Gunung Sinabung
Gunung Sinabung (bahasa Batak Karo: Deleng Sinabung) adalah gunung api di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Sinabung bersama Gunung Sibayak di dekatnya adalah dua gunung berapi aktif di Sumatera Utara dan menjadi puncak tertinggi ke 2 di provinsi Sumatera Utara setelah Gunung Sibuatan. Ketinggian gunung ini adalah 2.451 meter.[1] Gunung ini tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1600.[2] Letusan terakhirnya diperkirakan sekitar tahun 800. Tetapi beberapa tahun silam, Gunung Sinabung mendadak aktif kembali dengan meletus pada tanggal 27 Agustus 2010. LetusanLetusan tahun 2010Agustus 2010Pada 27 Agustus 2010, gunung ini mengeluarkan asap dan abu vulkanik.[3] Pada tanggal 29 Agustus 2010 dini hari sekitar pukul 00.15 WIB (28 Agustus 2010, 17.15 UTC), gunung Sinabung mengeluarkan lava.[4][5][6] Status gunung ini dinaikkan menjadi Awas.[3] Dua belas ribu warga disekitarnya dievakuasi dan ditampung di 8 lokasi.[7][8] Abu Gunung Sinabung cenderung meluncur dari arah barat daya menuju timur laut.[9] Sebagian Kota Medan juga terselimuti abu dari Gunung Sinabung.[9] Bandar Udara Polonia di Kota Medan dilaporkan tidak mengalami gangguan perjalanan udara.[10] Satu orang dilaporkan meninggal dunia karena gangguan pernapasan ketika mengungsi dari rumahnya.[11] September 2010Pada tanggal 3 September, terjadi 2 letusan. Letusan pertama terjadi sekitar pukul 04.45 WIB sedangkan letusan kedua terjadi sekitar pukul 18.00 WIB. Letusan pertama menyemburkan debu vuklkanis setinggi 3 kilometer.[12] Letuasn kedua terjadi bersamaan dengan gempa bumi vulkanis yang dapat terasa hingga 25 kilometer di sekitar gunung ini.[13] Pada tanggal 7 September, Gunung Sinabung kembali metelus. Ini merupakan letusan terbesar sejak gunung ini menjadi aktif pada tanggal 29 Agustus 2010. Suara letusan ini terdengar sampai jarak 8 kilometer. Debu vulkanis ini tersembur hingga 5.000 meter di udara.[14] Letusan 2013—20162013Pada tahun 2013, Gunung Sinabung meletus kembali, sampai 18 September 2013, telah terjadi 4 kali letusan. Letusan pertama terjadi ada tanggal 15 September 2013 dini hari, kemudian terjadi kembali pada sore harinya. Pada 17 September 2013, terjadi 2 letusan pada siang dan sore hari.[15] Letusan ini melepaskan awan panas dan abu vulkanik.[16][16][17] Tidak ada tanda-tanda sebelumnya akan peningkatan aktivitas sehingga tidak ada peringatan dini sebelumnya. Hujan abu mencapai kawasan Sibolangit dan Berastagi. Tidak ada korban jiwa dilaporkan, tetapi ribuan warga pemukiman sekitar terpaksa mengungsi ke kawasan aman. Akibat peristiwa ini, status Gunung Sinabung dinaikkan ke Level III menjadi Siaga. Setelah aktivitas cukup tinggi selama beberapa hari, pada tanggal 29 September 2013 status diturunkan menjadi Level II, Waspada. Namun demikian, aktivitas tidak berhenti dan kondisinya fluktuatif. Memasuki bulan November, terjadi peningkatan aktivitas dengan letusan-letusan yang semakin menguat, sehingga pada tanggal 3 November 2013 pukul 03.00 status dinaikkan kembali menjadi Siaga.[18] Pengungsian penduduk di desa-desa sekitar berjarak 5 km dilakukan. Letusan-letusan terjadi berkali-kali setelah itu, disertai luncuran awan panas sampai 1,5 km. Pada tanggal 20 November 2013 terjadi enam kali letusan sejak dini hari. Erupsi (letusan) terjadi lagi empat kali pada tanggal 23 November 2013 semenjak sore, dilanjutkan pada hari berikutnya, sebanyak lima kali.[18] Terbentuk kolom abu setinggi 8000 m di atas puncak gunung. Akibat rangkaian letusan ini, Kota Medan yang berjarak 80 km di sebelah timur terkena hujan abu vulkanik.[19] Pada tanggal 24 November 2013 pukul 10.00 status Gunung Sinabung dinaikkan ke level tertinggi, Level IV (Awas).[18] Penduduk dari 21 desa dan 2 dusun harus diungsikan. 2014Status Level IV (Awas) ini terus bertahan hingga memasuki tahun baru 2014. Guguran lava pijar dan semburan awan panas masih terus terjadi sampai 3 Januari 2014.