Scuderia Ferrari
Scuderia Ferrari S.p.A. (Italia: [skudeˈria ferˈraːri]) merupakan nama untuk Gestione Sportiva, salah satu divisi dari pabrikan mobil Ferrari yang bergerak di bidang balap mobil, khususnya Formula Satu.[3] Selain dalam bidang itu, Scuderia Ferrari dan Ferrari Corse juga melayani kebutuhan para pelanggan untuk mobil kategori jalan raya. Scuderia Ferrari merupakan bahasa Italia untuk "Istal/Kandang Ferrari".[4] Istilah dalam bahasa Inggris yang lebih terkenal adalah "Team Ferrari." Tim balap ini (beserta pabrikan mobil untuk kategori jalan rayanya) merupakan anak perusahaan dari FIAT Group yang juga membawahi klub sepak bola Juventus, dan pabrikan mobil Maserati.[5][6] Ferrari pertama kali berkompetisi di F1 pada musim 1948 dengan menggunakan mobil F1 pertama mereka, Tipo 125 F1. Hal ini membuat Ferrari menjadi tim tertua dan paling sukses yang berlaga di kompetisi jet darat.[7] Pembalap mereka saat ini adalah Charles Leclerc dan Carlos Sainz, Jr.. Masa jaya Ferrari adalah pada periode tahun 2000-2004, yang saat itu diperkuat oleh legenda hidup F1 asal Jerman, yaitu Michael "Schumi" Schumacher.[8] Presiden Ferrari saat ini adalah John Elkann, dengan team principal Frédéric Vasseur.[9] Tim ini dijuluki sebagai "tim kuda jingkrak", dan di Italia, tim ini sudah seperti agama, yaitu tak memandang bulu dari mana mereka berasal, apakah dari Roma, Milan, atau Turin, semua hanya satu tujuan, yaitu demi kemenangan Ferrari.[10] Pembalap-pembalap terkenal seperti Alberto Ascari, Juan Manuel Fangio, Mike Hawthorn, Phil Hill, John Surtees, Niki Lauda, Jody Scheckter, sang legenda Michael "Schumi" Schumacher, hingga Kimi Räikkönen, berhasil meraih gelar juara dunia bersama dengan tim ini. Ferrari juga pernah diperkuat oleh Giuseppe "Nino" Farina, Jose Froilan Gonzalez, Gilles Villeneuve, Didier Pironi, Nigel Mansell, Alain Prost, Eddie Irvine, Rubens Barrichello, Felipe Massa, Fernando Alonso, hingga Sebastian Vettel, kendati mereka tidak berhasil meraih gelar juara dunia bersama dengan tim ini.[11] Awal mulaScuderia Ferrari didirikan oleh Enzo Ferrari pada akhir tahun 1929 sebagai sponsor untuk beberapa pembalap amatir dalam berbagai balapan. Enzo sendiri, yang juga menjadi pembalap pada saat itu menggunakan mobil produksi Costruzioni Meccaniche Nazionali (CMN) dan Alfa Romeo sebagai alat balapannya.[12] Ide pendirian tim Ferrari datang pada malam hari tanggal 16 November 1929 di kota Bologna, ketika Enzo pada saat itu bersantap malam bersama dengan dua bersaudara Caniato (Augusto Caniato dan Alfredo Caniato), dan pembalap Mario Tadini.[13] Mereka lantas memutuskan untuk membangun sebuah tim dengan mobil produksi Alfa Romeo. Enzo Ferrari lantas melanjutkan karier membalapnya dengan beragam kesuksesan sampai pada akhirnya putranya yang bernama Alfredo Ferrari (kemudian dikenal dengan nama Dino Ferrari) lahir pada tahun 1932.[14] Pada tahun itu jugalah, tim Ferrari mencoba peruntungannya di ajang balapan besar dengan turun di ajang 24 Hours of Le Mans dengan mobil Alfa Romeo 8C 2300 Spiders yang berjumlah dua buah, dan hasilnya cukup fantastis dengan raihan kemenangan 1-2.[15] Enzo Ferrari lantas menjadi manajer untuk beberapa pembalap dan juga menjadi pencari bibit-bibit baru pembalap muda dari kantornya di Viale Trento e Trieste, Modena, Italia, sampai dengan tahun 1938.