Hubungan Indonesia dengan Tunisia
Hubungan Indonesia dengan Tunisia sangat penting setelah Kebangkitan dunia Arab, seperti Tunisia melihat Indonesia sebagai contoh demokrasi di negara mayoritas Muslim, sementara Indonesia telah menyatakan kesediaannya untuk mendukung transisi demokrasi di Tunisia melalui peningkatan kapasitas dan kemitraan untuk demokrasi.[1] Indonesia memuji Tunisia sebagai contoh sukses dari transisi demokrasi di Dunia Arab.[2] Hubungan diplomatik ini berawal dari tahun 1950-an ketika Indonesia mendukung kemerdekaan Tunisia dari Prancis. Indonesia memiliki kedutaan besar di Tunis, sementara Tunisia memiliki kedutaan besar di Jakarta. Kedua negara adalah anggota Organisasi Kerjasama Islam dan Gerakan Non-Blok. SejarahHubungan antara Indonesia dan Tunisia telah didirikan awal bahkan sebelum Tunisia mencapai kemerdekaannya dari Prancis pada tahun 1956. Pejuang kemerdekaan Tunisia Habib Bourguiba mengunjungi Jakarta pada tahun 1951, diikuti dengan pembentukan kantor perwakilan kemerdekaan Tunisia di kota pada tahun 1952 untuk melobi negara-negara Asia dukungan untuk kemerdekaan Tunisia.[3] Perdagangan dan perniagaanBadan Pusat Statistik Indonesia melaporkan bahwa pada tahun 2011 volume perdagangan mencapai US$100 juta. Neraca perdagangan adalah condong ke Indonesia dengan ekspor Indonesia mencapai US$84.77 juta pada tahun 2010.[4] Indonesia mengekspor terutama terdiri dari minyak pelumas, alat musik, optik, karet, kertas, plastik, furnitur, sepatu, kopi dan rempah-rempah ke Tunisia, sementara negara Asia Tenggara mengimpor kurma, jeruk, pupuk, batu fosfat, kaca, plastik dan minyak zaitun dari negara Afrika Utara. Catatan
Lihat pula
Pranala luar |