[20] Mulai tanggal 4 Januari 2014 terjadi rentetan kegempaan, letusan, dan luncuran awan panas terus-menerus sampai hari berikutnya. Hal ini memaksa tambahan warga untuk mengungsi, hingga melebihi 20 ribu orang.[21] Setelah kondisi ini bertahan terus, pada minggu terakhir Januari 2014 kondisi Gunung Sinabung mulai stabil dan direncanakan pengungsi yang berasal dari luar radius bahaya (5 km) dapat dipulangkan.[22] Namun demikian, sehari kemudian 14 orang ditemukan tewas dan 3 orang luka-luka terkena luncuran awan panas ketika sedang mendatangi Desa Suka Meriah, Kecamatan Payung[23] yang berada dalam zona bahaya I. Letusan 2016Pada tanggal 21 Mei 2016 pukul 16:48 WIB, Gunung Sinabung kembali meletus dengan mengeluarkan awan panas guguran setinggi 4.5 kilometer. Awan panas ini menyelimuti Desa Gamber, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Akibatnya 7 orang meninggal dunia, dan 2 lainnya mengalami luka bakar. Para korban diketahui tengah berada di zona merah di kawasan Desa Gamber yang beradius 4 Km dari Gunung Sinabung.[24] Sampai dengan 22 Mei 2016, telah terjadi 4 kali letusan. Menurut petugas pos gunung Sinabung, luncuran awan panas akibat erupsi pertama kali terjadi sekira pukul 14.30 WIB.[25] Letusan 2018Februari 2018Pada tanggal 19 Februari 2018 pukul 08:53 WIB, Gunung Sinabung kembali meletus dengan mengeluarkan abu dan awan panas yang menyelimuti bangunan di sekitarnya. Dengan selamat tidak ada korban jiwa atau luka parah.[26] April 20186 April 2018 pukul 17:30 WIB, terjadinya gempa pada Gunung Sinabung dengan memuntahkan awan panas di area gunung. Selamatnya, tak ada korban jiwa dan luka parah.[27] Letusan 2019Gunung Sinabung kembali erupsi pada tanggal 9 Juni 2019 pukul 16.28 WIB. Saat itu, kolom abu setinggi 7 kilometer ke langit teramati berwarna hitam dengan intensitas tebal dan bergerak ke arah selatan,[28][29] dan awan panas yang disertai suara gemuruh ke arah tenggara 3,5 km dan selatan 3 km.[30] Status Gunung Sinabung kemudian diturunkan ke Level III (siaga).[31] Letusan 2020Agustus 2020Pada tanggal 10 Agustus 2020, Gunung Sinabung erupsi sebanyak dua kali, yaitu pada pukul 10:16 WIB dengan kolom abu setinggi 5 kilometer[32] ke langit dan pada pukul 11:17 WIB dengan kolom abu setinggi 2 kilometer ke langit dengan intensitas tebal ke arah timur dan tenggara.[33] November 2020Pada tanggal 2 November 2020 pukul 23:58 WIB, Gunung Sinabung kembali erupsi dengan kolom abu setinggi 1.5 kilometer teramati bergerak ke arah timur.[34] Tiga kecamatan (Kecamatan Berastagi, Kecamatan Merdeka, dan Kecamatan Dolat Rakyat) di Kabupaten Karo terdampak dengan adanya erupsi ini, tetapi tidak ada rumah yang rusak yang dilaporkan.[35] Letusan 2021Januari 2021Pada tanggal 3 Januari 2021 pukul 09:34 WIB, Gunung Sinabung meletus dengan kolom abu setinggi 500 meter ke langit. Data dari PVMBG melihat kolom tersebut tertiup angin ke arah barat laut. Sebagai tanggapan, warga dan wisatawan yang tinggal di dalam radius 3 hingga 5 kilometer gunung diminta untuk tidak melakukan aktivitas luar ruangan.[36] Maret 2021
Gunung Sinabung kembali erupsi pada Selasa 02 Maret 2021. Erupsi terjadi dari pukul 06.42 hingga 08.20 WIB. Tinggi kolom abu lebih dari 5.000 meter, angin lemah ke arah barat-barat daya. Selain itu material awan panas mencapai Sungai Lau Borus di sektor tenggara timur. Saat ini status Gunung Sinabung masih berada pada level III atau Siaga. Masyarakat diingatkan agar menjauhi zona merah Gunung Sinabung. Pos gunung sinabung meminta masyarakat agar tidak melakukan aktivitas pada desa-desa yang sudah direlokasi, serta lokasi di dalam radius radial 3 km dari puncak Gunung Sinabung serta radius sektoral 5 km untuk sektor selatan-timur, dan 4 km untuk sektor timur-utara. Masyarakat yang berada dan bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar tetap waspada terhadap bahaya lahar[37]. Budaya populerGunung Sinabung ditampilkan dalam film dokumenter Into the Inferno (2016) yang disutradarai oleh Werner Herzog. Galeri
Referensi
Pranala luar
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Gunung Sinabung. |