Hama dan penyakit hewan karantina

Trypanosoma sp., protozoa parasit yang menyebabkan trypanosomosis, salah satu penyakit yang digolongkan sebagai HPHK

Hama dan penyakit hewan karantina (disingkat HPHK) adalah istilah perkarantinaan yang digunakan untuk menyebut sejumlah penyakit pada hewan yang dicegah oleh pemerintah Indonesia untuk masuk, tersebar, dan keluar dari wilayah negara Indonesia . Lembaga pemerintah yang bertugas melakukan hal ini adalah Badan Karantina Pertanian yang berada di bawah Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Definisi dan penggolongan

Definisi lama

Istilah HPHK pertama kali ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (UU 16/1992) serta peraturan turunannya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan (PP 82/2000). Definisi HPHK dalam UU 16/1992 yaitu "Semua hama dan penyakit hewan yang ditetapkan pemerintah untuk dicegah masuknya ke dalam, tersebarnya di dalam, dan keluarnya dari wilayah negara Republik Indonesia";[1] sedangkan definisi HPHK dalam PP 82/2000 yaitu "Semua hama, hama penyakit, dan penyakit hewan yang berdampak sosioekonomi nasional dan perdagangan internasional serta menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat veteriner yang dapat digolongkan menurut tingkat risikonya".[2]

Lebih jauh, HPHK digolongkan menjadi HPHK golongan I dan HPHK golongan II berdasarkan daya epidemis dan patogenitas penyakit, dampak sosioekonomi, serta status dan situasinya di suatu area atau wilayah negara Republik Indonesia.[3] Definisi HPHK Golongan I adalah HPHK yang mempunyai sifat dan potensi penyebaran penyakit yang serius dan cepat, belum diketahui cara penanganannya, belum terdapat di suatu area atau wilayah negara Republik Indonesia;[4] sedangkan HPHK Golongan II adalah HPHK yang potensi penyebarannya berhubungan erat dengan lalu lintas media pembawa, sudah diketahui cara penanganannya dan telah dinyatakan ada di suatu area atau wilayah negara Republik Indonesia[5]

Definisi baru

Pada tahun 2019, diterbitkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (UU 21/2019) yang menggantikan UU 16/1992. Dalam Undang-Undang yang baru ini, definisi HPHK diubah menjadi "Hama, hama dan penyakit, dan penyakit hewan berupa organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan kematian hewan, membahayakan kesehatan manusia, menimbulkan kerugian sosial, ekonomi yang bersifat nasional dan perdagangan internasional yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat untuk dicegah masuknya ke dalam, tersebarnya di dalam, dan keluarnya dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia".[6]

Media pembawa

HPHK dapat masuk, tersebar, dan keluar dari wilayah negara Indonesia melalui lalu lintas media pembawa HPHK yaitu hewan, produk hewan, serta beberapa jenis media pembawa lain. Oleh karena itu, setiap media pembawa HPHK yang dimasukkan ke dalam wilayah negara RI, dibawa atau dikirim dari satu area ke area lain di dalam wilayah negara RI, dan dikeluarkan dari wilayah negara RI wajib memenuhi persyaratan karantina dan dikenakan tindakan karantina.

Jenis-jenis

Pemerintah menetapkan HPHK golongan I dan HPHK golongan II, jenis hewan yang peka, cara penularan, masa inkubasi, masa pengamatan, masa karantina, standardisasi pengujian dan perlakuan melalui Keputusan Menteri.[7] Saat ini, penentuan dan penggolongan jenis HPHK ditetapkan dalam Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3238/Kpts/PD.630/9/2009. Dalam peraturan ini ditetapkan 121 jenis HPHK yang terdiri dari 65 HPHK Golongan I dan 56 HPHK Golongan II.[8]

