Penyakit kuda Afrika
Penyakit kuda Afrika (bahasa Inggris: African horse sickness, disingkat AHS) adalah penyakit hewan yang sangat menular dan mematikan akibat infeksi virus penyakit kuda afrika (AHSV), virus dari genus Orbivirus dan famili Reoviridae. Penyakit ini dapat disebabkan oleh salah satu dari sembilan serotipe virus tersebut. Hewan yang dapat terinfeksi biasanya adalah kuda, bagal, dan keledai. AHS tidak menular secara langsung, tetapi disebarkan oleh vektor berupa serangga. EpidemiologiVirus AHS pertama kali tercatat di bagian selatan Gurun Sahara pada pertengahan 1600-an, seiring dengan masuknya kuda ke Afrika bagian selatan. Virus ini dianggap endemik di sekitar ekuator, serta di wilayah timur dan selatan Afrika. Beberapa wabah telah terjadi pada Equidae di seluruh Afrika dan di tempat-tempat lain[1] AHS diketahui bersifat endemik di Afrika Sub-Sahara dan telah menyebar ke Maroko, Timur Tengah, India, dan Pakistan. Belakangan, sejumlah wabah juga telah dilaporkan di Semenanjung Iberia dan Thailand. AHS tidak pernah dilaporkan di Amerika, Asia Timur, atau Australasia. Epidemiologi penyakit ini bergantung pada interaksi inang-vektor, dengan wabah penyakit yang bersifat siklik, yang bertepatan dengan tingginya jumlah vektor. Vektor terpenting untuk AHS di daerah endemik adalah Culicoides imicola, jenis lalat penggigit yang lebih menyukai kondisi hangat dan lembap. Larva lalat tersebut tidak membawa virus, dan musim dingin yang panjang dan dingin cukup untuk mematahkan epidemi di daerah nonendemis.[butuh rujukan] InangInang yang umum untuk penyakit ini adalah kuda, bagal, keledai, dan zebra. Meskipun demikian, gajah, unta, dan anjing juga dapat terinfeksi, tetapi sering kali tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit. Anjing biasanya tertular AHS akibat memakan daging kuda yang terinfeksi, meskipun sebuah penelitian pada tahun 2013 melaporkan AHS pada anjing yang diketahui tidak memakan daging kuda.[2] PenularanPenyakit ini disebarkan oleh vektor berupa serangga. Vektor biologis virus adalah spesies dalam genus Culicoides. Namun penyakit ini juga dapat ditularkan oleh spesies nyamuk antara lain Culex, Anopheles, dan Aedes, serta spesies kutu seperti Hyalomma dan Rhipicephalus. Tanda klinisKuda adalah inang yang paling rentan dengan tingkat kematian hampir 90%[3][4] dari kuda-kuda yang terinfeksi, diikuti oleh bagal (50%) dan keledai (10%). Keledai dan zebra Afrika sangat jarang menunjukkan tanda klinis, meskipun dalam darah mereka menunjukkan titer virus yang tinggi, dan mereka dianggap sebagai reservoir alami virus. AHS memanifestasikan dirinya dalam empat bentuk berbeda. Bentuk paruBentuk perakut dari penyakit ini ditandai dengan demam tinggi, depresi, dan gangguan pernapasan. Hewan yang terkena dampak klinis mengalami kesulitan bernapas, mulai mengeluarkan cairan berbusa dari lubang hidung dan mulut, serta menunjukkan tanda-tanda edema paru dalam empat hari. Kongesti paru yang serius menyebabkan gagal napas dan mengakibatkan kematian dalam waktu kurang dari 24 jam. Bentuk penyakit ini memiliki angka kematian tertinggi. Bentuk jantungBentuk jantung merupakan AHS subakut dengan masa inkubasi yang lebih lama dibandingkan dengan bentuk paru. Tanda-tanda penyakit dimulai pada hari ke-7 hingga ke-12 setelah hewan terinfeksi. Demam tinggi adalah gejala yang umum ditemukan. Penyakit ini juga bermanifestasi sebagai konjungtivitis, dengan nyeri perut dan dispnea yang progresif. Selain itu, edema juga muncul di bawah kulit kepala dan leher, yang terutama terlihat melalui pembengkakan fosa supraorbital, konjungtiva palpebra, dan ruang intermandibular. Tingkat kematian antara 50 dan 70%, dan hewan yang bertahan hidup akan pulih dalam 7 hari. Bentuk ringan atau demam penyakit kudaPenyakit dengan manifestasi ringan hingga subklinis terlihat pada zebra dan keledai Afrika. Hewan yang terinfeksi mungkin mengalami demam ringan dan kongesti selaput lendir. Tingkat kelangsungan hidup yaitu 100%. Bentuk campuranDiagnosis bentuk campuran dibuat saat nekropsi. Kuda yang terkena bentuk ini menunjukkan tanda-tanda AHS paru dan jantung. DiagnosisDiagnosis awal dibuat berdasarkan tanda klinis yang khas, jejas pascamati, dan adanya vektor yang sesuai. Konfirmasi secara laboratoris dapat dilakukan dengan metode isolasi virus, PCR kuantitatif untuk mendeteksi RNA virus, penangkapan antigen (ELISA), dan imunofluoresen pada jaringan yang terinfeksi. Uji serologis hanya berguna untuk mendeteksi hewan yang telah pulih karena hewan-hewan yang sakit akan mati sebelum mereka dapat menciptakan respons imun yang efektif. Pengobatan dan pencegahanPengobatan untuk AHS belum diketahui.[5] Pengendalian wabah di wilayah endemik melibatkan penerapan karantina, pengendalian vektor, dan vaksinasi.[6] Untuk mencegah penyakit ini, kuda yang terinfeksi biasanya disembelih dan kuda yang tidak terinfeksi akan divaksinasi untuk memberi kekebalan terhadap virus.[7] Ada tiga jenis vaksin AHS saat ini, yang meliputi vaksin polivalen, vaksin monovalen, dan vaksin nonaktif monovalen. Penyakit ini juga dapat dicegah dengan merusak habitat vektor serangga dan dengan menggunakan insektisida. SejarahPenyakit kuda Afrika didiagnosis di Spanyol pada tahun 1987–1990 dan di Portugal pada tahun 1989, tetapi berhasil diberantas dengan menggunakan kebijakan penyembelihan, pembatasan pergerakan, pemberantasan vektor, dan vaksinasi.[3] Kemungkinan infeksi dilaporkan di distrik Pak Chong di provinsi Nakhon Ratchasima di Thailand pada Maret 2020 ketika 42 kuda pacu mati karena penyakit yang tidak diketahui (akan dikonfirmasi).[8] Penyakit terkaitAHS terkait dengan penyakit lidah biru dan disebarkan oleh vektor yang sama (spesies Culicoides).[butuh rujukan] Referensi
Pranala luar
|