[16] Saat itu, Alfa Romeo memutuskan untuk menarik Enzo sebagai manajer untuk divisi balapnya yang dinamakan Alfa Corse.[17] Pada tahun 1939, Enzo keluar dari Alfa sambil kemudian ia mendirikan perusahaan balapnya yang dinamakan Auto Avio Costruzioni Ferrari, dengan alat-alat bekas yang ia dapatkan dari perjanjian dirinya dengan Alfa. Lewat perjanjian itu, ia bisa mendapatkan sisa-sisa mobil Alfa Romeo yang tidak mengikuti balapan.[17] Selain menandatangani kontrak dengan Alfa, Ferrari juga bekerja sendiri untuk memperbesar tim balapnya, di mana Enzo lantas merancang the Tipo 815 (V8 1500cc) bersama Alberto Massimino, yang kemudian mobil ini dikenal sebagai mobil Ferrari pertama.[18] Tetapi, setelah Alberto Ascari dan Marchese Lotario Rangoni Machiavelli di Modena mengemudikan mobil tersebut dalam ajang 1940 Mille Miglia, Perang Dunia II memutus semua kegiatan balapan, dan mobil 815 terpaksa diistirahatkan. Ferrari lantas ganti haluan memproduksi alat-alat suku cadang mobil balap, dan pada tahun 1943, Enzo memindahkan markasnya ke Maranello, di mana pada tahun 1944, tempat tersebut sempat kejatuhan bom Perang Dunia II.[19] Peraturan untuk Grand Prix World Championship berubah sejak perang usai. Dan hal ini membuat Ferrari harus membuat lagi mobil baru, yang kemudian dinamakan Tipo 125 (V12, 1500cc), yang kemudian berhasil memenangi beberapa balapan. Mobil ini memulai debutnya di GP Italia 1948 dengan pembalap Raymond Sommer, dan meraih kemenangan perdananya di Circuito di Garda bersama dengan Giuseppe Farina.[20] Sejarah Formula Satu1950-an: Awal mula dan kesuksesan awalSecara resmi, Ferrari memulai debut di ajang Formula Satu pada Grand Prix Monako 1950 dengan mobil 125 F1, dan pembalap Alberto Ascari dan Gigi Villoresi.[21] Perusahaan ini kemudian mengganti mobilnya dengan seri 275 F1, 340 F1, dan 375 F1. Alfa Romeo mendominasi F1 musim 1950, dengan memenangi seluruh seri lomba. Ferrari sendiri mulai memenangi balapan F1 pada Grand Prix Inggris 1951, dengan pembalap José Froilán González.[22] Ferrari juga berhasil memenangi balapan 1950 dan 1951 di Mille Miglia. Sayangnya, Ascari pada saat itu malah menabrakkan mobilnya, dan membuat seorang dokter lokal terbunuh, dan menyebabkan Ferrari terkena diskualifikasi dari ajang tersebut.[23] Setelah Alfa Romeo pergi dari F1 pada akhir musim 1951 karena perbedaan pendapat tentang regulasi Formula Dua, Ferrari memperkenalkan mobil baru yang dinamai Ferrari Tipo 500, yang kemudian mendominasi musim 1952 dengan hasil gelar juara dunia untuk Ascari.[24] Di musim itu, Ferrari diperkuat oleh Nino Farina dan Piero Taruffi. Pada musim 1953, Ascari berhasil mempertahankan gelar juara dunianya, meski mendapat perlawanan yang ketat dari Juan Manuel Fangio yang mengendarai mobil Maserati.[25][26] Peluncuran World Sportscar Championship pada tahun 1953 membuat Enzo Ferrari tertarik untuk turun di balapan tersebut.[27] Ia lantas meluncurkan mobil V12 166 MM dan 250 MM, mobil bertenaga besar V12 290, 340, dan 375 MM, 315, 335, 410 S, mobil empat silinder 500, 625, 750, seri 860 Monzas, dan mobil V6 118 dan 121 LM. Dengan potensi kekuatan tersebut, Ferrari mendominasi WSC dengan memenangi gelar pada musim 1953, 1954, 1956, 1957, dan 1958.[28] Pada musim 1954, F1 membuat aturan baru dengan syarat mesin 2.5 liter. Ferrari yang menurunkan Tipo 625 dapat mengimbangi kekuatan Fangio dan Maserati, dan juga Mercedes-Benz W196 yang turun pada bulan Juli. Ferrari berhasil memenangi dua balapan, yaitu Grand Prix Inggris 1954 bersama dengan Jose Gonzalez[29] dan Grand Prix Spanyol 1954 bersama dengan Mike Hawthorn.