Gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004
Gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004 atau lebih dikenal sebagai (Gempa bumi dan tsunami Aceh) adalah peristiwa gempa bumi berskala besar yang terjadi pada pukul 07:58:53 WIB hari Minggu, 26 Desember 2004. Pusat gempa terletak di lepas pantai barat Sumatra, Indonesia.[13] Guncangan gempa bumi tersebut berskala 9.1–9.3 dalam Skala kekuatan magnitudo dan IX (Hebat) dalam Skala intensitas Mercalli. Bencana gempa bumi dan tsunami ini menewaskan sekitar 227.898 jiwa pada 14 negara; Indonesia, Sri Lanka, India, Thailand, Somalia, dan Maladewa adalah negara yang paling parah terkena dampaknya.[14] Banda Aceh melaporkan jumlah korban jiwa terbanyak. Bencana ini dianggap sebagai bencana alam paling mematikan pada abad ke-21, dan bencana terburuk sepanjang sejarah Indonesia, Sri Lanka, dan Thailand. Tingginya angka kematian disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan kesigapan masyarakat terhadap fenomena alam tersebut, sehingga banyak korban yang berjatuhan akibat peristiwa ini.[15] Gempa ini merupakan gempa bumi terkuat yang pernah tercatat di Asia, dan gempa bumi terkuat ketiga yang pernah tercatat sepanjang sejarah modern, setelah Gempa bumi Valdivia 1960 dan Gempa bumi Alaska 1964. Gempa ini merupakan patahan terpanjang, dengan panjang antara 1.200 km hingga 1.300 km (720 mil hingga 780 mil), dan memiliki durasi guncangan terlama yang pernah diamati, setidaknya 10 menit.[16] Gempa ini menyebabkan seluruh planet Bumi bergetar 1 sentimeter (0,4 inci)[17] dan memicu aktivitas gempa di berbagai wilayah, termasuk Alaska.[18] Episentrumnya terletak antara Pulau Simeulue dan Sumatra.[19] Penderitaan masyarakat dan negara terdampak mendorong berbagai negara untuk memberi bantuan kemanusiaan. Total kerugian finansial akibat bencana ini mencapai USD$14 miliar atau sekitar Rp 51,4 triliun, sehingga membutuhkan waktu lebih dari 5 tahun untuk pemulihan seperti kondisi sebelum bencana.[20] Peristiwa ini dikenal di kalangan peneliti sebagai Gempa bumi Sumatra–Andaman.[21][22] Tsunami yang terjadi sesudahnya mendapat berbagai julukan, termasuk Tsunami Samudra Hindia 2004, Tsunami Asia Selatan, Tsunami Aceh, Tsunami Indonesia, Tsunami Natal, dan Tsunami Hari Boxing. Gempa bumiGempa ini awalnya tercatat berkekuatan Mw 8,8. Pada bulan Februari 2005, para ilmuwan merevisi perkiraan kekuatannya menjadi 9,0.[23] Meskipun Pusat Peringatan Tsunami Pasifik menerima revisi tersebut, United States Geological Survey masih bertahan dengan angka 9,1. Sebagian besar penelitian tahun 2006 mencantumkan kekuatan Mw 9.1–9.3. Dr. Hiroo Kanamori dari Institut Teknologi California yakin bahwa Mw 9,2 adalah angka yang cocok untuk gempa sebesar ini.[24] Berdasarkan lokasi pusat gempa bumi dan kedalamannya, episentrum gempa terjadi di Barat-daya Kota Banda Aceh, berasosiasi dengan aktivitas penunjaman Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Burma. Hiposentrum gempa utamanya terletak di lepas pantai Samudra Hindia, 160 km (100 mi) di sebelah utara pulau Simeulue, lepas pantai barat Sumatera Utara, pada kedalaman 30 km (19 mi) di bawah permukaan laut (awalnya dilaporkan 10 km (6,2 mi)). Bagian utara megathrust Sunda patah sepanjang 1.300 km (810 mi).[19] Gempanya (diikuti tsunami) secara bersamaan mengguncang Bangladesh, India, Malaysia, Myanmar, Thailand, Singapura, dan Maladewa.[25] Patahan splay atau "patahan muncul" sekunder menyebabkan sebagian dasar laut yang panjang dan sempit naik dalam hitungan detik. Peristiwa tersebut segera menambah ketinggian dan kecepatan gelombang, sehingga terjadi kehancuran total di Kota Banda Aceh, Indonesia.[26] IntensitasGetaran gempa dirasakan begitu luas sepanjang 1.300 km, dan berlangsung selama 10 menit lamanya. Gempa besar ini dirasakan MMI IX (Hebat) di Banda Aceh dimana bangunan mengalami Kerusakan berat dan terjadinya Pencairan tanah di sebagian wilayah Banda Aceh. Lalu MMI VIII (Parah) di Meulaboh, MMI VII (Sangat kuat) di Sinabang dan MMI VI (Kuat) di Bireun, dan Lhokseumawe, lalu MMI V (Sedang) di Medan, Sumatera Utara, serta MMI IV (Ringan) di Pekanbaru, Padang, dan dirasakan hingga sejauh Bangladesh, India, Malaysia, Thailand. Latar belakangIndonesia terletak di sepanjang Cincin Api Pasifik, rentan terhadap bencana gempa bumi, tsunami dan letusan gunung berapi. Karena lokasi gempa ini terletak di Palung Sunda, batas dorongan tektonik antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Burma menunjam kebawah Indonesia. Gempa M9.1 di lepas pantai barat Sumatra, terjadi akibat patahan dorong pada antarmuka lempeng India dan lempeng Burma. Dalam waktu beberapa menit, patahan tersebut melepaskan regangan elastis yang telah terakumulasi selama berabad-abad akibat subduksi lempeng India ke bawah lempeng Burma dengan kecepatan sekitar 60 mm/tahun di wilayah terjadinya gempa.
Peristiwa ini merupakan gempa bumi terbesar ketiga di dunia sejak 1900. Sejak 1900, gempa bumi yang berukuran sama atau lebih besar dari gempa Sumatra 26 Desember 2004, adalah gempa M 9.0 tahun 1952 di Kamchatka, Rusia, lalu Gempa bumi M 9.5 tahun 1960 di Chile, dan Gempa bumi M 9.2 tahun 1964 di Prince William Sound, Alaska. Semua gempa bumi ini, seperti gempa tanggal 26 Desember, merupakan peristiwa gempa bumi berdorongan besar, yang terjadi ketika satu lempeng tektonik menunjam ke bawah lempeng lainnya. Semuanya menghasilkan tsunami yang merusak, meskipun korban jiwa akibat tsunami 26 Desember, 2004, jauh lebih tinggi dibandingkan gempa bumi sebelumnya. Lempeng tektonikGempa bumi megathrust tidak biasanya besar dari segi geografi dan geologi. Permukaan patahan seluas 1.600 kilometer (1.000 mi) bergeser (atau retak) sekitar 15 meter (50 ft) di sepanjang zona subduksi tempat Lempeng Hindia meluncur (atau bersubduksi) di bawah Lempeng Burma. Pergeseran ini tidak terjadi secara instan, melainkan dalam dua tahap selama beberapa menit:
Lempeng Hindia adalah bagian dari Lempeng Indo-Australia yang lebih besar. Lempeng Indo-Australia berada di dasar Samudra Hindia dan Teluk Benggala. Lempeng Hindia bergerak ke timur laut dengan kecepatan rata-rata 6 sentimeter per tahun (2,4 inci per tahun). Lempeng Hindia bertemu Lempeng Burma (dianggap bagian dari Lempeng Eurasia) di Palung Sunda. Di sini, Lempeng Hindia bergerak ke bawah Lempeng Burma yang menopang Kepulauan Nicobar, Kepulauan Andaman, dan Sumatra bagian utara. Lempeng Hindia bergerak jauh ke dalam Lempeng Burma sampai peningkatan suhu dan tekanan di sana memaksa bahan volatil keluar dari lempeng subduksi. Bahan volatil tersebut naik ke lempeng di atasnya dan mengakibatkan pelelehan parsial dan pembentukan magma. Magma yang naik masuk ke kerak di atasnya dan keluar dari kerak Bumi melalui gunung api dalam bentuk busur vulkanik. Aktivitas vulkanik yang terjadi ketika Lempeng Indo-Australia bersubduksi ke Lempeng Eurasia menghasilkan Busur Sunda. Selain pergerakan antarlempeng, dasar laut juga diperkirakan naik beberapa meter. Kenaikan ini memindahkan air laut sebanyak 30 kilometer kubik (7,2 cu mi) dan menciptakan gelombang tsunami mematikan. Gelombang tersebut bukan berasal dari titik sumber sebagaimana yang ditampilkan di beberapa ilustrasi jalur tsunami. Gelombang tersebut menyebar ke luar mengikuti retakan sepanjang 1.600-kilometer (1.000 mi) (garis sumber). Peristiwa ini menambah luas wilayah geografis yang ditargetkan gelombang sampai Meksiko, Chili, dan Arktik. Kenaikan dasar laut mengurangi kapasitas Samudra Hindia dalam jumlah besar dan mengakibatkan kenaikan permukaan laut global secara permanen setinggi 01 milimeter (0,04 in).