Museum Bharugano Wuna
Museum Bharugano Wuna adalah sebuah museum yang terletak di Kelurahan Wamponiki, Kecamatan Katobu, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia.[1] Museum ini berada di Istana raja yang memajang koleksi benda pusaka peninggalan kerajaan Wuna.[2] PenamaanNama museum ini berasal dari bahasa Muna kuno yaitu Bharugano Muna yang berarti diri kita pribadi sebagai manusia.[3] SejarahPembangunan Museum Bharugano Wuna dimulai pada tahun 2017 dengan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Pada 28 Desember 2017, M. Saleh Lasata selaku Pelaksana Tugas Gubernur Sulawesi Tenggara mengadakan peresmian Museum Bharugano Wuna. Ia melakukannya bersama dengan L. M. Rusman Emba selaku Bupati Muna, dan Pengurus Lembaga Adat Muna.[4] Museum Bharugano Wuna dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Kabupaten Muna awalnya bernama Rumah Adat Muna, Pergantian nama menjadi Museum Bharugano Wuna didasarkan kepada Surat Keputusan Bupati Kabupaten Muna No. 27 tahun 2018 yang diterbitkan pada tanggal 14 Mei 2018 oleh Bupati Muna.[5] Pada 24 Agustus 2018, Bupati Muna melantik Hadi Wahyudi, S.Si, ME sebagai Kepala UPTD Museum dan Taman Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muna dengan salah satu tugasnya adalah mengelola Museum Bharugano Wuna.[6] Pada September 2018, Museum Bharugano Wuna telah resmi terdaftar/teregistrasi di Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia. Adapun sumber pendanaan UPTD Museum dan Taman Budaya berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Muna dan sumber pendapatan lain yang sifatnya sah.[6] BangunanMuseum ini terdiri dari tiga rumah adat, yaitu Istana Raja Muna (Kamali), Rumah Bhonto Bhalano (perdana mentri), dan Kapitalao (panglima perang).[2] Halaman museum Bharugano Wuna difungsikan sebagai Taman Budaya Kamali yang dimanfaatkan untuk aktivitas kesenian seperti Tari Linda, lagu daerah Muna, lomba pidato bahasa Muna dan seminar budaya.[7] Bangunan museum terbuat dari kayu jati dengan arsitektur kuno[8] dan tiang penyangga terdiri dari 99 tiang.[3] Museum Bharugano Wuna buka mulai hari Senin–Jumat, pukul 08.00-17.00 WITA. Museum Bharugano Wuna juga tidak memungut biaya masuk atau registrasi bagi para pengunjung.[9] KoleksiMuseum ini memiliki 600 koleksi, yaitu berupa layang-layang tradisional Kaghati Kalope[10] yang dibuat dengan menggunakan daun Kalope (umbi hutan) dan serat nanas sebagai talinya. Museum umum ini juga memiliki koleksi historika, seni rupa dan etnografika.[9] Selain itu juga terdapat meriam, piring kuno, guci foto kerajaan, pakaian pejabat kerajaan, daftar nama raja Muna dan replika tempat tidur raja yang berada di dalam bangunan museum.[2] Selain itu, museum ini juga memamerkan alat masak, dokumen kuno, perlengkapan kerajaan, senjata, perhiasan, pakaian adat, alat musik, hasil kerajinan tangan dan sebagainya.[10] Akses ke lokasiMuseum Bharugano Wuna dapat dicapai melalui Bandar Udara Sugimanuru dengan jarak tempuh sejauh 24,9 km. Selain itu, Museum Bharugano Wuna dapat dicapai melalui Terminal Laino (5,4 km) dan dari Pelabuhan Nusantara Raha (3,3 km).[1] Pengunjung museum ini tidak dipungut bayaran dan jumlah pengunjung mencapai 400 orang per bulannya, baik dari kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara.Terdapat pemandu untuk pengunjung yang membantu menjelaskan seluk-beluk sejarah yang ada dibalik benda-benda yang dipamerkan.[11] Referensi
|