[30] Pada musim F1 1955, Ferrari hanya mampu memenangi Grand Prix Monako saja bersama dengan pembalap asal Prancis, yaitu Maurice Trintignant.[31] Di musim 1955 juga, Ferrari harus mengalami masa pahit karena mereka saat itu terpaksa membeli sasis dari Lancia setelah kematian tragis Ascari. Juan Manuel Fangio, Peter Collins, dan Eugenio Castellotti membalap dengan Lancia-Ferrari D50 dan mereka mampu memenangi kejuaraan F1 musim 1956 dengan gelar juara dunia untuk Fangio.[32] Pada musim 1957, kejuaraan dunia konstruktor diperkenalkan, dan sayangnya Ferrari di musim tersebut kalah oleh Vanwall. Fangio kembali lagi ke Maserati. Ferrari masih menggunakan Lancia, dan gagal memenangi satu balapan pun. Pembalap Luigi Musso dan Alfonso de Portago bersama dengan Castellotti; Castellotti tewas pada saat ia sedang melakukan testing, dan kemudian Portago menabrak penonton di Mille Miglia, dan membunuh 12 penonton. Sebagai ganjarannya, Ferrari terkena denda akibat pembunuhan tidak sengaja.[33] Pada musim 1958, desainer Carlo Chiti masuk dan merancang mobil baru untuk Ferrari, yang dinamakan Ferrari 246 Dino (didedikasikan untuk kematian putra Enzo Ferrari).[34] Tim masih mempertahankan line-up pembalap Collins, Hawthorn, dan Musso. Ironisnya, Musso tewas dalam balapan GP Prancis 1958, dan Collins tewas dalam balapan GP Jerman 1958. Hawthorn lantas berhasil memenangi gelar juara dunia tahun 1958.[35][36] Pada musim berikutnya, Ferrari mendatangkan Tony Brooks, Jean Behra, Phil Hill, Dan Gurney, dan Cliff Allison.[37] Akan tetapi, tim tidak mampu menjalani musim dengan baik. Behra dipecat setelah ia meninju manajer tim Romolo Tavoni. Brooks tampil luar biasa dalam beberapa balapan, tetapi ia kalah dalam balapan terakhir oleh Jack Brabham dengan mobil Cooper bermesin belakang.[38] 1960-an: Kesuksesan bersama dengan Phil Hill dan John SurteesMusim 1960 berjalan dengan sedikit optimisme bagi Ferrari setelah sebelumnya gagal di musim 1959. Ferrari mempertahankan Phil Hill dan Cliff Allison, dan mereka juga mendatangkan Wolfgang von Trips dan kemudian Willy Mairesse ketika musim berjalan, dan ditambah lagi dengan kedatangan Richie Ginther,[39] yang menjadi pengetes mobil Ferrari pertama bermesin belakang. Apesnya, Allison mengalami kecelakaan dalam sebuah testing dan tim lagi-lagi gagal memenangi satu balapan pun. Sebuah Ferrari kemudian mampu memenangi 24 Hours of Le Mans, tetapi itupun melalui bantuan dua pembalap yaitu Paul Frere dan Olivier Gendebien.[40] Pada musim 1961, dengan regulasi baru untuk 1.500 cm³, Ferrari mempertahankan Hill, von Trips, dan Ginther, dan meluncurkan mobil baru karya Chiti, yaitu Ferrari 156, yang berbasis dari mobil F2 tahun 1960 yang sangat dominan. Dua pembalap Ferrari, yaitu Hill dan Von Trips, bersaing memperebutkan kejuaraan dunia. Giancarlo Baghetti bergabung di pertengahan musim, dan menjadi satu-satunya pembalap F1 sampai saat ini yang mampu memenangi lomba di debut balapannya (yaitu di GP Prancis 1961).[41] Tetapi di akhir musim, von Trips mengalami kecelakaan di GP Italia, dan tewas beserta selusin tifosi.[42] Hill memenangi gelar juara dunia, Ferrari juga menang lagi di Le Mans dengan kombinasi Olivier Gendebien dan Phil Hill.