[29] Gempa susulanBeberapa gempa susulan dilaporkan terjadi di lepas pantai Kepulauan Andaman, Kepulauan Nicobar, dan kawasan episentrum aslinya beberapa jam dan hari setelah bencana. Gempa bumi Sumatra 2005 berkekuatan 8,6 yang terjadi di lepas pulau Nias tidak dianggap sebagai gempa susulan meski letaknya dekat dengan episentrum. Gempa tersebut diperkirakan terjadi akibat perubahan tekanan yang berhubungan dengan gempa 2004.[30] Gempa 2004 begitu besar sampai-sampai bisa menghasilkan gempa susulannya sendiri (beberapa di antaranya sampai berkekuatan 6,1) dan saat ini merupakan gempa bumi terbesar ke-7 sejak 1900. Gempa susulan lainnya sampai berkekuatan 6,6 terus mengguncang kawasan ini setiap hari selama tiga atau empat bulan.[31] Selain gempa susulan, energi yang dilepaskan oleh gempa pertama masih terasa setelah bencana. Seminggu setelah gempa bumi, getarannya masih bisa diukur dan memberikan data ilmiah yang berharga tentang lapisan dalam Bumi. Gempa bumi Samudra Hindia 2004 terjadi tiga hari setelah gempa berkekuatan 8,1 di wilayah tak berpenghuni Antartika di sebelah barat Kepulauan Auckland, Selandia Baru, dan di sebelah utara Pulau Macquarie, Australia. Ini tidak lazim karena gempa berkekuatan 8 atau lebih rata-rata terjadi sekali setahun.[32] Sejumlah seismolog memperkirakan adanya hubungan antara dua gempa ini. Gempa pertama diduga merupakan katalis gempa Samudra Hindia karena kedua gempa terjadi di sisi Lempeng Indo-Australia yang berseberangan. Akan tetapi, U.S. Geological Survey tidak melihat bukti hubungan sebab akibat dalam insiden ini. Kebetulan gempa ini terjadi pas satu tahun (pukul kejadiannya juga sama) setelah gempa bumi berkekuatan 6,6 menewaskan sekitar 30.000 orang dan menghancurkan situs arkeologi Citadel Arg-é Bam di kota Bam, Iran pada tanggal 26 Desember 2003.[33] Beberapa ilmuwan membenarkan bahwa gempa bumi Desember telah mengaktifkan Gunung Leuser di Aceh, gunung api yang terletak di rangkaian pegunungan yang sama seperti Gunung Talang. Gempa bumi Sumatra 2005 membangkitkan aktivitas di Danau Toba, kawah gunung api kuno di Sumatera Utara.[34] Para ahli geologi mengatakan bahwa letusan Gunung Talang bulan April 2005 ada hubungannya dengan gempa bumi Desember 2004.[35] Energi yang dilepaskanEnergi yang dilepaskan di permukaan Bumi (ME, artinya potensi kerusakan seismik) oleh gempa dan tsunami Samudra Hindia 2004 diperkirakan sebesar 1,1×1017 joule,[36] atau 26 megaton TNT. Energi ini setara dengan 1.500 bom atom Hiroshima, tetapi sedikit lebih kecil daripada Tsar Bomba, senjata nuklir terbesar yang pernah diledakkan. Meski begitu, total tenaga yang dihasilkan (MW, artinya energi) oleh gempa ini adalah 4,0×1022 joule (4,0×1029 erg),[37] sebagian besar di bawah tanah. Jumlah ini 360.000 kali lebih besar daripada ME, setara dengan 9.600 gigaton ekuivalen TNT (550 juta lebih besar daripada Hiroshima) atau 370 tahun pemakaian energi di Amerika Serikat tahun 2005 (sebesar 1.08×1020 J). Satu-satunya gempa yang tercatat dengan MW lebih besar adalah gempa bumi Chili 1960 dan Alaska 1964 yang masing-masing berkekuatan 2.5×1023 joule (250 ZJ) dan 7.5×1022 joule (75 ZJ).[38] Gempa bumi ini menciptakan osilasi seismik permukaan Bumi setinggi 20–30 cm (8–12 in), setara dengan dampak gaya tarik pasang oleh Matahari dan Bulan. Gelombang kejutnya terasa di seluruh permukaan Bumi. Di negara bagian Oklahoma, Amerika Serikat, tercatat gerakan vertikal setinggi 3 mm (0,12 in). Pada Februari 2005, pengaurh gempanya masih terasa dalam bentuk osilasi harmonis kompleks permukaan Bumi dengan tinggi 20 μm (0,02 mm; 0,0008 in). Osilasi harmonis ini perlahan menghilang dan bergabung dengan osilasi bebas Bumi selama lebih dari 4 bulan pasca gempa terjadi.[39] Karena energi yang dilepaskan sangat besar dan kedalaman retakan yang dangkal, gempa ini menghasilkan gerakan tanah seismik besar di seluruh dunia. Salah satu akibat utamanya adalah gelombang elastis Rayleigh (permukaan) raksasa yang melewati amplitudo vertikal 1 cm (0,4 in) di seluruh permukaan Bumi. Grafik rekaman di bawah memperllihatkan perpindahan vertikal permukaan Bumi yang direkam seismoeter dari IRIS/USGS Global Seismographic Network sesuai waktu (sejak awal gempa) di poros horizontal, dan perpindahan vertikal Bumi di poros vertikal (lihat patokan skala 1 cm di bawah untuk memperbandingkan). Seismogram disusun secara vertikal berdsarkan jarak dari episentrum dalam hitungan derajat. Sinyal pertama yang amplitudonya paling rendah adalah sinyal gelombang kompresional (P) yang membutuhkan sekitar 22 menit untuk mencapai sisi planet yang lain (antipode) di dekat Ekuador. Sinyal amplitudo terbesar adalah gelombang permukaan seismik yang mencapai antipode setelah sekitar 100 menit. Gelombang permukaan tampak menguat di dekat antipode (stasiun seismik terdekat berada di Ekuador) dan mengitari planet untuk kembali ke episentrumnya setelah 200 menit. Gempa susulan besar (kekuatan 7,1) tercatat di stasiun terdekat pas setelah markah 200 menit. Gempa susulan ini bisa digolongkan sebagai gempa besar jika sebelumnya tidak ada gempa, namun untuk kali ini sudah terlampaui oleh gempa pertama. Perpindahan massa dan pelepasan energi yang masif sedikit mengubah rotasi Bumi. Jumlah pastinya belum diketahui, namun model teoretis menunjukkan bahwa gempa ini memeperpendek durasi satu hari selama 2,68 mikrodetik dikarenakan berkurangnya kepepatan Bumi.[40] Gempa ini juga mengakibatkan Bumi "berguncang" sebentar di porosnya setinggi 25 cm (9,8 in)* ke arah bujur timur 145°[41] atau mungkin 5 atau 6 cm (2,0 atau 2,4 in).[42] Tetapi karena efek pasang Bulan, durasi satu hari bertambah rata-rata 15 µs per tahun, jadi perubahan rotasi apapun akibat gempa akan hilang dengan cepat. Goyangan Chandler alamiah yang dialami Bumi yang biasanya mencapai 15 m (50 ft) pada akhirnya akan membatalkan guncangan minor yang diakibatkan gempa. Selain itu, ada perpindahan sejauh 10 m (33 ft) secara lateral dan 4–5 m (13–16 ft) secara vertikal di sepanjang garis patahan. Dugaan awal adalah sejumlah pulau kecil di sebelah barat daya Sumatra yang berada di Lempeng Burma (wilayah selatan berada di Lempeng Sunda) bisa jadi pindah ke barat daya sejauh 36 m (120 ft), namun data lebih akurat yang dirilis sebulan setelah gempa menunjukkan bahwa perpindahannya sejauh 20 cm (8 in).[43] Karena perpindahannya bersifat vertikal dan lateral, beberapa daerah pantai sudah pindah ke bawah permukaan laut. Kepulauan Andaman dan Nicobar tampaknya pindah ke barat daya sejauh 125 m (410 ft 1 in) dan tenggelam setinggi 1 m (3 ft 3 in).[44] Pada bulan Februari 2005, kapal Angkatan Laut Kerajaan HMS Scott menyurvei dasar laut di sekitar zona gempa bumi yang kedalamannya berkisar antara 1.000 dan 5.000 m (550 dan 2.730 fathom; 3.300 dan 16.400 ft). Survei yang dilakukan menggunakan sistem sonar multipancar beresolusi tinggi ini mengungkapkan bahwa gmepa ini memberi pengaruh besar terhadap topografi dasar laut. Punggung thrust sepanjang 1.500-meter-high (5.000 ft) yang diciptakan oleh aktivitas geologi sebelumnya di sepanjang patahan ini runtuh dan menciptakan longsor selebar beberapa kilometer. Longsor semacam ini terdiri dari satu blok batuan setinggi 100 m dan sepanjang 2 km (300 ft kali 1,25 mi). Momentum air yang dipindahkan oleh pengangkatan tektonik ke atas juga menarik lapisan batu masif berbobot jutaan ton sejauh 10 km (6 mi) di dasar laut. Palung samudra selebar beberapa kilometer terbentuk di zona gempa.[45] Satelit TOPEX/Poseidon dan Jason-1 kebetulan lewat ketika tsunami sedang melintasi lautan.[46] Kedua satelit ini memiliki radar yang dengan tepat mengukur ketinggian permukaan air dan berhasil mencatat anomali sebesar 50 cm (20 in). Pengukuran dari satelit terbukti bisa jadi tidak diperlukan untuk memahami gempa dan tsunami.