No. Penyebab Jumlah
HPHK
golongan I
HPHK
golongan II
Keseluruhan
1. Prion 2 - 2
2. Virus 39 22 61
3. Bakteri 16 17 33
4. Parasit 8 14 22
5. Jamur - 3 3
Jumlah 65 56 121
No. Nama HPHK Penyebab
GOLONGAN I
Penyakit Prion
1. Penyakit sapi gila Prion
2. Skrapi Prion
Penyakit Viral
1. Penyakit kuda Afrika AHS virus (Famili Reoviridae, Genus Orbivirus)
2. Demam babi Afrika ASF virus (Famili Asfarviridae, Genus Asfivirus)
3. Pseudorabies Suid alphaherpesvirus 1 (Famili Herspesviridae, Genus Varicellovirus)
4. Ensefalomielitis burung Tremovirus A (Famili Picornaviridae, Genus Tremovirus)
5. Flu burung (patogenisitas tinggi) Influenza A virus (Famili Orthomyxoviridae, Genus Influenzavirus A)
6. Cacar unta Camelpox virus (Famili Poxviridae, Genus Orthopoxvirus)
7. Artritis dan ensefalitis kambing CAE virus (Famili Retroviridae, Genus Lentivirus)
8. Demam hemoragik Krimea-Kongo CCHF virus (Famili Nairoviridae, Orthonairovirus)
9. Enteritis viral bebek Anatid alphaherpesvirus 1 (Famili Herpesviridae, Genus Mardivirus)
10. Hepatitis viral bebek Avihepatovirus A (Famili Picornaviridae, Avihepatovirus)
11. Penyakit virus ebola Famili Filoviridae, Genus Ebolavirus
12. Ensefalomielitis teskovirus Teschovirus A (Famili Picornaviridae, Genus Teschovirus)
13. Ensefalomielitis kuda (timur, barat, Venezuela) EEE virus, WEE virus, VEE virus (Famili Togaviridae, Genus Alphavirus)
14. Anemia infeksius kuda EIA virus (Famili Retroviridae, Genus Lentivirus)
15. Flu kuda Influenza A virus (Famili Orthomyxoviridae, Genus Influenzavirus A)
16. Rhinopneumonitis kuda Equid alphaherpesvirus 4 (Famili Herpesviridae, Genus Varicellovirus)
17. Arteritis viral kuda Equine arteritis virus (Famili Arteriviridae, Genus Equartevirus)
18. Penyakit mulut dan kuku FMD virus (Famili Picornaviridae, Genus Aphthovirus)
19. Cacar kuda genital Equid alphaherpesvirus 3 (Famili Herpesviridae, Genus Varicellovirus)
20. Infeksi Hendravirus Hendra henipavirus (Famili Paramyxoviridae, Genus Henipavirus)
21. Penyakit kulit benjol LSD virus (Famili Poxviridae, Genus Capripoxvirus)
22. Maedi-visna Visna-maedi virus (Famili Retroviridae, Genus Lentivirus)
23. Penyakit virus marburg Marburg marburgvirus (Famili Filoviridae, Genus Marburgvirus)
24. Ensefalitis lembah Murray dan demam Nil barat MVE virus, WN virus (Famili Flaviviridae, Genus Flavivirus)
25. Miksomatosis Myxoma virus (Famili Poxviridae, Genus Leporipoxvirus)
26. Penyakit domba Nairobi Nairobi sheep disease orthonairovirus (Famili Nairoviridae, Genus Orthonairovirus)
27. Ensefalitis virus nipah Nipah henipavirus (Famili Paramyxoviridae, Genus Henipavirus)
28. Adenokarsinoma paru domba Jaagsiekte sheep retrovirus (Famili Retroviridae, Genus Betaretrovirus)
29. Penyakit sampar domba Small ruminant morbillivirus (Famili Paramyxoviridae, Genus Morbilivirus)
30. Sindrom reproduksi dan respirasi babi PRRS virus-1, PRRS virus-2 (Famili Arteriviridae, Genus Porartevirus)
31. Penyakit hemoragik kelinci RHD virus (Famili Caliciviridae, Genus Lagovirus)