[43] Di akhir musim 1961, dengan keluarnya Carlo Chiti dan manajer Romolo Tavoni yang membuat tim balap mereka sendiri, yaitu ATS, Ferrari lantas mempromosikan Mauro Forghieri sebagai direktur balap dan Eugenio Dragoni sebagai manajer tim.[44] Pada musim 1962, Hill dan Baghetti bertahan bersama dengan dua pembalap baru, yaitu Ricardo Rodriguez dan Lorenzo Bandini. Tim menggunakan mobil tahun 1961 dikarenakan Forghieri masih sibuk membenahi desain mobil barunya. Tim kembali lagi gagal memenangi lomba. Tetapi lagi-lagi berhasil menang di Le Mans dengan kombinasi Hill dan Gendebien.[43] Ferrari kemudian menjalankan mobil 156 yang ringan dan kecil untuk musim F1 1963, kali ini kombinasi pembalapnya adalah Bandini, John Surtees, Willy Mairesse, dan Ludovico Scarfiotti. Surtees berhasil memenangi GP Jerman 1963, dengan kecelakaan parah yang menyebabkan Mairesse tidak dapat melanjutkan karier balapnya.[45] Gagal di ajang F1, lain dengan di ajang Le Mans, di mana lagi-lagi Ferrari mampu memenangi balapan Le Mans, kali ini dengan kombinasi Bandini dan Scarfiotti.[46] Model baru dari mobil 158 kemudian datang di pertengahan musim 1963, dan dikembangkan untuk musim 1964 dengan mesin V8 karya Angelo Bellei. Kali ini, Surtess dan Bandini bergabung bersama debutan Pedro Rodriguez. Surtess berhasil memenangi dua balapan dan Bandini satu. Ferrari pada saat itu lebih lamban ketimbang Lotus milik Jim Clark, tetapi sangat kuat dalam hal reliabilitas, dan akhirnya mengantarkan Surtess menjadi juara dunia.[47] Di dua balapan terakhir di Amerika Utara, Ferrari mengikuti balapan dengan nama NART dan warna biru putih.[48] Di ajang Le Mans, Ferrari kembali perkasa dengan memenangi Le Mans melalui pembalap Jean Guichet dan Nino Vaccarella.[49] Pada musim F1 1965, Ferrari mengembangkan dua jenis mesin, yaitu V8 yang sama dengan tahun sebelumnya, dan V12 yang diperlombakan di seri-seri akhir untuk menghadapi musim 1966. Sayangnya, mereka gagal memenangi satu lomba pun selama musim berjalan.[50] Namun, di Le Mans, Ferrari kembali berjaya dengan menjadi juara enam tahun berturut-turut, dan sekaligus pula menjadi kemenangan Ferrari terakhir di ajang Le Mans 24 Jam.[51] Pada musim 1966, sesuai dengan peraturan baru, Ferrari 312 milik Surtess dilengkapi dengan mesin 3000cc V12.[52] Sementara itu, Bandini membalap di Seri Tasman 2.4 L V6. Surtess lantas berhasil memenangi balapan di Belgia, tetapi ia berselisih paham dengan Eugenio Dragoni, dan kemudian ia dipecat dan posisinya digantikan oleh Mike Parkes.[53] Di sisi lain, Scarfiotti berhasil memenangi balapan GP Italia dengan mobil 36-valve engine.[54] Pada musim 1967, tim Ferrari memecat Dragoni dan menggantinya dengan Franco Lini. Chris Amon juga masuk menemani Bandini. Di GP Monako, Bandini mengalami kecelakaan hebat, dan ia meninggal dunia beberapa hari kemudian.[55] Ferrari lantas tetap mempertahankan pasangan Mike Parkes dan Scarfiotti, tetapi Parkes mengalami kecelakaan di GP Belgia, dan Scarfiotti yang ketakutan setelah menyaksikan kecelakaan Parkes lantas memutuskan untuk beristirahat sementara dari arena balap mobil.[56] Pada musim 1968, Jacky Ickx masuk ke tim, dan berhasil membawa tim memenangi balapan di Prancis dan posisi podium di beberapa balapan lain,[57] dan membuatnya masuk ke dalam daftar kandidat juara dunia, sampai ia mengalami kecelakaan di Kanada.[58] Chris Amon kemudian memimpin jalannya beberapa balapan, yang sayangnya selalu saja gagal untuk ia menangi.