Rempeyek
Rempeyek merupakan penganan tradisi adat Jawa yang berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sudah ada sejak abad ke-16 masa Kesultanan Mataram. Penganan ini juga terdokumentasi dalam Serat Centhini yang diterbitkan pada abad ke-18M.[4][5][6][7][8] PembuatanSecara umum, rempeyek terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan air hingga membentuk adonan kental, diberi bumbu (terutama garam, bawang putih) dan daun jeruk, serta diberi bahan pengisi yang khas, biasanya biji kacang tanah atau kedelai. Tepung beras berfungsi sebagai pengikat adonan. Isian rempeyek dapat berupa bahan pangan hewani berukuran kecil, seperti ikan teri, ebi, udang kecil, yutuk, jingking (kepiting kecil), atau laron. Saat ini, orang juga membuat rempeyek dari daun bayam dan kepiting.[9] Sebagai makanan pelengkap, fungsi rempeyek sama dengan kerupuk, yaitu sebagai pelengkap hidangan. Selain itu, rempeyek juga kerap di sajikan ketika orang Jawa melangsungkan upacara adat. Seperti saat selametan bayi, selametan khitanan, selametan pernikahan bahkan selametan untuk orang yang sudah meninggal.[10] Rempeyek mudah ditemukan di warung makan, pasar, ataupun di pasar swalayan. Makanan ini juga sangat mudah ditemukan karena banyaknya masyarakat yang gemar mengkonsumsinya. Di pedesaan, biasanya disajikan dalam acara pernikahan atau pelayatan. EtimologiKata Rempeyek atau yang biasa disebut peyek saja (dari bahasa Jawa: ꦉꦩ꧀ꦥꦺꦪꦺꦏ꧀, translit. Rêmpèyèk[11], dari "rêmpah" dan "jiyèk"), yang berarti makanan berbentuk "gépéng" dan "lébar" dengan tambahan rempah-rempah. SejarahRempeyek sudah dikenal di Daerah Istimewa Yogyakarta sejak abad ke-16 masehi, era kesultanan Mataram. Bermula dari perjalanan Ki Ageng Pamanahan bersama dengan rombongan untuk melakukan Bedhol Desa yang diperintahkan oleh Sultan Hadiwijaya. Kala itu rombongan harus menempuh jarak dari wilayah Surakarta menuju Alas Mentaok. Di ujung perjalanannya rombongan dijemput oleh Ki Gede Karanglo, saat itu rombongan bertemu di pinggir Kali Opak. Mereka pun beristirahat setelah melakukan perjalanan jauh dan kemudian meneruskan perjalanan menuju kediaman Ki Gede Karanglo. Mereka dipersilahkan untuk beristirahat dan disajikan makanan. Saat itu menu yang disajikan adalah nasi putih, sayur pecel, peyek, dan sayur kenikir. Untuk pertama kalinya, rempeyek dianggap sebagai makanan yang mudah untuk dibuat dan memberikan rasa asin di tengah-tengah makanan hambar seperti nasi dan sayur saja. Saat itulah rempeyek mulai dikenal.[12] Galeri
Lihat pulaReferensi
Pranala luarMedia tentang Rempeyek di Wikimedia Commons |