[47] Tidak seperti data pencatat pasang yang ditempatkan di pesisir, pengukuran yang dilakukan di tengah lautan dapat dipakai untuk menghitung parameter gempa pertama tanpa perlu mempertimbangkan cara-cara rumit karena gelombang berubah ukuran dan bentuknya ketika mendekati pesisir. TsunamiKenaikan vertikal dasar laut beberapa meter secara mendadak saat gempa memindahkan air dalam volume yang sangat besar. Akibatnya adalah tsunami yang menerjang wilayah pesisir Samudra Hindia.. Tsunami yang mengakibatkan kerusakan di daerah yang jauh dari sumbernya kadang disebut teletsunami dan kemungkinan besar tercipta oleh gerakan dasar laut secara vertikal, bukan horizonal.[48] Tsunami tersebut memiliki gerakan yang berbeda di perairan dalam maupun dangkal. Di laut dalam, gelmbang tsunami seperti bukit kecil, tidak terlalu jelas dan tidak berbahaya, yang biasanya berjalan dengan kecepatan sangat tinggi, yaitu 500 hingga 1.000 km/h (310 hingga 620 mph). Di laut dangkal dekat pantai, tsunami melambat hingga puluhan kilometer per jam saja, tetapi ukuran gelombangnya besar dan bersifat menghancurkan. Para ilmuwan yang menyelidiki kerusakan di Aceh membuktikan bahwa gelombang di Aceh mencapai ketinggian 24 meter (80 ft) saat menghantam daratan, kemudian meninggi hingga 30 meter (100 ft) di sejumlah daerah ketika menyapu daratan.[7] Satelit radar mencatat ketinggian gelombang tsunami di perairan dalam. Dua jam setelah gempa, ketinggian maksimumnya adalah 60 sentimeter (2 ft). Ini merupakan pengamatan ketinggian tsunami pertama di dunia, namun pengamatan tersebut tidak bisa dijadikan bahan peringatan karena satelit tidak dibuat untuk mengurus hal semacam itu dan datanya perlu dianalisis selama beberapa jam.[49][50] Menurut Tad Murty, wakil presiden Tsunami Society, total energi gelombang tsunami ini setara dengan lima megaton TNT (20 petajoule). Jumlah ini dua kali lipat lebih besar daripada total energi semua bahan peledak yang dipakai selama Perang Dunia II (termasuk dua bom atom), namun masih dua level kekuatan lebih rendah daripada energi yang dilepasan saat gempa itu sendiri. Di sejumlah tempat, gelombang menerjang 2 km (1,2 mi) ke daratan.[51] Karena patahan sepanjang 1.600 km (1.000 mi) yang diakibatkan oleh gempa memiliki orientasi nyaris lurus utara-selatan, kekuatan terbesar gelombang tsunami berada pada bentangan timur-barat. Bangladesh, yang terletak di ujung utara Teluk Benggala, memiliki jumlah korban yang sangat sedikit meski negaranya dataran rendah dan relatif dekat dengan episentrum. Negara tersebut juga beruntung karena gempa berlangsung lebih lambat di zona patahan utara, sehingga mengurangi energi perpindahan air di wilayah itu. Kawasan pesisir yang terhalang oleh daratan dari titik asal tsunami biasanya aman, tetapi gelombang tsunami kadang berdifraksi mengitari daratan tersebut. Karena itu negara bagian Kerala, India, ikut diterjang tsunami walaupun letaknya di pesisir barat India. Pesisir barat Sri Lanka juga dihantam tsunami besar. Jarak pun bukan jaminan selamat karena Somalia yang letaknya jauh dari episentrum mendapatkan tsunami yang lebih besar ketimbang Bangladesh. Dikarenakan jaraknya, tsunami membutuhkan 15 menit sampai 7 jam untuk mencapai sejumlah wilayah pesisir.[52][53] Wilayah utara Sumatra, Indonesia, terkena tsunami dalam waktu cepat, sedangkan Sri Lanka dan pantai timur India 90 menit sampai 2 jam kemudian. Thailand juga dihantam tsunami sekitar dua jam kemudian meski letaknya lebih dekat dengan episentrum, karena tsunami berjalan lebih lambat di Laut Andaman yang dangkal di lepas pantai baratnya. Terjangan tsunami ini mencapai Struisbaai di Afrika Selatan, 8.500 km (5.300 mi) dari episentrum, 16 jam setelah gempa dengan tinggi 15 m (49 ft). Waktu tempuhnya ke ujung selatan Afrika lumayan lama karena landas kontinen yang luas di dekat Afrika Selatan dan tsunami tersebut menyusuri pesisir Afrika Selatan dari timur ke barat. Tsunami juga menerjang Antartika; pengukur gelombang di Pangkalan Showa milik Jepang mencatat osilasi setinggi satu meter (3 ft 3 in) disertai disturbansi selama dua hari.[54] Sebagian energi tsunami merembet ke samudra pasifik. Sejumlah tsunami kecil menerjang pesisir barat Amerika Utara dan Selatan dengan tinggi rata-rata 20 hingga 40 cm (7,9 hingga 15,7 in).[55] Tsunami setinggi 26 m (85 ft) tercatat di Manzanillo, Meksiko. Selain itu, tsunami ini cukup besar sampai-sampai gelombangnya mencapai Vancouver, British Columbia, Kanada. Fenomena ini membingungkan banyak ilmuwan, karena tsunami yang tercatat di beberapa titik di Amerika Selatan ukurannya lebih besar daripada yang tercatat di sebagian wilayah Samudra Hindia. Diperkirakan tsunami tersebut difokuskan dan diarahkan untuk perjalanan jarak jauh oleh punggung tengah samudra yang membentang di sepanjang celah lempeng benua.[56] Tanda dan peringatanWalaupun ada jeda sekian jam antara gempa dan tsunami, nyaris semua korban berjatuhan secara mendadak. Tidak ada sistem peringatan tsunami di Samudra Hindia yang dapat mendeteksi tsunami atau memperingatkan penduduk pesisir. Deteksi tsunami tidak mudah karena ketika tsunami berada di laut dalam, ketinggiannya pendek dan perlu jaringan sensor untuk mengetahuinya. Pembangunan infrastruktur komunikasi untuk mengeluarkan peringatan tepat waktu adalah masalah yang lebih besar lagi, terutama di daerah berpenduduk miskin. Tsunami lebih sering terjadi di Samudra Pasifik karena gempa di wilayah "Cincin Api" dan sistem peringatan tsunami sudah lama dipasang di sana. Walaupun sisi paling barat Cincin Api menjorok ke Samudra Hindia (tempat terjadinya gempa), belum ada sistem peringatan yang dipasang di samudra tersebut. Tsunami relatif jarang di sana meski sering terjadi gempa di Indonesia. Tsunami besar terakhir di daerah tersebut diakibatkan oleh letusan Krakatau tahun 1883. Perlu diketahui bahwa tidak semua gempa menghasilkan tsunami besar. Pada tanggal 28 Maret 2005, gempa berkekuatan 8,7 mengguncang daerah yang sama di Samudra Hindia tetapi tidak menghasilkan tsunami. Pasca bencana, banyak pihak merasa sistem peringatan tsunami perlu dibangun di Samudra Hindia. Perserikatan Bangsa-Bangsa mulai membangun Sistem Peringatan Tsunami Samudra Hindia dan tahap awalnya baru dimulai tahun 2005. Sejumlah pihak bahkan mengusulkan pembangunan sistem peringatan tsunami global terpadu yang meliputi Samudra Atlantik dan Karibia. Tanda peringatan pertama tsunami adalah gempa itu sendiri. Akan tetapi, tsunami dapat menerjang wilayah yang letaknya ribuan kilometer dari episentrum walaupun gempanya terasa lemah atau tidak terasa sama sekali. Beberapa menit sebelum tsunami, laut biasanya surut sementara dari pesisir. Di sekitar Samudra Hindia, pemandangan langka ini kabarnya membuat masyarakat, termasuk anak-anak, tertarik pergi ke pantai untuk melihat dan mengumpulkan ikan di pantai terbuka sejauh 2,5 km (1.6 mi). Kunjungan ke pantai ini berakibat fatal.[57] Meski begitu, tidak semua tsunami memunculkan efek "laut menghilang". Kadang tidak ada tanda sama sekali, jadi laut tiba-tiba naik dan mengejutkan orang-orang tanpa memberi kesempatan untuk mengungsi. Satu dari sedikit sekali kawasan pantai yang melakukan pengungsian sebelum tsunami adalah Pulau Simeulue di Indonesia yang letaknya sangat dekat dengan episentrum. Cerita rakyat di sana menyebutkan bahwa pada gempa dan tsunami tahun 1907, warga pulau mengungsi ke perbukitan setelah gempa pertama sebelum terjangan tsunami.[58] Di pantai Maikhao beach di Phuket utara, Thailand, turis Britania Raya berusia 10 tahun bernama Tilly Smith belajar tsunami saat pelajaran geografi di sekolahnya dan mengenali tanda-tandanya berupa penyurutan laut dan gelembung berbusa. Ia dan orang tuanya mengingatkan orang-orang di pantai, lalu dievakuasi ke tempat aman.[59] John Chroston, guru biologi asal Skotlandia, juga melihat tanda tersebut di Teluk Kamala di sebelah utara Phuket. Para wisatawan dan warga lokal diungsikan ke daerah tinggi menggunakan bus. Sejumlah antropolog awalnya memperkirakan penduduk pribumi Kepulauan Andaman terkena dampak parah akibat tsunami dan khawatir suku Onge yang sudah menyusut akan musnah.