[59] Di akhir musim, manajer Franco Lini berhenti dan Ickx pindah ke tim Brabham. Di musim panas 1968, Ferrari mengumumkan bahwa mereka akan melebur ke dalam grup otomotif FIAT. Dasar alasan peleburan ini adalah karena Enzo merasa kesulitan dalam membiayai biaya balapan yang semakin membengkak.[60] Deal Ferrari dan FIAT dilakukan di pertengahan tahun 1969, dan meski demikian, Ferrari tetap turun penuh di musim balapan tahun tersebut. Kali ini, Chris Amon ditemani oleh Pedro Rodriguez, dan pada akhir tahun, Amon kemudian memilih untuk hengkang dari tim. 1970-an: Era Niki Lauda dan Jody ScheckterPada tahun 1970, Ickx kembali lagi ke Ferrari, dan ia berhasil memenangi balapan di Austria,[61] Kanada,[62][63] dan Meksiko,[64] sehingga menempatkan ia di posisi kedua klasemen akhir Kejuaraan Dunia pembalap tahun tersebut. Era dasawarsa 1970-an menjadi dekade terakhir Ferrari berkompetisi di ajang sports car. Dengan diawali performa buruk mobil F1 Ferrari tahun 1973, Enzo lantas memutus segala urusan pengembangan Ferrari di ajang sports car.[65] Saat itu juga, Enzo sebenarnya sempat melontarkan pernyataan bahwa ia juga akan menarik keluar Ferrari dari F1, namun pernyataan itu belakangan ia cabut kembali.[66] Setelah tiga tahun gagal dan sial, Ferrari mengontrak Niki Lauda pada tahun 1974, dan setahun kemudian, Lauda berhasil menjadi juara dunia dengan mobil Ferrari 312T.[67] Pada musim 1976, Lauda juga nyaris saja mempertahankan gelar juara dunianya, kalau saja ia tidak terlibat kecelakaan hebat di GP Jerman.[68] Carlos Reutemann masuk menggantikan posisi Lauda untuk sementara waktu, dan Clay Regazzoni mengemudikan mobil lainnya,[69][70] Ferrari lantas turun dengan tiga mobil di GP Italia[71] setelah Lauda kembali. Ia lantas merebut gelar juara dunia keduanya di musim 1977, sebelum akhirnya hengkang di akhir musim.[72] Pada musim 1978, Ferrari diperkuat oleh pembalap muda Gilles Villeneuve (GV) menemani Carlos Reutemann. Jody Scheckter masuk menggantikan posisi Reutemann di GP Argentina 1979, dan di akhir musim, Scheckter berhasil memenangi gelar juara dunia, dengan GV di P2 klasemen akhir Kejuaraan Dunia pembalap.[73] 1980-an: Dekade suramDekade 1980-an merupakan dekade yang buruk bagi tim Ferrari. Diawali kecelakaan yang menewaskan GV di GP Belgia 1982,[74] dan kemudian disusul oleh Didier Pironi,[75] yang mengalami cedera hebat pasca kecelakaan di babak latihan GP Jerman.[76] Namun, dengan empat kemenangan yang berhasil diraih René Arnoux dan Patrick Tambay di musim 1983, akhirnya tim Ferrari berhasil meraup gelar juara dunia konstruktor.[77] Sebelumnya, di musim 1982, tim Ferrari pindah markas ke Maranello, yang dari sisi strategis sangat dekat dengan sirkuit tes mereka, yaitu Fiorano.[78] Pada tanggal 14 Agustus 1988, Enzo Ferrari meninggal dunia dalam usia 90 tahun. Setelah Enzo wafat, FIAT menjadi penguasa Ferrari dengan saham 90%. Seminggu setelah Enzo wafat, Gerhard Berger dan Michele Alboreto secara mengejutkan berhasil memenangi GP Italia,[79] di tengah musim yang didominasi oleh tim McLaren tersebut, tampaknya kemenangan di Italia memang sudah ditakdirkan untuk tim Ferrari, dengan kejadian kerusakan mesin mobil untuk Alain Prost, dan Ayrton Senna yang malah menabrak backmarker Jean-Louis Schlesser (Williams) pada saat ia sedang asyik memimpin jalannya balapan.