Hubungan Indonesia dengan Norwegia
Hubungan Indonesia dengan Norwegia secara resmi terjalin pada 1950. Sejak saat itu Indonesia dan Norwegia telah bekerja sama di beragam bidang seperti bidang energi dan bidang iklim, demokrasi dan hak asasi manusia, isu-isu politik internasional, dan perdagangan. Kedua negara juga setuju untuk mendirikan kerja sama strategis untuk melawan kemiskinan dan perubahan iklim dan juga mempromosikan demokrasi dan toleransi.[1] Indonesia memiliki kedutaan besar di Oslo dan Norwegia memiliki kedutaan besar di Jakarta. Terjadi peningkatan hubungan antara kedua negara, selain itu juga Bantuan kemanusiaan untuk korban gempa bumi Samudra Hindia 2004, dimana 84 warga negara Norwegia menjadi korban. Pada 2013, terjadi peningkatan jumlah turis Indonesia yang berkunjung ke Norwegia, dan setiap tahunnya lebih dari seratus pelajar Norwegia berkunjung ke Bali untuk belajar mengenai budaya Bali.[2] SejarahHubungan bilateral antara Indonesia dan Norwegia dimulai lebih dahulu, bahkan sebelum terbentuknya Negara Republik Indonesia. Pada 1906, Konsul Jenderal Kehormatan Norwegia berdiri di Batavia (sekarang Jakarta), Hindia Belanda, setelah Revolusi Nasional Indonesia, Norwegia menjadi salah satu negara yang mengakui kedaulatan Indonesia, diikuti dengan pendirian hubungan diplomatik pada 25 Januari 1950 melalui akreditasi dari Kedutaan Norwegia di Bangkok.[3] Indonesia membuka misi di Oslo pada 1950 tetapi ditutup pada September 1960. Pada 27 April 1971, Kedutaan Besar Norwegia secara resmi berdri di Jakarta dan Indonesia secara resmi mendirikan kedutaan besar di Oslo pada 1982.[4] Hubungan ekonomiHubungan ekonomi antara Indonesia dan Norwegia terutama berfokus pada sektor energi, kelautan, dan perikanan. Nilai perdagangan bilateral antara kedua negara mencapai US$353,79 juta pada 2010, US$309,52 juta pada 2011, dan US$321,88 juta pada 2012.[2] Ekspor Indonesia ke Norwegia termasuk pakaian, sepati, furnitur, alat komunikasi, alat optikal, dan rempah-rempah. Sementara ekspor Norwegia sebagian besar adalah salmon, pada 2012, Indonesia mengimpor salmon sebanyak 4.000 ton dari Norwegia.[2] Di Indonesia, Norwegia berinvestasi diberagam sektor termasuk perikanan, kertas, industri kimia, dan industri metal, konstruksi, perdagangan dan servis, transportasi, pergudangan dan komunikasi, serta properti.[5] Sejauh ini, Norwegia telah menginvestasikan $650 juta di Indonesia[2] pada 2014 dan terdapat sekitar 20 perusahaan Norwegia yang ada dan beroperasi di Indonesia.[1] Kerjasama lingkunganPada 2011, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerbitkan keputusan untuk menghentikan sementara izin penggunaan hutan untuk hutan gambut dan hutan utama setelah pemerintah Norwegia menjanjikan US$ 1 miliar untuk bantuan konservasi.[6] Kunjungan tingkat tinggiPresiden Susilo Bambang Yudhoyono mengunjungi Norwegia pada 2006 dan Mei 2010. Sementara itu, Perdana Menteri Jens Stoltenberg berkunjung selama dua kali pada 2007.[3] Pada November 2012, Putra Mahkota Norwegia Haakon Magnus dan Puteri Mahkota Mette-Marit Høiby datang berkunjung ke Indonesia.[4] Lihat juga
Catatan
Pranala luar
|