[60] Banyak suku pribumi yang mengungsi sehingga korbannya tidak banyak.[61][62] Tradisi cerita lisan yang diturunkan dari kejadian gempa sebelumnya membuat suku-suku pribumi luput dari tsunami. Misalnya, cerita rakyat suku Onge berkisah tentang "guncangan tanah yang besar diikuti dinding air yang tinggi". Hampir semua anggota suku Onge dikabarkan selamat dari tsunami.[63] KorbanMenurut U.S. Geological Survey, sebanyak 227.898 orang meninggal dunia akibat bencana ini (lihat tabel di bawah).[64] Dilihat dari jumlah korban tewasnya, gempa ini adalah satu dari sepuluh gempa terburuk sekaligus tsunami terburuk sepanjang sejarah. Indonesia merupakan negara yang paling parah terkena dampaknya dengan perkiraan korban tewas mencapai 170.000 orang.[65] Laporan lainnya dari Siti Fadilah Supari, Menteri Kesehatan Indonesia, memperkirakan jumlah korban tewas sebanyak 220.000 jiwa di Indonesia, sehingga totalnya di seluruh dunia mencapai 280.000 jiwa.[11] Tsunami tersebut mengakibatkan kerusakan serius dan kematian sampai ke pesisir timur Afrika. Kematian paling terpencil akibat tsunami 2004 terjadi di Rooi Els, Afrika Selatan, 8.000 km (5.000 mi) dari episentrum. Totalnya, delapan orang di Afrika Selatan meninggal dunia karena tingginya permukaan laut dan gelombang. Badan bantuan melaporkan bahwa tampaknya sepertiga korban tewas adalah anak-anak. Jumlahnya besar karena persentase anak di dalam masyarakat di daerah-daerah terjangan tsunami sangat tinggi dan anak-anak tidak sanggup menghadapi naiknya permukaan air. Oxfam melaporkan bahwa korban tewas wanita empat kali lebih banyak daripada pria di sejumlah daerah. Jumlahnya besar karena para wanita sedang menunggu kepulangan suaminya yang berprofesi sebagai nelayan dan sedang merawat anak di dalam rumah.[66] Selain penduduk setempat, 9.000 turis asing (kebanyakan orang Eropa) yang menikmati musim liburan puncak termasuk di antara korban tewas atau hilang, terutama yang berasal dari negara-negara Nordik. Negara Eropa yang paling banyak korban tewasnya adalah Swedia, yaitu 543 orang.[67] Keadaan darurat diterapkan di Sri Lanka, Indonesia, dan Maladewa. Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan operasi pemulihannya akan menjadi yang termahal sepanjang sejarah umat manusia. Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan menyatakan bahwa rekonstruksi membutuhkan lima sampai sepuluh tahun. Sejumlah pemerintahan dan organisasi non-pemerintah khawatir jumlah korban tewas finalnya bisa dua kali lipatnya dikarenakan penyakit, sehingga bantuan kemanusiaan datang secara massal. Kekhawatiran tersebut akhirnya tidak terwujud. Untuk menentukan garis waktu peristiwanya, zona waktu wilayah bencana adalah: UTC+3: (Kenya, Madagaskar, Somalia, Tanzania); UTC+4: (Mauritius, Réunion, Seychelles); UTC+5: (Maladewa); UTC+5:30: (India, Sri Lanka); UTC+6: (Bangladesh); UTC+6:30: (Kepulauan Cocos, Myanmar); UTC+7: (Indonesia barat, Thailand); UTC+8: (Malaysia, Singapura). Karena gempa terjadi pukul 00:58:53 UTC, sesuaikan dengan perbedaan waktu di atas untuk mengetahui waktu gempa di negara bersangkutan.
Catatan: Semua jumlah adalah perkiraan dan bisa berubah kapan saja. Kolom pertama berisi tautan ke informasi lebih lanjut di negara bersangkutan. Konteks sejarah
Tsunami besar terakhir di Samudra Hindia terjadi kira-kira tahun 1400 M.[89][90] Pada tahun 2008, tim ilmuwan di Phra Thong, pulau penghalang di sepanjang pesisir barat Thailand, melaporkan adanya bukti tiga tsunami besar dalam kurun 2.800 tahun sebelumnya. Tsunami terbesar terjadi sekitar 700 tahun yang lalu. Tim kedua menemukan bukti serupa tentang keberadaan tsunami di Aceh, provinsi di ujung utara Sumatra. terakhir. Penanggalan karbon serpihan kulit pohon di tanah di bawah lapisan pasir kedua membuktikan bahwa tsunami terkini sebelum tahun 2004 terjadi antara tahun 1300 dan 1450 M.[91] Gempa bumi dan tsunami 2004 adalah bencana alam paling mematikan di dunia sejak Gempa bumi Tangshan 1976. Gempa ini merupakan yang terkuat ketiga yang pernah tercatat sejak 1900. Dan gempa bumi paling mematikan sepanjang sejarah sejak Gempa bumi 1556 di Shaanxi, Tiongkok, yang menewaskan 830.000 orang, namun jumlahnya dianggap tidak dapat diandalkan dikarenakan periode waktunya.[92] Sebelum bencana tsunami 2004, bencana tsunami yang paling mematikan terjadi saat letusan Krakatau 1883 diperkirakan menewaskan antara 36.000 sampai 120.000 orang. Tahun 1782, sekira 40.000 orang tewas akibat terjangan tsunami (atau siklon) di Laut Cina Selatan.[93] Tsunami paling mematikan sebelum 2004 adalah gempa bumi dan tsunami Messina 1908 di Laut Mediterania, Italia, yang menewaskan sekitar 123.000 orang.[94] Negara terdampakIndonesiaIndonesia adalah negara pertama yang terkena dampak serius akibat gempa bumi dan tsunami Samudera Hindia 2004. Hampir seluruh korban jiwa dan kerusakan terjadi di Provinsi Aceh. Waktu tiba tsunami sekitar 15 hingga 30 menit setelah gempa. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana, sekitar 130.000 orang tewas dan 37.063 orang hilang.[95] Selain itu, Perserikatan bangsa-bangsa memperkirakan 655.000 orang kehilangan tempat tinggal dan berlindung di kamp-kamp pengungsi yang tersebar di seluruh provinsi. Di Banda Aceh ibukota provinsi, sekitar 60.000 orang tewas oleh tsunami. Lebih dari seribu jenazah ditemukan di jalan-jalan di ibu kota provinsi Banda Aceh, dan ditempatkan di kuburan massal, tanpa menunggu identifikasi karena para pejabat dengan cepat berusaha menjaga agar situasi tidak memburuk.[96] Di Calang, Aceh Jaya sekitar 9.000 hingga 12.000 orang tewas, dimana hanya 30 persen populasi kota tersebut selamat dari tsunami. Jejak kehancuran akibat tsunami meluas hingga dua kilometer ke daratan dari pantai.[97] Di kota Meulaboh dengan populasi 120.000 jiwa (sebelum tsunami), gelombang tsunami setinggi 20 meter menewaskan sekitar 40.000 orang dan menghancurkan sebagian besar kota. Menurut penyelenggara bantuan dan pejabat pemerintah setempat, sekitar 50.000 orang kehilangan rumah mereka di wilayah tersebut, pegawai pemerintah daerah tampaknya kewalahan dan hanya ada sedikit tanda-tanda koordinasi dengan pemerintah daerah.[98] Meulaboh, merupakan salah satu kota yang paling parah terkena dampak tsunami. Gelombang tersebut terjadi setelah laut surut sekitar 500 m (1.600 kaki), diikuti oleh tsunami kecil yang mendekat. Gelombang destruktif kedua dan ketiga datang kemudian, melebihi ketinggian pohon kelapa. Para saksi mata yang selamat, menggambarkan arusnya sangat kotor, berwarna hitam pekat, dan berbau busuk. Jarak genangan sekitar 5 km (3,1 mil) ke daratan. Kota-kota lain di pantai barat Aceh yang terkena bencana termasuk Leupung, Aceh Besar, Lhokruet, Lamno, Patek, Calang, dan Teunom. Kota-kota yang terkena dampak atau hancur di pantai utara dan timur wilayah tersebut adalah Kabupaten Pidie, Samalanga, Panteraja, dan Lhokseumawe. Tingginya angka kematian di wilayah tersebut terutama disebabkan oleh kurangnya persiapan masyarakat menghadapi bencana tsunami dan terbatasnya pengetahuan dan pendidikan masyarakat mengenai fenomena alam tersebut. Survei helikopter mengungkapkan seluruh pemukiman hampir hancur, dengan kerusakan yang meluas hingga berkilo-kilometer ke daratan. Hanya beberapa masjid yang masih berdiri. Di Leupung, Aceh Besar distrik paling dekat dengan episenter gempa, memilik populasi 10,000 jiwa (sebelum tsunami), kecamatan ini terdampak paling parah akibat tsunami, dimana 700 orang dilaporkan tewas.[99] Di Pulau Nias jumlah korban tsunami mencapai 121 orang, namun menurut Jakarta Post jumlah korban bisa mencapai 1,000 orang.[100] Ketinggian tsunami terbesar berada di Lhoknga dan Leupung, pantai barat ujung utara Sumatra, dekat Banda Aceh, dengan ketinggian mencapai 51 m (167 kaki).
