Museum Gempa Prof. Dr. Sarwidi
Museum Gempa Prof. Dr. Sarwidi (bahasa Jawa: ꦩꦸꦱꦶꦪꦸꦩ꧀ꦒꦼꦩ꧀ꦥꦥꦿꦺꦴꦥ꦳ꦼꦱ꧀ꦱꦺꦴꦂꦝꦺꦴꦏ꧀ꦠꦺꦴꦂꦱꦂꦮꦶꦢꦶ, translit. Musiyum Gempa Professor Dhoktor Sarwidi) adalah sebuah museum yang terletak di Jalan Malangyudo Nomor 25, Kawasan Wisata Kaliurang, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Tujuan khusus dari pendirian Museum Gempa Prof. Dr. Sarwidi adalah untuk memamerkan miniatur bangunan rumah tahan gempa. Pendirian museum merupakan prakarsa dari Sarwidi dan Sumardani. Gagasan museum ini berasal dari Universitas Islam Indonesia. Pembangunan museum kemudian didukung oleh Center For Earthquake Engineering and Dynamic Effect dan Disaster Studies Universitas Islam Indonesia. Pada tanggal 21 Juli 2007 dilakukan penandatanganan komitmen pendirian museum oleh semua pihak tersebut. Pada awalnya, museum menempati bangunan Universitas Islam Indonesia dalam bentuk ruangan berukuran 3 × 4 meter. Setelah beberapa kali mengalami pergantian tempat, akhirnya lokasi tetapnya berada di Kaliurang. Bangunan museum diperluas menjadi 6 × 10 meter dengan konsep berupa wisata pendidikan dan tahan gempa. Kegiatan di dalam museum meliputi pemutaran film animasi untuk anak-anak, penampilan kejadian-kejadian gempa bumi di Indonesia, dan simulasi untuk merasakan gempa tersebut. Koleksi utamanya adalah Bangunan Rumah Rakyat Tahan Gempa. Tititk koordinatnya di: 7°35’55.0” Lintang Selatan dan 110°25’49.8” Bujur Timur. Museum dapat diakses dari arah Bandar Udara Adi Sutjipto (25 km), Stasiun Tugu (25 km), Stasiun Lempuyangan (26 km) atau Terminal Giwangan (33 km).[1] PendiriPendiri dari Museum Gempa Sarwidi adalah Sarwidi. Ia adalah seorang pakar gempa dan dosen dari Universitas Islam Indonesia. Ide untuk membangun museum berasal dari peristiwa gempa bumi Yogyakarta 2006. Sarwidi kemudian mendirikan Museum Gempa di tempat wisata Kaliurang. Dalam pembagian administratif letaknya di Dusun Ngalangan Kaliurang Timur, Hargobinangun, Pakem, Kabupaten Sleman.[2] Sebagian besar hasil penelitian dan karya dari Sarwidi dipublikasi dan didokumentasikan di museum tersebut. Dalam membangun dan mengembangkan museum, Sarwidi dibantu oleh masyarakat setempat, pemerintah Jepang dan para temannya sesama dosen, serta para mahasiswa dan alumni Universitas Islam Indonesia.[3] Referensi
|