32. Demam lembah Rift RVF phlebovirus (Famili Phenuiviridae, Genus Phlebovirus)
33. Penyakit sampar sapi Rinderpest morbilivirus (Famili Paramyxoviridae, Genus Morbilivirus)
34. Cacar domba dan cacar kambing Sheeppox virus, goatpox virus (Famili Poxviridae, Genus Capripoxvirus)
35. Flu babi Influenza A virus (Famili Orthomyxoviridae, Genus Influenzavirus A)
36. Gastroenteritis menular babi Alphacoronavirus 1 (Famili Coronaviridae, Genus Alphacoronavirus)
37. Penyakit vesikular babi Enterovirus B (Famili Picornaviridae, Genus Enterovirus)
38. Rhinotrakeitis kalkun Avian metapneumovirus (Famili Pneumoviridae, Genus Metapneumovirus)
39. Stomatitis vesikular Indiana vesiculovirus (Famili Rhabdoviridae, Genus Vesiculovirus)
Penyakit Bakterial
1. Aktinomikosis sapi Actinomyces bovis
2. American foulbrood Paenibacillus larvae
3. Rhinitis atropik babi Bordetella bronchiseptica, Pasteurella multocida
4. Bruselosis kambing dan bruselosis domba Brucella melitensis
5. Agalaksia menular Mycoplasma agalactiae
6. Pleuropneumonia kambing menular Mycoplasma mycoides
7. Pleuropneumonia sapi menular Mycoplasma capricolum
8. Metritis kuda menular Taylorrella equigenitalis
9. European foulbrood Melissococcus pluton
10. Ingus jahat Burkholderia mallei
11. Heartwater Ehrlichia ruminantium
12. Epididimitis domba Brucella ovis
13. Ingus tenang Streptococcus equi
14. Tularemia Francisella tularensis
15. Kampilobakteriosis Campylobacter spp.
16. Septisemia Yersinia pseudotuberkulosis Yersinia pseudotuberculosis
Penyakit Parasitik
1. Dourin Protozoa: Trypanosoma equiperdum
2. Leismaniasis Protozoa: Leishmania infantum
3. Trikomoniasis Protozoa: Tritrichomonas foetus
4. Akarapisosis lebah madu Tungau: Acarapis woodi
5. Infestasi Tropilaelaps lebah madu Tungau: Tropilaelaps spp.
6. Varroosis lebah madu Tungau: Varroa destructor
7. Infestasi kumbang sarang lebah kecil Kumbang: Aethina tumida
8. Infestasi cacing sekrup dunia baru (miasis) Larva lalat: Cochliomyia hominivorax
GOLONGAN II
Penyakit Viral
1. Bronkitis infeksius burung IB virus (Famili Coronaviridae, Genus Gammacoronavirus)
2. Flu burung (patogenisitas rendah) Influenza A virus (Famili Orthomyxoviridae, Genus Influenzavirus A)
3. Penyakit lidah biru Bluetongue virus (Famili Reoviridae, Genus Orbivirus)
4. Diare ganas/penyakit mukosal sapi BVD virus (Famili Flaviviridae, Genus Pestivirus)
5. Infeksi parvovirus anjing Canine parvovirus type 2 (Famili Parvoviridae, Genus Protoparvovirus)
6. Demam babi klasik CSF virus (Famili Flaviviridae, Genus Pestivirus)
7. Penyakit orf Orf virus (Famili Poxviridae, Genus Parapoxvirus)
8. Sindrom penurunan telur Duck atadenovirus A (Famili Adenoviridae, Genus Atadenovirus)
9. Leukosis sapi enzootik Bovine leukemia virus (Famili Retroviridae, Genus Deltaretrovirus)
10. Cacar unggas Fowlpox virus (Famili Poxviridae, Genus Avipoxvirus)
11. Rhinotrakeitis sapi infeksius/vulvovaginitis pustular infeksius Bovine alphaherpesvirus 1 (Famili Herpesviridae, Varicellovirus)
