Hubungan Arab Saudi dengan Indonesia
Indonesia dan Arab Saudi menjalin hubungan diplomatik pada tahun 1950. Hubungan (bahasa Arab: العلاقات السعودية الإندونسية) sangat penting karena Arab Saudi adalah tempat kelahiran Islam, dan Indonesia adalah rumah bagi populasi Muslim terbesar di dunia; keduanya adalah negara mayoritas Muslim.[1] Hubungan ekonomi dan perdagangan juga sangat penting, terutama di sektor minyak (energi) dan sumber daya manusia (pekerja migran). Arab Saudi memiliki kedutaan besar di Jakarta, sedangkan Indonesia memiliki kedutaan besar di Riyadh dan konsulat di Jeddah Kedua negara adalah anggota Organisasi Kerjasama Islam dan ekonomi utama G-20. SejarahKaitan sejarah antara Indonesia dan Arab Saudi adalah Islam. Banyak pedagang Muslim dan ulama tiba di kepulauan Indonesia dari Dunia Arab selama kedatangan Islam sekitar abad ke-13. Sejak awal abad ke-20, umat Islam Indonesia telah menunaikan ibadah haji ke Mekah. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar, Indonesia mengirimkan jumlah jamaah haji terbesar di antara negara-negara Muslim.[2][3][4] Hubungan diplomatik resmi antara Indonesia dan Arab Saudi dibuka pada tahun 1950. Kedua negara menandatangani perjanjian kerja sama pertahanan pada akhir Januari 2014. Perjanjian tersebut sebagian besar mencakup pelatihan kekuatan dan kontraterorisme.[5] Hubungan Saudi-Indonesia menemukan hubungan yang lebih baik di bawah pemerintahan Joko Widodo ketika presiden dianugerahi Penghargaan Raja Abdul Aziz al Saud pada tahun 2015 oleh otoritas Saudi[6] dan banyak anggota keluarga Kerajaan Saudi diundang untuk datang ke Indonesia dan menghabiskan liburan panjang di Bali pada Maret 2017.[7] PerdaganganPada tahun 2008, perdagangan bilateral mencapai hampir US$6 miliar. Karena ekspor minyak dan gasnya, neraca perdagangan sangat menguntungkan Arab Saudi, sementara Indonesia terutama mengekspor kayu lapis, tekstil, pakaian jadi, minyak sawit, kertas dan ban.[1][8] Kunjungan tingkat tinggi
Lihat pula
Rujukan
|