Bakpao
Bakpao (Hanzi: 肉包, hokkian: dialek xiamen bah pau, hanyu pinyin: roubao) adalah makanan tradisional Tionghoa. Panganan ini di Indonesia dikenal sebagai Bakpao yang merupakan serapan dari bahasa Hokkian yang dituturkan oleh mayoritas orang Tionghoa di Indonesia. Pao yang berarti bungkusan dan bak artinya daging, sehingga bakpao berarti bungkusan (berisi) daging.[1][2] Bakpao umumnya berisi daging babi karena orang Tionghoa kebanyakan memang mengkonsumsi daging babi. Akan tetapi sebenarnya arti bak itu bukanlah daging babi, melainkan daging. Sebutan dari daging babiadalah tie bak, tetapi bakpau babi tidak dikenal dengan nama Tie Bakpao. Sebaliknya, bakpao yang berisi daging ayam dinamakan Koi Pao (Hokkian) atau kehpao (Hakka). Kalau daging sapi sebutannya adalah Gu Bakpao (Gu = Sapi). Bakpao dalam bahasa Hakka / Khek yaitu nyukppao / yugppao yang mempunyai arti yang sama yaitu daging berbungkus. Di wilayah Sulawesi Utara, bakpao disebut biapong, dan sering dijadikan sebagai makanan pendamping saat minum kopi.[3] IsianBakpao sendiri berarti harfiah adalah baozi yang berisi daging. Pada awalnya daging yang paling lazim digunakan adalah daging babi. Baozi sendiri dapat diisi dengan bahan lainnya seperti daging ayam, sayur-sayuran, serikaya manis, selai kacang kedelai, selai kacang merah, selai kacang hijau, selai kacang hitam, dan sebagainya, sesuai selera. Kulit bakpao dibuat dari adonan tepung terigu diberi ragi untuk mengembangkan adonan. Setelah diberikan isian, adonan dibiarkan sampai mengembang lalu dikukus sampai matang. Untuk membedakan isi bakpao, tanpa daging (vegetarian) biasanya di atas bakpao diberi titikan warna, demikian juga dengan isian yang lain diberi tanda warna yang berbeda-beda. SejarahBakpao diciptakan oleh tentara Tionghoa yang bernama Zhuge Liang.[4] Pasukan Zhuge Liang mengirimkan kereta makanan kepada pasukan Meng Huo (musuh pasukan Zhuge Liang), namun kereta makanan tersebut berisikan mesiu. Hal tersebut membuat Meng Huo murka sehingga Meng Huo merubah jalur perjalanan yang dilalui Zhuge menjadi aliran sungai yang deras berkat kekuatan sihirnya. Untuk dapat melalui sungai yang deras tersebut maka syaratnya adalah Zhuge harus mengorbankan 50 kepala pasukannya untuk dijadikan tumbal yang kemudian akan dialirkan di sungai tersebut. Namun Zhuge tidak ingin pasukannya menjadi tumbal sehingga ia menyuruh pasukannya untuk berburu hewan. Hewan tersebut kemudian dijadikan tumbal. Daging hewan dibungkus dengan adonan tepung dan dibuat menyerupai kepala manusia lalu adonan daging hewan tersebut dialirkan ke sungai.[5] Referensi
|