut:
Rukun wargaDesa Ampekale memiliki TBA wilayah pembagian administrasi berupa rukun warga (RW) sebagai berikut:
Rukun tetanggaDesa Ampekale memiliki 12 wilayah pembagian administrasi berupa rukun tetangga (RT) sebagai berikut:
Daftar kepala desaBerikut ini adalah daftar kepala desa di Desa Ampekale dari masa ke masa:
Adat dan budaya
Organisasi dan lembaga
SosialOrangtua pada keluarga masyarakat pesisir Desa Ampekale sama-sama bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Rata-rata orangtua tersebut bekerja sebagai petani tambak dan mengelola tambak ikan keluarganya. Pendidikan dalam keluarga dapat dilakukan dengan hubungan yang harmonis antara anggota keluarga. Pemberian arahan berupa penguatan dan dukungan akan memperkuat pola pikir yang terbentuk seraya memperkuat perilaku individu pula. Hal ini juga akan menghilangkan perilaku dan pola pikir yang tidak diinginkan bila dikenai hukuman seseorang dikatakan belajar apabila telah menunjukkan perilakunya. Pendidikan informal berfokus pada pembentukan pola pikir dan perilaku. Perilaku dan pola pikir juga dapat dengan mudah dibentuk dengan pemberian penguatan dan dukungan. Penguatan yang dilakukan berupa pemberian contoh nyata serta arahan-arahan untuk menabung kepada anaknya. Selain pemberian dukungan dan penguatan, pembentukan pola pikir juga dapat dilakukan dengan pemberian aturan-aturan ketat atau hukuman kepada anak. Dengan demikian dapat menghilangkan perilaku dan pola pikir yang tidak diinginkan dan secara langsung membentuk pola pikir yang diinginkan. Hal seperti ini biasa disebut dengan pola pendidikan otoriter dimana memberikan aturan ketat kepada anak agar menjadi sesuai dengan yang diinginkan. Dalam proses pendidikan informal tentu masing-masing keluarga mempunyai bentuk transfer pengetahuan yang beragam. Hal ini tergantung pada pola pendidikan yang diterapkan dalam keluarga.[17] Secara umum terdapat beberapa perilaku ekonomi yang diterapkan oleh masyarakat Desa Ampekale diantaranya: (1) pembiasaan rajin menabung, (2) sikap selektif dalam membeli, dan (3) pembiasaan untuk hidup hemat. Transfer pemahaman orang tua kepada anak mengenai ekonomi dipengaruhi oleh pemahaman tentang pendidikan ekonomi itu sendiri, kemampuan keluarga, serta kondisi sosial ekonomi. Dalam prosesnya terdapat tiga pola pendidikan yang diterapkan, yakni pola pendidikan otoriter, permisif, dan demokratis. Pendidikan yang diberikan oleh orangtua kepada anak-anak menciptakan kebiasaan baru bagi anak dalam hal perilaku ekonominya. Hal inilah yang kemudian menciptakan pemahaman kembali mengenai pendidikan ekonomi. Pola pendidikan ekonomi informal yang diterapkan dalam keluarga masyarakat pesisir di Desa Ampekale, yaitu dominan menerapkan pola pendidikan yang demokratis. Orangtua memberikan kebebasan kepada anak untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuannya dan disertai dengan pengawasan dan pengarahan kepada anak. Terdapat juga keluarga menerapkan pola pendidikan yang permisif dimana memberikan kebebasan penuh kepada anak untuk menentukan pilihan tanpa adanya tekanan yang diberikan. Terdapat keluarga menerapkan pola pendidikan yang otoriter, orangtua bersifat keras dan mengatur kegiatan sehari-hari anaknya. Pemberian pendidikan kepada anak biasanya dilakukan dengan memberikan contoh nyata mengenai sesuatu hal yang nantinya akan menjadi perilaku anak. Pendidikan itu berupa pembiasaan untuk menabung, pembiasaan untuk selektif dalam pembelian barang, pembiasaan mengatur keuangan serta memberi pandangan melanjutkan pendidikan atau memilih bekerja. Pendidikan ini diberikan kepada anak agar dapat mengatur kegiatan ekonominya sendiri di masa yang akan datang.[17] Tempat menarik
Indeks desa membangunData informasi mengenai Indeks Desa Membangun (IDM) berperan membantu upaya pemerintah dalam memahami kondisi desa. Data yang diekspos sangat penting dalam perencanaan agar setiap tahun ada peningkatan status desa. Setiap tahun status desa diperbarui sesuai dengan capaian yang ada dalam indeks desa membangun. Tim ahli IDM yang menilai terdiri dari tenaga ahli bidang infrastruktur, pengembangan masyarakat desa, perencanaan partisipatif, dan pelayanan sosial dasar. IDM ini mengukur aspek indeks pembangunan desa, yakni ketahanan sosial, ketahanan lingkungan, dan ketahanan ekonomi. Indeks Desa Membangun meliputi kategori sangat tertinggal, tertinggal, berkembang, maju, dan mandiri. Kategori desa mandiri adalah kategori ideal yang ingin dicapai. Pada tahun 2020, prestasi Indeks Desa Membangun (IDM) dari Desa Ampekale mendapatkan raihan nilai 0,7019 dan diklasifikasikan dengan status desa berkembang di Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros.