IndiaTsunami datang 2 jam setelah gempa di negara bagian Andhra Pradesh dan Tamil Nadu di sepanjang garis pantai India.[102] Tsunami setinggi 4.5 m (15 kaki) menghancurkan sepanjang pantai Tamil Nadu, dan Pantai Marina sepanjang 13 km (8,1 mil), di Chennai gelombang setinggi 3 m (10 kaki) menyapu seluruh pantai. Rekaman video amatir yang diambil di pantai resor menunjukkan tsunami muncul dalam bentuk dinding air besar saat mendekati pantai dan membanjirinya saat bergerak ke daratan. Selain itu, tsunami berlumpur hitam setinggi 10 m (33 kaki) melanda kota Karaikal, menyebabkan 492 orang meninggal. Banyak desa di Andhra Pradesh hancur. Di distrik Krishna, tsunami menimbulkan kehancuran di Manginapudi dan Pantai Machalipattanam. Daerah yang paling terkena dampaknya adalah Distrik Prakasham, yang mencatat 35 korban jiwa. Mengingat besarnya kekuatan tsunami, industri perikanan adalah yang paling menderita. Terlebih lagi, kerugian yang ditimbulkan di sektor transportasi dilaporkan mencapai puluhan ribu. Ketinggian tsunami hanya mencapai 1,6 m (5,2 kaki) di wilayah Tamil Nadu yang terlindung oleh pulau Sri Lanka, namun mencapai 4–5 m (13–16 kaki) di wilayah pesisir seperti Nagapattinam di Tamil Nadu secara langsung tepat di seberang Pulau Sumatra. Di pantai barat, ketinggian runup adalah 4,5 m (15 kaki) di Distrik Kanyakumari di Tamil Nadu dan masing-masing 3,4 m (11 kaki) di distrik Kollam dan Ernakulam di Kerala. Waktu antar gelombang berkisar antara 15 menit hingga 90 menit. Menurut perkiraan resmi pemerintah India, 16.269 orang tewas, dan 3.874 orang hilang. Kepulauan Andaman dan Nikobar menyumbang Korban tewas sekitar 1.500 orang, di Andhra Pradesh dan Tamil Nadu 10.000 orang terbunuh akibat tsunami.
ThailandThailand adalah salah satu dari 14 negara yang paling parah terkena dampak gempa bumi dan tsunami Samudera Hindia 2004. Bencana ini menyebabkan kerusakan dan kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya di enam provinsi di Thailand. Bencana tersebut menewaskan 8.000 orang di Thailand.[103] Gelombang tsunami datang 2 jam setelah gempa, dan menghancurkan 407 desa di enam provinsi Thailand. Resor wisata populer Phuket terkena dampak parah akibat tsunami, dengan 250 orang dilaporkan tewas, di Provinsi Krabi sekitar 476 orang tewas, di Provinsi Ranong 167 orang terbunuh oleh tsunami. Daerah resort Khao Lak di Provinsi Phang Nga terkena dampak paling parah dengan 4.500 korban tewas. Khao Lak mengalami ketinggian gelombang tsunami terbesar di luar Sumatra. Gelombang tsunami tertinggi yang tercatat terjadi pada 19,6 m (64 kaki) di Ban Thung Dap, di ujung barat daya Pulau Ko Phra Thong dan tertinggi kedua pada 15,8 m (52 kaki) di Ban Nam Kim. Apalagi, korban tewas terbesar terjadi di Khao Lak, yakni sekitar 5.000 orang tewas. Khao Lak memiliki lahan datar yang luas hanya beberapa meter di atas permukaan laut, di mana sebagian besar bungalow berada. [104] Selain itu, tsunami juga menimbulkan kerusakan pada kota resor populer Ao Nang di Provinsi Krabi. Rekaman video menunjukkan bahwa tsunami muncul ketika beberapa ombak besar mengangkat kapal pesiar, perahu, dan menghantam pantai. Rekaman yang diambil di Koh Lanta menunjukkan dinding air membanjiri pantai, sementara video lain yang diambil di lokasi lain menunjukkan gelombang selancar besar seperti tsunami mendekati pantai, mengangkat kapal pesiar dan membanjiri pantai. Di Koh Sriboya, tsunami bergerak ke daratan sebagai medium turbulen, sedangkan di Koh Phayam, Provinsi Ranong, tsunami muncul sebagai dinding air. Di Provinsi Phuket, pantai pulau tersebut dilanda tsunami. Di Pantai Patong, tujuan wisata populer, tsunami pertama kali terjadi dalam bentuk banjir kecil, yang menyapu mobil dan mengejutkan banyak orang. Sekitar 10 menit kemudian, air laut surut beberapa saat sebelum tsunami kembali datang saat dinding air besar menjulang di atas cakrawala dan membanjiri pantai. Tsunami bergerak berlawanan arah jarum jam di sekitar Phuket. Sebanyak 2.000 turis asing yang sedang berlibur di Thailand turut menjadi korban.
Sri LankaSri Lanka dilanda tsunami sekitar 2 jam setelah gempa. Pihak berwenang Sri Lanka melaporkan 31.229 korban tewas dan 4.093 orang hilang. Pihak berwenang lainnya menyebutkan angka gabungan dari 38.940 orang yang tewas dan hilang. Pesisir selatan dan timur Sri Lanka terkena dampak paling parah. Satu setengah juta orang mengungsi dari rumah mereka, dan banyak yang menjadi yatim piatu atau terpisah dari keluarga mereka. Ketinggian tsunami terbesar di Sri Lanka berada pada ketinggian 12,5 m (41 kaki) dengan jarak genangan 390–1.500 m (1.280–4.920 kaki) di Yala. Di Hambantota, tsunami berukuran 11 m (36 kaki) dengan jarak genangan terjauh 2 km (1,2 mil) dan menghancurkan banyak rumah di sekitar pantai. Di Batticaloa tsunami mencapai ketinggian 8–10 m (26–33 ft), lebih dari 3.000 tewas di daerah tersebut. Hampir 2.000 orang tewas akibat bencana Kereta api yang hancur akibat tsunami. Perkiraan berdasarkan keadaan garis pantai dan tanda air tinggi pada bangunan di dekatnya menempatkan tsunami pada ketinggian 7,5–9 m (25–30 kaki) di atas permukaan laut dan 2–3 m (6 kaki 7 inci – 9 kaki 10 inci) lebih tinggi dari puncak kereta. Di ibu kota Kolombo dan Galle ketinggian tsunami sekitar 1–3 m (3 ft 3 in – 9 ft 10 in) sebanyak 1.700 terbunuh. Di Trincomalee, tsunami mencapai lebih dari 2 km (1,25 mil) ke daratan lebih dari 1.000 orang tewas. Kebanyakan korban tewas akibat tsunami di Sri lanka adalah orang dewasa dan orang lanjut usia. Pesisir selatan dan timur Sri Lanka adalah wilayah yang paling terkena dampaknya.[105] Selain rumah, banyak hotel dan pertokoan dilaporkan hancur, sekitar 90.000 bangunan hancur. Hotel-hotel di sepanjang pantai selatan Sri Lanka dipenuhi oleh turis asing dan warga lokal. 20,000 tentara dikerahkan untuk membantu operasi bantuan dan evakuasi. Gelombang tsunami terbesar di Sri Lanka terjadi di Hambantota dengan ketinggian hingga 12.5 m (41 kaki).
