Hubungan Indonesia dengan Rwanda
Hubungan Indonesia dengan Rwanda mengacu pada hubungan luar negeri antara Republik Indonesia dan Republik Rwanda sejak dibentuknya hubungan diplomatik pada 16 Januari 1984.[1] Kedua negara adalah anggota Organisasi Perdagangan Dunia, Gerakan Non-Blok, dan G77. Selain itu, kedua negara memberikan kontribusi besar untuk pasukan pemelihara perdamaian PBB.[2] SejarahPada 15 November 2022, Paul Kagame, Presiden Rwanda, mengunjungi Indonesia dan bertemu dengan Joko Widodo, Presiden Indonesia, di sela-sela KTT G20 di Bali.[3] Menurut Kepresidenan Rwanda, kedua pemimpin membahas masa depan kerja sama bilateral termasuk penguatan hubungan diplomatik antara kedua negara.[4] Selain itu, Presiden Jokowi menyarankan agar dibentuk perjanjian dagang antara Indonesia dan Rwanda sambil juga mengungkapkan keinginannya untuk melihat kerja sama ekonomi yang signifikan antara Indonesia dan Afrika.[5] Sementara itu, Presiden Kagame mengumumkan bahwa dia telah menerima undangan Presiden Jokowi ke KTT tersebut dan bahwa kedutaan Rwanda akan dibuka di Indonesia pada tahun-tahun berikutnya. Dia juga menyampaikan terima kasih kepada Indonesia atas bantuan dalam upaya peningkatan kapasitas negaranya.[3] Dalam upaya memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Rwanda dan sebagai tindak lanjut rencana pembukaan kedutaan Rwanda di Jakarta, Duta Besar Indonesia untuk Tanzania, Tri Yogo Jatmiko, dengan Menteri Luar Negeri Rwanda Vincent Biruta, CEO Rwanda Private Sector Federation (RPSF), Stephen Ruzibiza, Calon Duta Besar Rwanda untuk Indonesia, Sheikh Abdul Karim Harelimana, dan perwakilan Rwanda-Indonesia Friendship Association (RIFA) di Kigali pada 12 hingga 13 Oktober 2023. Duta Besar Jatmiko membahas sejumlah perkembangan dan area potensial yang menjadi fokus kerja sama bilateral antara Rwanda dan Indonesia dalam upaya mengubah kedekatan politik kedua negara menjadi kesepakatan yang memiliki dampak nyata bagi masyarakat.[6] Pada 6 Juni, pemerintah Rwanda secara resmi meresmikan kedutaannya di Jakarta Selatan, Indonesia. Menurut Menteri Biruta, pembukaan tersebut menunjukkan komitmen kuat Rwanda dan Indonesia untuk membangun hubungan erat melalui kerja sama bilateral. Peresmian Kedutaan Rwanda di Indonesia merupakan perkembangan penting dalam sejarah hubungan kedua negara dan diharapkan dapat menjadi "jembatan" untuk kerja sama di masa depan dalam hal-hal yang menjadi kepentingan bersama, perdagangan, dan investasi.[7] Biruta melanjutkan bahwa pembentukan kedutaan di Indonesia adalah bukti komitmen Rwanda untuk maju dalam diplomasi regional dan membangun jejak yang substansial.[8] Setelah peresmian, penandatanganan beberapa nota kesepahaman oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Biruta menandakan kerja sama di tiga bidang: kerja sama umum, diskusi politik dan keamanan, serta pelonggaran persyaratan visa bagi pemegang paspor dinas diplomatik.[9] Menteri Retno menyatakan optimisme bahwa pembukaan kedutaan Rwanda akan meningkatkan hubungan antara kedua negara dan antara Indonesia dan Afrika. Dia menegaskan kembali dedikasi Indonesia untuk mempromosikan hubungan kerja sama dengan negara-negara Afrika dan menyambut masuknya Rwanda ke dalam Forum Indonesia-Afrika kedua yang akan datang, yang dijadwalkan berlangsung di Bali pada September 2024.[2] PerdaganganIndonesia menjual $21,3 juta ke Rwanda pada tahun 2022. Ekspor utama Indonesia ke Rwanda adalah kertas tanpa pelapis ($5,04 juta), minyak nabati lainnya ($6,87 juta), dan minyak sawit ($35,4 juta). Ekspor Indonesia ke Rwanda telah tumbuh dengan laju tahunan 137% selama lima tahun terakhir, dari $283 ribu pada 2017 menjadi $21,3 juta pada 2022.[10] Rwanda menjual $44,3 ribu ke Indonesia pada tahun 2022. Sirkuit terpadu ($184 ribu), kertas tanpa pelapis ($38,7 ribu), dan sabun ($29,3 ribu) adalah ekspor utama Rwanda ke Indonesia. Ekspor Rwanda ke Indonesia turun dengan laju tahunan 29,5% selama lima tahun terakhir, dari $255 ribu pada 2017 menjadi $44,3 ribu pada 2022.[10] Setelah pandemi COVID-19, Menteri Retno menyatakan bahwa perdagangan antara Indonesia dan Rwanda telah meningkat lebih jauh. Dia mengatakan bahwa nilai perdagangan antara kedua negara tumbuh 32% pada kuartal pertama 2024 setelah meningkat 100% tahun sebelumnya. Meski demikian, masih ada ruang untuk pertumbuhan perdagangan di area ini.[11] Lihat pulaReferensi
|