Gunung Talamau
Gunung Talamau adalah gunung tertinggi di Sumatera Barat yang terletak di Kabupaten Pasaman Barat, berdampingan dengan Gunung Pasaman. Gunung ini memiliki ketinggian 2,920 meter dan termasuk dalam tipe gunung api tidak aktif. Di bawah puncak gunung pada ketinggian sekitar 2.750 m, terdapat 13 telaga. Nama-nama telaga diambil berdasarkan beberapa cerita legenda yang diyakini oleh penduduk disekitar Gunung Talamau.
Gunung Talamau juga memiliki air terjun dengan ketinggian lebih dari 100 meter, bernama Air Terjun Puti Lenggo Geni.Gunung Talamau memiliki 3 Puncak yaitu Puncak Trimarta (Puncak utama /Tertinggi), Puncak Rajawali dan Puncak Rajo Dewa Sejarah dan Fakta UnikGunung Talamau[3] tercatat sebagai geosite-nya kawasan geopark di Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat. Gunung ini telah banyak dikunjungi oleh wisatawan terutama para pencinta alam dan pendakian gunung. Berbeda dari gunung lain yang ada di Sumatera Barat, Talamau memiliki pesona alam yang indah berupa tiga belas telaga di atas puncaknya. Ketiga belas telaga ini menyimpan berbagai kisah-kisah mistis yang hingga sekarang masih hidup di masyarakatnya. Konon katanya, dari tiga belas telaga yang ada, hanya 9 telaga yang dapat dijumpai oleh para pendaki. Empat telaga lainnya sulit sekali untuk bisa dilihat secara langsung oleh para pendaki. Selain memiliki kisah mistis, Gunung Talamau juga memiliki air terjun yang indah, yang dikenal dengan nama air terjun Putri Lenggogeni. Air terjun ini yang menjadi magnet tersendiri bagi para pencinta alam dan pendaki gunung. Di balik keindahan alamnya, gunung Talamau masih menyimpan berbagai kisah yang masih belum terungkap. Catatan sejarah periode kolonial menyebutkan Gunung Talamau sebagai Gunung Ophir dengan puncak tertinggi bernama Tella Maau atau Talakmau. Newman van Padang (1940) menyebutkan bahwa gunung ini memiliki satu tubuh namun memiliki tiga puncak yang kemudian dikenal sekarang dengan nama Gunung Talamau sebagai puncak tertinggi, berikutnya Gunung Pasaman dan terakhir adalah Gunung Malintang. Yang menarik adalah nama Ophir itu sendiri berasal dari bahasa Ibrani, Ofir, yang berarti berarti “daerah yang kaya akan emas”. Penamaan ini diawali dari kisah yang tertulis di kitab perjanjian lama yang menyebutkan tentang negeri asal dari berkilo-kilo emas yang diterima oleh Raja Salomo (Sulaiman), dari Hiram, Raja Tirus. Dikisahkan negeri tempat emas tersebut berasal adalah negeri yang diberkati Tuhan dengan kekayaan emas dan tanah yang subur. Kisah ini meluncur di antara para banyak petualang dan ilmuan Eropa. Mereka berlomba-lomba mencari daerah ‘Ophir’ yang dimaksud. Keane (1901) mencatat bahwa beberapa dari mereka mengklaim telah menemukan daerah Ophir dengan wilayah yang berbeda-beda, mulai dari klaim Ophir berada di India, di Semenanjung Malaya, di Tanah Arab, di Haiti, di Malaka, hingga di Gunung Talamau di Pasaman Barat, Sumatera Barat. Dilansir dari surat kabar De Indische Courant tertanggal 20 December 1834 disebutkan selain memiliki emas, di daerah Ophir juga ditemukan binatang kera dan gajah. Pernyataan ini memperkuat dugaan Van der Sleen, salah seorang pelaut yang juga geolog, bahwa ‘Ophir’ yang dimaksud dalam kitab perjanjian lama berada di Pulau Sumatra, Hindia Belanda. Berita ini juga terdapat pada surat kabar Sumatra-Courant: Nieuws en advertentieblad edisi 14 April 1869 yang mengatakan bahwa emas yang dimiliki oleh Raja Sulaiman berasal dari Sumatra, tepatnya di wilayah Pasaman Barat atau Gunung Talamau dikenal sekarang ini. Selanjutnya Gunung Talamau tersebut di sebut pada masa itu sebagai Goenoeng Ophir. Namun, apakah benar daerah ‘Ophir’ yang dicari merupakan gunung Talamau yang berada di Sumatera Barat hingga kini masih belum dapat dipastikan. Setiap orang yang mengklaim menemukan daerah ‘Ophir’ pada masa lampau memiliki pendapat masing-masing sesuai dengan apa yang mereka temukan, termasuk orang-orang Eropa yang meyakini bahwa daerah Ophir tersebut berada di Sumatera Barat. Letusan dan Erupsi[3] Website MAGMA Indonesia yang dikelola oleh Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral telah mentapkan bahwa Gunung Talamau adalah gunung vulkanik dengan aktivitas tipe B. Gunung dengan aktivitas tipe B adalah gunung yang telah ratusan tahun tidak terdekteksi aktivitas vulkanis namun masih terdapat potensi erupsi. Dari catatan sejarah ditemukan bahwa Gunung Talamau pernah meletus pada tahun 1869. Letusan tersebut terjadi pada siang hari tanggal 31 Oktober 1869 dengan diikuti suara gemuruh yang kencang dari dalam tanah. Di sore hari gunung mengeluarkan abu vulkanis disertai lava yang berlangsung hingga esok paginya. Berdasarkan surat kabar Sumatra-courant: nieuws en advertentieblad edisi 20 November 1869 dan De Locomotif edisi 13 Desember 1869, abu dari letusan Gunung Talamau menutupi seluruh wilayah yang ada di sekitar hingga mengakibatkan 368 ekor kerbau mati. Namun sayangnya, tidak diketahui jumlah korban jiwa maupun rumah yang rusak akibat letusan ini. Setelah letusan dasyat tersebut, belum ditemukan lagi catatan kolonial tentang aktifitas dengan intensitas tinggi di Gunung Talamau, demikian juga catatan dari periode pemerintahan berikutnya. Gunung ini seolah beristirahat dalam kurun waktu yang lama. Aktifitasnya mulai menjadi perhatian kembali setelah gempa tektonik terjadi tanggal 25 Februari 2022 yang menelan korban jiwa dan dan ratusan rumah. Rujukan
Pranala luar
|