12. Penyakit gumboro IBD virus (Famili Birnaviridae, Genus Avibirnavirus)
13. Anemia ayam infeksius Chicken anaemia virus (Famili Anelloviridae, Genus Gyrovirus)
14. Laringotrakeitis infeksius Gallid alphaherpesvirus 1 (Famili Herpesviridae, Genus Iltovirus)
15. Ensefalitis Jepang JE virus (Famili Flaviviridae, Genus Flavivirus)
16. Penyakit Jembrana JD virus (Famili Retroviridae, Genus Lentivirus)
17. Leukosis limfoid Avian leukosis virus (Famili Retroviridae, Genus Alpharetrovirus)
18. Demam kataral malignan Famili Herpesviridae, Genus Macavirus
19. Penyakit Marek Gallid alphaherpesvirus 2 (Famili Herpesviridae, Mardivirus)
20. Penyakit Newcastle ND virus (Famili Paramyxoviridae, Genus Avulavirus)
21. Rabies Rabies lyssavirus (Famili Rhabdoviridae, Genus Lyssavirus)
22. Sindrom kekerdilan ayam Disebabkan oleh banyak virus dan bakteri
Penyakit Bakterial
1. Antraks Bacillus anthracis
2. Psitakosis Chlamydia psitacci
3. Mikoplasmosis burung (penyakit respirasi kronis, sinovitis infeksius) Mycoplasma gallisepticum, M. synoviae
4. Radang paha Clostridium chauvoei
5. Bruselosis Brucella spp.
6. Dermatofilosis Dermatophilus congolensis
7. Erisipelas Erysipelothrix rhusiopathiae
8. Kolera unggas Pasteurella multocida
9. Tifoid unggas Salmonella enterica subsp. enterica serovar gallinarum (Salmonella gallinarum)
10. Paratuberkulosis Mycobacterium avium subsp. paratuberculosis
11. Leptospirosis Leptospira spp.
12. Listeriosis Listeria monocytogenes
13. Septisemia epizotik Pasteurella multocida
14. Disentri babi Brachyspira hyodysenteriae
15. Tuberkulosis Mycobacterium spp.
16. Tuberkulosis burung Mycobacterium avium subsp. avium
17. Tuberkulosis sapi Mycobacterium bovis
Penyakit Fungal
1. Pébrine Nosema bombycis
2. Ringworm Microsporum, Trichophyton, Epidermophyton spp.
3. Selakarang Histoplasma farciminosum
Penyakit Parasitik
1. Anaplasmosis Bakteri riketsia: Anaplasma spp.
2. Anaplasmosis sapi Bakteri riketsia: Anaplasma marginale, A. centrale
3. Babesiosis Protozoa: Babesia spp.
4. Babesiosis sapi Protozoa: Babesia spp.
5. Piroplasmosis kuda Protozoa: Babesia caballi, Theileria equi
6. Theileriosis Protozoa: Theileria spp.
7. Tripanosomiasis Protozoa: Trypanosoma spp.
8. Sistiserkosis Larva Cestoda Taenia saginata, yaitu Cysticercus bovis
9. Sistiserkosis babi Larva Cestoda Taenia solium, yaitu Cysticercus cellulosae
10. Ekinokokosis Cestoda: Echinococcus granulosus, E. multilocularis
11. Kaskado Nematoda: Stephanofilaria spp.
12. Trikinosis Nematoda: Trichinella spiralis
13. Mange (skabies, demodikosis) Tungau: Sarcoptes scabiei, Demodex spp.
14. Infestasi ulat ulir Dunia Lama (miasis) Larva lalat: Chrysomya bezziana

Lihat pula

Catatan kaki

  1. ^ UU 16/1992, Pasal 1 angka 4.
  2. ^ PP 82/2000, Pasal 1 angka 14.
  3. ^ PP 82/2000, Pasal 75 ayat (1).
  4. ^ PP 82/2000, Pasal 1 angka 15.
  5. ^ PP 82/2000, Pasal 1 angka 16.
  6. ^ UU 21/2019, Pasal 1 angka 3.
  7. ^ PP 82/2000, Pasal 75 ayat (2).
  8. ^ Kepmentan 3238/2009, Lampiran 1.

Daftar pustaka

Kembali kehalaman sebelumnya