MaladewaDi Maladewa sekitar 108 orang terbunuh akibat tsunami, dan 26 hilang, ibu kota Malè terendam banjir akibat tsunami. Sepertiga ibu kota Malé terendam banjir, Maladewa sendiri berada di dataran rendah, sehingga gelombang tsunami membanjiri hampir seluruh pulau. Total kerusakan diperkirakan hampir $460 juta, yang mencakup hampir 62% GDP.[106] MyanmarDi Myanmar sebanyak 400 hingga 600 orang tewas akibat tsunami. 30.000 orang diperkirakan kehilangan tempat tinggal, 788 bangunan dilaporkan rusak dan hancur.[107] Meskipun jumlah korban tewas dan kerusakan di Myanmar diperkirakan jauh lebih tinggi, namun jumlah korban tewas tidak sebanyak di negara tetangga Thailand, alasan utamanya adalah, garis pantai di Myanmar berbatu, sehingga bisa merendam kekuatan gelombang tsunami menjadi jauh lebih kecil. SomaliaDi Somalia sebanyak 298 orang terbunuh akibat tsunami, dan 50.000 orang kehilangan tempat tinggal. Sebagian besar kerusakan berpusat di wilayah pesisir negara bagian Puntland di timur laut Somalia. Semenanjung Hafun yang sempit dan dataran rendah, terkena dampak paling parah. MalaysiaSebanyak 75 orang tewas di Malaysia akibat tsunami, termasuk 52 orang di Penang, 12 di Kedah, 2 di Perak, dan 1 di Selangor. Malaysia lolos dari kerusakan besar akibat tsunami. Karena pulau Sumatra sebagian besar melindungi negara ini dari terjangan tsunami. Wilayah yang terkena dampak paling parah adalah wilayah pesisir utara dan pulau-pulau terpencil seperti Penang dan Langkawi.[108] Negara lainnyaGelombang tsunami juga menerjang banyak negara di Asia Tenggara dan kawasan Afrika, dengan kerusakan ringan beberapa korban jiwa, dan menghancurkan banyak kapal nelayan diantaranya adalah; Afrika Selatan, Australia, Madagascar, Kenya, Tanzania dan lain-lain. Korban asingLebih dari 2.233 turis asing tewas akibat gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004. Kebanyakan korban asing yang tewas berada di Thailand, dan Sri Lanka saat berlibur Hari Natal.[109] Swedia menyumbang korban jiwa asing terbanyak di luar negara terdampak, dengan lebih dari 543 korban jiwa, disusul oleh Jerman dengan 539 korban jiwa, dan Finlandia dengan 179 korban jiwa. Dan 143 warga negara Britania Raya tewas.
Dampak di IndonesiaBantuan kemanusiaan dalam jumlah besar diperlukan karena kerusakan infrastruktur, kelangkaan makanan dan air, dan kerusakan ekonomi sangat luas. Wabah penyakit adalah masalah khusus dikarenakan kepadatan penduduk yang tinggi dan iklim tropis di daerah bencana. Fokus utama badan kemanusiaan dan pemerintah adalah menyediakan fasilitas sanitasi dan air bersih untuk menghentikan penyebaran penyakit seperti kolera, difteri, disenteri, tifus, dan hepatitis A dan B. Muncul kekhawatiran besar bahwa jenazah korban dapat meningkatkan penyebaran penyakit dan kelaparan. Setelah ditanggapi secara cepat, dampaknya berhasil diminimalkan.[110] Pada hari-hari pasca tsunami, upaya besar-besaran dikerahkan untuk mengubur cepat-cepat jasad korban demi mencegah penyebaran penyakit. Akan tetapi, risiko kesehatan masyarakat ini dianggap berlebihan, sehingga banyak pihak mengira ini bukan cara terbaik untuk mengerahkan sumber daya. World Food Programme mengirimkan bantuan pangan ke lebih dari 1,3 juta orang yang terkena dampak tsunami.[111] Negara-negara di seluruh dunia mengirimkan bantuan senilai US$14 miliar ke daerah bencana.[112] Australia menjanjikan US$819,9 juta (termasuk paket bantuan US$760,6 juta untuk Indonesia), Jerman memberikan US$660 juta, Jepang US$500 juta, Kanada US$343 juta, Norwegia dan Belanda masing-masing US$183 juta, Amerika Serikat awalnya menjanjikan US$35 juta (kemudian dinaikkan menjadi US$350 juta), dan Bank Dunia memberikan US$250 juta. Italia juga menjanjikan US$95 juta, kemudian dinaikkan menjadi US$113 juta; $42 juta di antaranya disumbangkan oleh penduduk Italia menggunakan sistem SMS[113] Menurut USAID, AS telah menjanjikan dana tambahan dalam jangka panjang untuk membantu korban tsunami membangun kembali hidupnya. Pada tanggal 9 Februari 2005, Presiden Bush meminta Kongres meningkatkan komitmen A.S. sampai US$950 juta. Laporan resmi memperkirakan rekonstruksi membutuhkan biaya miliaran dolar. Bush juga meminta ayahnya, mantan Presiden George H. W. Bush, dan mantan Presiden Bill Clinton untuk memimpin misi pengiriman bantuan pribadi A.S. kepada korban tsunami.[114] Pada pertengahan Maret, Asian Development Bank melaporkan bahwa bantuan senilai lebih dari US$4 miliar yang dijanjikan sejumlah negara terlambat datang. Sri Lanka mengaku tidak menerima bantuan pemerintah asing, tetapi mendapat banyak bantuan dari individu asing.[115] Beberapa badan amal menerima sumbangan masyarakat dalam jumlah besar. Misalnya, warga Britania Raya secara kasar menyumbangkan £330.000.000 sterling (hampir US$600.000.000). Jumlah ini melebihi sumbangan pemerintah dan diperkirakan bernilai £5,50 (US$10) per warga negara Britania Raya. Pada Agustus 2006, 15 pekerja bantuan lokal yang sedang melakukan rekonstruksi pasca-tsunami ditemukan tewas di timur laut Sri Lanka setelah pertempuran hebat. Banyak laporan dan rumor menduga bahwa pekerja bantuan lokal tersebut dibunuh. EkonomiTingkat kerusakan ekonomi akibat tsunami tergantung dari skala yang digunakan. Walaupun ekonomi lokal rusak parah, pengaruhnya secara keseluruhan terhadap ekonomi nasional kecil sekali. Dua sektor pekerjaan yang terdampak oleh tsunami adalah perikanan dan pariwisata.[116] Pengaruhnya terhadap komunitas perikanan pesisir dan orang-orang yang menetap di sana, salah satu yang termiskin di kawasan itu, mengalami kerugian besar dari segi pendapatan dan perlengkapan nelayan.[117] Di Sri Lanka, perikanan nelayan yang lazim menggunakan keranjang ikan, perangkap ikan, dan tombak adalah sumber ikan terpenting bagi pasar-pasar lokal. Perikanan industri merupakan aktivitas ekonomi besar yang menyediakan lapangan pekerjaan bagi 250.000 orang. Dalam beberapa tahun terakhir, industri perikanan muncul sebagai sektor ekspor dinamis dan menjadi sumber devisa asing. Perkiraan awal menunjukkan bahwa 66% armada nelayan dan infrastruktur industri di kawasan pesisir hancur karena terjangan tsunami, sehingga memberi dampak ekonomi yang parah baik di tingkat lokal maupun nasional.[118] Walaupun tsunami menghancurkan kapal-kapal yang penting bagi industri perikanan Sri Lanka, tsunami juga menciptakan permintaan perahu katamaran plastik kaca serat (fiberglass) di Tamil Nadu. Karena tsunami menghancurkan lebih dari 51.000 kapal, industri katamaran pun melesat. Sayangnya, permintaan besar membuat kualitasnya menurun. Sejumlah material penting ditiadakan untuk memangkas harga bagi para korban tsunami.[119] Sejumlah ekonom yakin bahwa pengaruh bencana terhadap ekonomi nasional tidak besar, karena industri pariwisata dan perikanan hanya mencakup sekian persen dari PDB. Ekonom lain memperingatkan bahwa kerusakan infrastruktur menjadi faktor yang bisa memperparah kerugian. Di beberapa wilayah, suplai air minum dan lahan pertanian terkontaminasi oleh air laut selama bertahun-tahun.[120] Meski hanya kawasan pantai yang terkena dampak langsung tsunami, dampak tidak langsungnya menyebar ke daerah pedalaman. Karena media meliput habis-habisan bencana ini, banyak turis yang membatalkan liburan dan perjalanannya ke wilayah pedalaman sekalipun tujuan wisatanya tidak tersentuh bencana. Efek rembetan ini sangat terasa di provinsi-provinsi pedalaman Thailand, seperti Krabi, yang berfungsi sebagai titik berangkat menuju destinasi wisata lainnya di Thailand.[121] Baik gempa maupun tsunami ikut memengaruhi jalur pelayaran di Selat Malaka, selat yang memisahkan Malaysia dan pulau Sumatra, dengan mengubah kedalaman dasar laut dan menggeser pelampung navigasi dan bangkai kapal tua. Di satu tempat, kedalaman air yang sebelumnya 4.000 kaki mendangkal menjadi 100 kaki, sehingga pelayaran mustahil dan berbahaya dilakukan. Masalah ini juga menyulitkan pengiriman bantuan. Para pejabat berharap aktivitas bajak laut di kawasan itu menurun setelah tsunami.