Masakan Gorontalo atau Masakan Hulontalo adalah tradisi memasak masyarakat Gorontalo, Sulawesi, yang diwariskan secara turun temurun, dari generasi ke generasi.
Letak Gorontalo yang strategis, di antara Laut Sulawesi dan Teluk Tomini, menjadikan wilayah Gorontalo sebagai jalur strategis pelayaran pada masa lalu. Sejarah masa lalu yang panjang inilah kemudian membentuk akar budaya yang unik dan khas di Gorontalo, termasuk hidangan kulinernya yang khas.
Seiring dengan dimekarkannya Gorontalo menjadi provinsi dan berpisah dari Sulawesi Utara, masakan Gorontalo menjadi semakin populer dan dikenal oleh masyarakat Indonesia. Kehadiran restoran maupun rumah makan khas Gorontalo mulai tumbuh di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Makassar.
Tradisi dan Ciri Khas Masakan Gorontalo
Masakan Gorontalo terkenal bervariasi menu makanan laut (seafood), cabai lokal yang pedas, dengan rempah-rempah yang ikonik.[2] Tradisi memasak dari masyarakat Gorontalo ini pun kemudian mulai berkembang dan dipengaruhi oleh budaya pendatang yang bermigrasi ke Gorontalo, yaitu budaya Arab dan Tionghoa.
Selain masakan yang ikonik, panganan kue-kue Gorontalo pun terkenal manis dan mendapat pengaruh dari budaya Eropa yang dibawa oleh Belanda.
Penghargaan Internasional
Buku resep Masakan Gorontalo diterbitkan dan dipopulerkan oleh Amanda Katili Niode dari Omar Niode Foundation. Buku resep masakan ini bertajuk "Trailing the Taste of Gorontalo" dan mendapatkan apresiasi dari penggiat kuliner nasional maupun internasional.[3]
Buku ini berisi catatan pengalaman 16 orang yang mengikuti perjalanan "Kelana Rasa Gorontalo" yang dipandu Arie Parikesit. Dalam buku ini, terdapat 24 tulisan, 57 buah foto, 9 buah resep masakan Gorontalo dan 10 testimoni dari tokoh pariwisata dan kuliner, antara lain Chef William Wongso; Alessandra Khadijah Usman, Putri Indonesia Pariwisata 2010, serta Elena Aniere dari Slow Food International.
Buku ini menjadi salah satu referensi publik yang tergerak untuk berpetualang rasa di Gorontalo.[4]
Buku resep Masakan Gorontalo "Trailing the Taste of Gorontalo" meraih penghargaan "Best in the World" dalam Gourmand World Cookbook Award di Yantai, Tiongkok tahun 2016 untuk kategori Asian Cuisine from Asian Books.[5]
Selain itu, buku resep "Trailing the Taste of Gorontalo" berkesempatan untuk tampil merepresentasikan salah satu kekayaan kuliner Indonesia di Gourmet Gallery dalam rangkaian Frankfurt Book Fair 2016, Jerman.[6]
Dabu-dabu arang, bumbu pedas yang diracik dari cabai lokal gorontalo, bawang merah, minyak kelapa asli, dan ditambah arang bara api.
Dabu-dabu iris, bumbu pedas yang dicampur dari irisan cabai lokal gorontalo, bawang merah, tomat, dan ditambah minyak kelapa asli.
Dabu-dabu Tarase, bumbu pedas yang diracik dari cabai lokal gorontalo, bawang merah, tomat, terasi yang telah ditumis terlebih dahulu kemudian diulek sampai agak halus.