Gempa bumi Sumatra 2005
Gempa bumi Sumatra 2005 atau Gempa bumi Nias–Simeulue adalah peristiwa gempa bumi berskala besar yang terjadi pada pukul 23.09 WIB pada 28 Maret 2005. Pusat gempa berada di 30 km di bawah permukaan Samudra Hindia, 200 km sebelah barat Sibolga, Sumatera Utara, sekitar setengah jarak antara pulau Nias dan Simeulue. Catatan seismik memberikan angka 8,6 skala magnitudo (BMKG di Indonesia mencatat 8,2) getaran gempa dirasakan sangat kuat di wilayah Sumatera Utara, Pulau Nias dan Pulau Simeulue, dan getarannya terasa hingga sejauh Bangkok, Thailand, sekitar 1.000 km jauhnya.[2] Gempa ini merupakan gempa bumi terkuat kedua di Indonesia sejak 1900, dan masuk dalam daftar 20 gempa bumi terkuat sepanjang sejarah. Sumatra sangat terkenal dengan gempa bumi kuatnya. Peristiwa ini merupakan salah satu bagian dari rangkaian gempa besar di Sumatra pada awal tahun 2000an, bersamaan dengan Gempa bumi Sumatra September 2007, Gempa bumi Sumatra 2012 dan Gempa bumi Samudra Hindia 2004. Gempa ini kemungkinan terpicu oleh gempa sebelumnya pada bulan Desember 2004, Gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004. Dampak dan kerusakanTotal korban tewas sebanyak 1.314 orang termasuk; 1.000 orang tewas di Pulau Nias; 100 tewas di Pulau Simeulue; 200 tewas di Kepulauan Banyak; 3 tewas, 40 luka-luka di kawasan Meulaboh. Tsunami setinggi 3 meter merusak pelabuhan dan bandara di Simeulue. Ketinggian tsunami setinggi 2 meter terpantau di pantai barat Nias dan 1 meter di Singkil dan Meulaboh, Sumatra Utara. Gempa dirasakan (MMI VIII) di Gunungsitoli dan (MMI VII) di Teluk Dalam, Nias Selatan, (MMI VI) di Banda Aceh dan Medan, (MMI V) di Padang dan Palembang, (MMI IV) di Jambi; (MMI III) di Bengkulu. Getaran terasa di beberapa provinsi di Sumatra: Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu dan Palembang. Gempa selama lima menit tersebut memutuskan aliran listrik dan telepon di sebagian pulau Sumatra.
Bantuan dan responPerserikatan Bangsa-Bangsa bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk mengambil tindakan lebih lanjut guna mencegah kemungkinan bencana setelah gempa bumi kuat. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengumumkan bahwa mereka akan membantu negara-negara yang terkena dampak kemungkinan tsunami. Pemerintah India mengumumkan bantuan sebesar US$2 juta untuk para korban.[5] Australia mengumumkan akan memberikan bantuan darurat sebesar A$1 juta dan, atas permintaan Pemerintah Indonesia, mengirimkan tim dan peralatan medis Angkatan Pertahanan Australia ke Nias. Kapal Angkatan Laut Australia HMAS Kanimbla, yang baru saja meninggalkan Aceh, dikerahkan kembali ke wilayah tersebut dari Singapura. Sekitar pukul 09:30 (UTC) 2 April 2005, salah satu dari dua helikopter Sea King milik Kanimbla, Shark 02, jatuh di Pulau Nias saat membawa tenaga medis ke sebuah desa. Sembilan personel tewas, dan dua lainnya menderita luka-luka namun berhasil diselamatkan dari lokasi oleh helikopter lainnya. Kecelakaan itu terjadi satu hari sebelum kunjungan kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Australia, di mana ia dan Perdana Menteri Australia John Howard saling menyatakan duka atas kerugian yang dialami negara mereka. Angkatan Laut Amerika Serikat merespons gempa ini dengan mengerahkan USNS Mercy, kapal rumah sakit berkapasitas 100 tempat tidur, di lepas pantai Nias. Dampak di tempat lainnyaGetaran juga terasa di Malaysia, Singapura, Sri Lanka, dan Thailand. Tsunami yang kecil juga tercatat terjadi di Pulau Cocos milik Australia namun terletak dekat dengan Sumatra. Lihat pulaCatatan kaki
<ref> dengan nama "USGS2" yang didefinisikan di <references> tidak digunakan pada teks sebelumnya.Pranala luar
|