[122] Negara-negara di kawasan bencana meminta wisatawan untuk datang kembali, karena sebagian besar infrastruktur wisata tidak rusak. Meski begitu, wisatawan belum mau kembali karena trauma. Bahkan resor-resor pantai di Thailand yang tidak terkena tsunami mengalami banyak pembatalan pesanan.[123] LingkunganSelain korban manusia, gempa bumi Samudra Hindia juga memberi dampak lingkungan yang memengaruhi daerah bencana sampai beberapa tahun selanjutnya. Kabarnya kerusakan ekosistem yang parah terjadi pada mangrove, terumbu karang, hutan, rawa pantai, tumbuhan, bukit pasir, dan formasi batu, keragaman hayati hewan dan tumbuhan, dan air tanah. Penyebaran limbah padat dan cair dan kimia industri, polusi air, dan hancurnya instalasi pengumpul dan pengolahan limbah juga mengancam lingkungan. Pengurangan dampak lingkungan tersebut membutuhkan waktu yang lama dan sumber daya dalam jumlah besar.[124] Menurut sejumlah ahli, dampak utamanya diakibatkan oleh kontaminasi persediaan air tawar dan tanah oleh air asing dan endapan lapisan garam di atas tanah subur. Di Maladewa dilaporkan bahwa 16 hingga 17 atol terumbu karang yang diterjang gelombang laut kehilangan air bersih sama sekali dan tidak dapat dihuni selama beberapa dasawarsa. Banyak sumur masyarakat yang terisi air laut, pasir, dan tanah. Akuifer terkontaminasi karena batuan yang berpori-pori. Tanah yang terlapisi garam menjadi steril, sehingga sulit dan butuh biaya untuk memanfaatkannya menjadi lahan pertanian. Penggaraman ini juga mengakibatkan kematian tumbuhan dan mikroorganisme penting di tanah. Ribuan tanaman padi, perkebunan mangga, dan perkebunan pisang di Sri Lanka hampir lenyap dan baru bisa dipulihkan bertahun-tahun kemudian. Di pantai timur Sri Lanka, tsunami masuk ke sumur-sumur yang menjadi sumber air minum warga desa. International Water Management Institute di Kolombo memonitor efek air asin dan melihat bahwa kualitas air di sumur-sumur tersebut kembali ke masa pra-tsunami satu setengah tahun pasca peristiwa.[125] IWMI mengembangkan protokol pembersihan sumur yang terkontaminasi air asin. Protookol ini disarankan secara resmi oleh World Health Organization sebagai bagian dari rangkaian Panduan Daruratnya.[126] United Nations Environment Programme (UNEP) bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk menentukan keparahan pengaruh lingkungan dan cara menyelesaikannya.[127] UNEP memutuskan memanfaatkan dana darurat sebesar US$1.000.000 dan mendirikan satuan tugas yang bertugas menanggapi permintaan bantuan teknis dari negara korban tsunami.[128] Menanggapi permintaan pemerintah Maladewa, pemerintah Australia mengirimkan beberapa ahli ekologi untuk membantu memulihkan lingkungan laut dan terumbu karang, bagian penting dari pariwisata Maladewa. Banyak ahli ekologi yang ditarik dari posnya di Karang Penghalang Besar di perairan timur laut Australia. LainnyaBanyak profesional kesehatan dan pekerja sosial yang melaporkan meluasnya trauma psikologis akibat tsunami. Kepercayaan tradisional di sejumlah wilayah bencana mewajibkan seorang kerabat keluarga mengubur jenazah kerabatnya dan kadang sampai tidak ada jenazah lagi yang tersisa. Kaum wanita di Aceh membutuhkan pendekatan khusus dari badan bantuan asing dan mereka memiliki keinginan yang beragam. Daerah yang paling parah dampaknya, Aceh, dihuni masyarakat Islam konservatif dan tidak punya industri pariwisata atau pengaruh Barat dalam beberapa tahun terakhir karena konflik bersenjata antara militer Indonesia dan separatis Aceh. Sejumlah orang percaya bahwa tsunami ini adalah hukuman Tuhan karena umat Islam malas beribadah dan/atau menjalani gaya hidup yang materialistik, sedangkan yang lainnya mengatakan bahwa Allah murka karena Muslim membunuh sesama Muslim dalam konflik ini.[129] Ulama Arab Saudi, Muhammad Al-Munajjid, menyebutnya sebagai hukuman Tuhan terhadap wisatawan non-Muslim "yang berpesta pora di pantai dan pub sambil minum anggur" selama libur Natal.[130] Kerusakan yang meluas akibat tsunami membuat kelompok pemberontak Gerakan Aceh Merdeka menyatakan gencatan senjata pada 28 Desember 2004, diikuti oleh pemerintah Indonesia. Kedua belah pihak melanjutkan pembicaraan damai yang sudah lama buntu dan berujung pada perjanjian damai yang ditandatangani tanggal 15 Agustus 2005. Perjanjian ini secara eksplisit menyebut tsunami sebagai penyebabnya.[131] Dalam pemungutan suara yang dilakukan di 27 negara oleh GlobeScan untuk BBC World Service, 15 persen responden memilih tsunami sebagai peristiwa terpenting tahun ini. Perang Irak menjadi peristiwa terpenting nomor satu.[132] Liputan media internasional yang ekstensif untuk bencana tsunami serta peran media massa dan wartawan dalam upaya rekonstruksi menjadi bahan diskusi redaktur media cetak dan elektronik di wilayah bencana melalui konferensi video khusus yang dirintis Asia Pacific Journalism Centre.[133] Tsunami 2004 membuat rakyat dan pemerintah India berada dalam keadaan sangat siaga. Tanggal 30 Desember 2004, empat hari setelah tsunami, Terra Research dari Portland, Oregon, memberitahu pemerintah India bahwa sensornya menunjukkan ada kemungkinan pergerakan tektonik berkekuatan 7,9 sampai 8,1 dalam kurun 12 jam selanjutnya antara Sumatra dan Selandia Baru.[134] Menanggapi peringatan ini, Menteri Dalam Negeri India mengumumkan bahwa gelombang mematikan baru akan terjadi di sekitar pesisir selatan India dan Kepulauan Andaman dan Nicobar walaupun tidak ada tanda-tanda guncangan di kawasan tersebut.[134] Pengumuman ini menciptakan kepanikan di kawasan Samudra Hindia dan menyebabkan ribuan orang mengungsi dari rumahnya sekaligus kemacetan jalanan.[135] Pengumuman tersebut rupanya peringatan keliru dan Menteri Dalam Negeri langsung mencabut pengumumannya.[135] Setelah diselidiki lebih lanjut, pemerintah India mengetahui bahwa perusahaan konsultan Terra Research dioperasian dari rumah seseorang yang mengklaim peramal gempa yang tidak punya nomor telepon dan memiliki situs web tempat ia menjual alat sistem deteksinya.[136] Tiga hari setelah pengumuman tersebut, Presiden Kongres Nasional India Sonia Gandhi memanggil Menteri Sains dan Teknologi Kapil Sibal untuk memberitahu bahwa peringatan masyarakat Sibal tanggal 30 Desember adalah omong kosong (hogwash).[137] Dampak lain tsunami ini adalah airnya menyapu lapisan pasir yang menutupi sisa-sisa kota hilang Mahabalipuram yang berusia 1.200 tahun di pantai selatan India. Situs ini berisi banyak struktur penting seperti singa granit di dekat kuil Mahabalipuram yang dibangun pada abad ke-7 dan relik gajah. Situs tersebut adalah bagian dari sesuatu yang diyakini arkeolog sebagai kota pelabuhan kuno yang tenggelam ke laut ratusan tahun yang lalu.[138][139] Tsunami ini memiliki pengaruh kemanusiaan dan politik yang besar di Swedia, negara yang paling parah dampaknya di luar Asia. 543 turis Swedia, kebanyakan sedang liburan di Thailand, menjadi korban bencana. Karena sampai tsunami 2004 belum ada peristiwa yang menewaskan lebih banyak orang Swedia sejak Pertempuran Poltava tahun 1709, kabinet Göran Persson dikritik habis-habisan karena tidak cepat tanggap. Apung 1, kapal berbobot 2.600 ton, dihanyutkan sejauh 2–3 km ke daratan oleh tsunami ini dan saat ini menjadi tempat wisata populer di Banda Aceh. Campur tangan manusiaDi rubrik opini The Wall Street Journal lima hari setelah tsunami, seorang jurnalis bernama Andrew Brown berpendapat bahwa perusakan terumbu karang oleh manusia sangat mungkin memainkan peran dalam memperparah efek tsunami. Banyak negara di Asia, termasuk Indonesia, Sri Lanka, dan Bangladesh, berusaha menghancurkan terumbu yang mengelilingi pantainya untuk membangun tambak udang dan lahan ekonomi lainnya. Di Pulau Surin, Thailand, Browne menyatakan penduduk di sana mungkin saja selamat karena tsunami menghantam terumbu karang terlebih dahulu, namun kenyataannya penduduk pulau tersebut tidak banyak, sehingga korban tewasnya sedikit. Berbagai terumbu karang di seluruh Samudra Hindia dihancurkan menggunakan dinamit karena dianggap mengganggu pelayaran kapal, bagian vital ekonomi Asia Selatan.