Desa wisataDesa Ampekale adalah salah satu desa yang terletak di pesisir Kabupaten Maros yang lokasinya bisa ditempuh dengan waktu kurang lebih 30 menit dari pusat kota. Desa Ampekale terdiri dari 4 Dusun/RW dan 12 RT yang hampir seluruh dusun memiliki sumber daya alam yang berupa pesisir pantai. Sumber daya alam pesisir ini ditumbuhi mangrove yang lebat. Sumber daya alam pesisir berupa hamparan hutan mangrove ini berfungsi untuk menahan abrasi pantai dan juga menjadi tempat biota laut berlindung dan berkembang biak. Manfaat lain dari hutan mangrove ini adalah menjadi tempat wisata yang bernilai edukasi keluarga seperti menanam pohon dan re-stocking hewan-hewan laut (ikan, udang, kepiting, dan lain-lain) serta suguhan panorama alam yang indah dan suasana yang sejuk jauh dari penat dan hiruk pikuk perkotaan yang membosankan. Di sisi lain budaya masyarakat lokal yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai kegotongroyongan sangat baik untuk dijadikan pembelajaran oleh keluarga atau pengunjung tentang nilai kemanusiaan. Udara pantai yang sejuk dan suasana hutan mangrove yang tenang bisa menjadi pilihan untuk berlibur guna merelaksasi pikiran dan tubuh agar kembali bugar dan sehat.
Potensi desaDesa Ampekale dikenal sebagai salah satu desa penghasil kepiting rajungan di Kabupaten Maros, baik yang sudah diolah maupun yang belum diolah. Desa ini telah menjadi salah satu pemasok utama kepiting rajungan untuk industri hasil laut di KIMA yang berlokasi di Tamalanrea. Potensi lainnya adalah berupa udang dengan jenis beragam, yaitu udang windu, vaname, udang putih, udang api-api, dan lainnya Sepanjang pesisir di desa ini terdapat hutan mangrove sebagai ekosistem kepiting dan beragam jenis ikan. Hutan mangrove ini memiliki potensi pengembangan wisata bahari. Adapun jalur pemasaran hasil perikanan di desa ini terdapat 3 jalur, yaitu jalur pertama dimana petambak menjual langsung ke perusahaan eksportir, jalur pemasaran ke-2, dimana petambak menjual udangnya itu melalui perantara, yaitu pedagang pengumpul kemudian diteruskan ke perusahaan eksportir, dan jalur ke 3, dimana jalur ini petambak menjual udangnya ke pedagang pengumpul diteruskan ke pedagang pengecer kemudian diteruskan ke konsumen akhir.[16][24] KulinerMakanan
Permainan tradisional yang ada dan pernah eksis
Media
Permasalahan desaSetiap memasuki musim kemarau, wilayah Desa Ampekale kerap mengalami kekeringan dimana sumur hingga penampungan air masyarakat mengering. Walau secara letak geografis merupakan daerah pesisir. Kondisi ini sangat berdampak terhadap pemenuhan air bersih masyarakat di Desa Ampekale.[25] Jalan
KesehatanSarana
KeamananFasilitas
Riwayat bencana
Lihat pula
Referensi
Pranala luar
|