[140] Browne juga berpendapat bahwa pemusnahan kawasan mangrove di pantai bisa memperburuk dampak tsunami di sejumlah tempat. Ia mengatakan bahwa pohon mangrove mampu mengurangi kecepatan tsunami. Faktor lainnya adalah pengerukan bukit pasir pantai.[140] ArsipArsip Tsunami Samudra Hindia merupakan sekumpulan dokumen fisik yang berisikan informasi terkait peristiwa terjadinya tsunami, aktivitas rehabilitasi, dan rekonstruksi wilayah yang terdampak bencana tersebut pada 2004 silam. Arsip ini masuk ke dalam Memory of the World (Warisan Ingatan Dunia) sejak diresmikan oleh UNESCO pada 30 Oktober 2017, setelah didaftarkan satu tahun sebelumnya.[141] Penominasian Arsip Tsunami Samudra Hindia menggunakan metode Joint Nomination atau kerja sama antara negara-negara pemilik aset arsip, seperti Indonesia, Malaysia, Sri Lanka, Thailand, dan sebagainya, kemudian didaftarkan oleh Indonesia dan Sri Lanka.[142] Dokumen yang didaftarkan berupa 9.211 meter linier tekstual, 500 foto, 196 kaset audio, 1.230 CD/DVD elektronik, dan 13 video magnetis.[143] Di Indonesia, pengajuan Arsip Tsunami Samudra Hindia sebagai Memory of the World dilakukan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) berkoordinasi dengan Komite MoW Indonesia dan Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU). Pada 2016, ketiga lembaga tersebut mengadakan pertemuan dengan lembaga lainnya dan para pakar berbagai bidang keilmuan di Indonesia dalam rangka membahas kelaikan arsip tersebut untuk diajukan ke Memory of the World. Pakar yang terlibat adalah Wardiman Djojonegoro, Mukhlis Paeni, Taufik Abdullah, dan lain-lain. Sekretariat MoW Paris menerima Formulir Arsip Tsunami Samudra Hindia dari Komite MoW pada Mei 2016.[142] ANRI kemudian membentuk Balai Arsip Tsunami Aceh (BATA) pada 2009 di Banda Aceh sebagai salah satu upaya mengelola Arsip Tsunami Samudra Hindia. BATA telah memiliki pangkalan tempat menyimpan arsip berstandar internasional sehingga dapat menjadi wadah yang baik untuk menjaga kualitas arsip yang disimpannya. BATA kemudian berubah nama menjadi BAST (Badan Arsip Statis dan Tsunami) pada 2017 dengan lingkup yang lebih besar, yaitu mengamankan dan memelihara arsip lembaga vertikal dan juga arsip tsunami.[144] Sertifikat Memory of the World dari penominasian Arsip Tsunami Samudra Hindia diterima pada 17 April 2018. Didampingi Pimpinan Tinggi Madya, Kepala ANRI Mustari Irawan menghadiri acara penyerahan sertifikat pada tiga nominasi yang diajukan oleh Indonesia, Arsip Tsunami, Retorasi Borobudur, dan Cerita Panji. Acara tersebut sekaligus diadakan sebagai pameran bertemakan Peringatan 63 Tahun KAA (Konferensi Asia Afrika) yang turut dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia ke-5, Megawati Soekarnoputri. Pada acara ini, lembaga pengusul yang mencakup Perpustakaan Nasional, Balai Konservasi Borobudur, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Kementerian Luar Negeri, memercayakan sertifikat MoW tersebut kepada ANRI sebagai lembaga yang bertugas melindungi dan melestarikan dokumen kearsipan.[145] Dalam mengumpulkan arsip, ANRI dan Pemerintah Provinsi Aceh memiliki bantuannya masing-masing. Arsip yang dikumpulkan ANRI berasal dari empat kreator berupa lembaga, kementerian, dan perusahaan swasta. Keempat kreator tersebut adalah (1) Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Nangroe Aceh Darussalam – Nias (BRR NAD-NIAS) yang dibentuk untuk mempercepat rekonstruksi wilayah setelah bencana pada 2005 dan dibubarkan pada 2009. Arsip lembaga ini kemudian diberikan ke ANRI untuk diorganisasikan oleh BATA, (2) Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) yang mendokumentasikan informasi dan pasca terjadinya tsunami untuk kemudian menjadi khazanah arsip statis ANRI, (3) Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia (Kemensetneg RI) yang memberikan arsip terkait tsunami Samudera Hindia berisi salah satunya mengenai langkah-langkah penanggulangan bencana level internasional, dan; (4) Metro TV (PT Media Televisi Indonesia) sebagai salah satu stasiun televisi yang aktif meliput peristiwa tsunami 2004 di wilayah terdampak bencana. Arsip yang diberikan berupa rekaman siaran berita dan video amatir.[142] Pemerintah Provinsi Aceh mendapat arsip yang berasal dari dua kreator, yaitu (1) Pemerintah Provinsi Aceh sebagai administrator daerah yang secara langsung terdampak bencana. Salah satu unit kerja yang memiliki peranan penting dalam terkumpulnya arsip ini adalah Biro Hubungan Masyarakat, Sekretariat Daerah Provinsi Aceh dengan mendokumentasikan rangkaian peristiwa di wilayah Aceh. Hasil dokumentasi tersebut kemudian diberikan secara berkala sejak 2010 kepada Badan Arsip dan Perpustakaan Aceh, sekaligus membentuk kerja sama dengan ANRI dalam mewawancarai tokoh-tokoh penting di Aceh yang menjadi saksi peristiwa bencana, dan; (2) Televisi Republik Indonesia Aceh (TVRI Aceh) yang menyimpan kumpulan video peristiwa dan kegiatan tanggap darurat tsunami 2004 di daerah Aceh dan Nias.[142] Sebelum bekerja sama dengan Sri Lanka dan mendaftarkan ke Memory of the World UNESCO, melalui Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Aceh, Pemerintah Provinsi Aceh menyimpan Arsip Tsunami Samudra Hindia berupa 1.402 lembar foto dan 21 video. Arsip tersebut dikumpulkan dari stasiun televisi swasta dan pemerintah, Pemerintah Provinsi Aceh, bahkan perorangan. Isinya berupa informasi terkait peristiwa tsunami, kegiatan tanggap darurat, dan aktivitas pasca bencana yang menyertakan pemerintah, juga pihak-pihak lain dari dalam maupun luar negeri.[142] Peristiwa tsunami tersebut kerap diperingati oleh ANRI dengan mengadakan acara-acara tertentu, biasanya berupa seminar. Pada peringatan 15 tahun, tepatnya 5 Desember 2019, bekerja sama dengan Pemerintah Aceh, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Universitas Syiah Kuala (USK), ANRI mengadakan seminar internasional bertajuk “Reflection of Indian Ocean Tsunami Archives as Memory of the World” di Hermes Palace Hotel, Banda Aceh.[146] Acara ini turut menjadi wadah Pameran Arsip Bencana, peresmian gedung Balai Arsip Statis dan Tsunami (BAST), serta pembentukan Pusat Studi Arsip Kebencanaan (PUSAKE). PUSAKE berfungsi menjadi referensi edukasi terkait Arsip Tsunami Samudra Hindia, juga bencana-bencana lain yang pernah terjadi di Indonesia dan informasinya terarsipkan, serta pusat destinasi wisata edukasi bagi pengunjung dalam maupun luar negeri yang ingin mempelajari sejarah kebencanaan di Indonesia.[147] Pada peringatan 18 tahun tsunami Samudra Hindia, tepatnya 2022 silam, ANRI bekerja sama dengan Pemerintah Aceh dan Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh mengadakan seminar internasional secara daring dan luring di Gedung AAC Dayan Dawood USK. Acara tersebut turut dihadiri oleh Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri dan PJ Gubernur Aceh.[148] Seminar bertajuk “Menuju Pusat Arsip Pandemi dan Kebencanaan: Pelajaran dari Tragedi Tsunami Aceh sebagai Pengetahuan dan Warisan Dokumenter” ini dibuka oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), Abdullah Azwar Annas, yang mengatakan bahwa pemerintah Indonesia telah berhasil dalam mengelola arsip yang memiliki nilai guna bagi kepentingan dunia. Menurutnya, arsip tersebut dapat menjadi kontribusi Indonesia dalam menjalankan diplomasi lunak terhadap hubungan luar negeri, terutama pada bidang kebudayaan diplomasi budaya.[149] Sebagai peringatan, Kepala Biro Perencanaan dan Humas ANRI, Florentinus Kristiartono, menyebut bahwa diakuinya Arsip Tsunami Samudra Hindia sebagai MoW oleh UNESCO menjadi bahan edukasi dan rujukan untuk mengambil keputusan dan kebijakan mitigasi dalam rangka menanggulangi bencana.[148] Budaya populerFilm dan Televisi
GaleriIndonesia
Sri Lanka
Thailand
India
Lihat pulaPeristiwa tsunami serupa di Indonesia
Menurut jumlah korban jiwa
Referensi
Pranala luar
|