[80] 1990-an: Reformasi oleh Michael SchumacherPada tahun 1990, Alain Prost membalap untuk tim Ferrari bersama dengan Nigel Mansell.[81] Prost berhasil memenangi lima lomba, dan berpeluang merebut gelar juara dunia kalau saja ia tidak diseruduk oleh Ayrton Senna di GP Jepang. Akibat kegagalan memenangi lomba satu pun di musim 1991, Alain Prost frustrasi dan mengatakan bahwa mobil Ferrari tunggangannya tidak lebih baik daripada truk,[82] sebagai ganjarannya, Prost kemudian dipecat sebelum balapan akhir musim di Adelaide.[83] Gerhard Berger dan Jean Alesi masuk untuk musim 1994 dan 1995. Kegagalan tim Ferrari di lima tahun awal dekade 1990-an adalah karena mereka ngotot memakai mesin V12, pada saat tim-tim lain sudah mulai menggunakan mesin V10. Pada musim 1996, tim Ferrari mendatangkan seorang bintang asal Jerman, yaitu Michael Schumacher, dan setelah itu, berturut-turut datang juga Ross Brawn, Rory Byrne,[84] dan Jean Todt, yang sudah menangani tim Ferrari sejak pertengahan musim 1993. Mereka berempat kemudian menjadi penyelamat tim Ferrari,[85] dengan mengantarkan tim besar yang sedang sakit tersebut menjuarai tiga balapan di musim 1996. Bahkan, Schumi juga sempat masuk kandidat juara dunia 1997, sebelum akhirnya kandas setelah menyenggol mobil Jacques Villeneuve di balapan terakhir di Jerez, dan kemudian Schumi didiskualifikasi karena aksi berbahayanya itu.[86][87][88] Pada musim 1998, tim Ferrari dan Schumi tetap jadi penantang serius untuk gelar juara dunia, tetapi lagi-lagi mereka gagal di balapan terakhir, yang kali ini digelar di Jepang. Di musim 1999, Schumi mengalami patah kaki akibat kecelakaan di Silverstone.[89] Posisinya kemudian digantikan oleh Mika Salo. Eddie Irvine nyaris saja menjadi juara dunia 1999, sebelum akhirnya lagi-lagi gagal di balapan terakhir.[90] Meskipun begitu, tim Ferrari sukses menjadi juara dunia konstruktor di akhir musim 1999.[91] 2000-an: Kembali ke jalur juaraMasa penantian tim Ferrari selama 21 tahun untuk meraih gelar juara dunia pembalap akhirnya terbayar di musim 2000. Schumi kali ini ditemani oleh Rubens Barrichello. Lawan berat bagi Schumi adalah Mika Häkkinen dari tim McLaren. Schumi berhasil merebut gelar juara dunia ketiganya di Jepang, pada saat ia mengalahkan Mika dengan kunci strategi pit yang bagus dari Ross Brawn.[92] Rekan setimnya, yaitu Barrichello, menjadi penyelamat di beberapa balapan bagi Schumi, seperti pada saat ia finis di posisi ketiga di Austria, dan kemenangan balapan pertamanya di Jerman.[93] Pada musim 2001, tim Ferrari masih tetap kuat, dengan Schumi masih mempertahankan gelar juara dunianya, dan Barrichello menempati P3 klasemen akhir Kejuaraan Dunia pembalap. Sejarah kemudian di cetak oleh Schumi di GP Belgia, pada saat Schumi mencatatkan diri sebagai pemenang rekor kemenangan terbanyak dengan 52 kali menang, memecahkan rekor sebelumnya atas nama Alain Prost dengan raihan 51 kemenangan.[94][95] Tahun 2002 adalah tahun super bagi Ferrari. Mereka berhasil memenangi 15 dari 17 lomba (11 untuk Schumi, 4 untuk Barrichello). Bahkan gelar juara dunia bagi Schumi pun datang dengan cepat, karena pada saat musim balap masih menyisakan enam seri lagi, Schumi telah pasti sebagai juara dunia di Prancis.[96] Namun, di musim itu juga, tim Ferrari harus menganggung malu. Akibat skandal team order di GP Austria, tim Ferrari dihukum denda 1 juta dollar AS, bahkan Schumi pun menjadi cemoohan oleh pihak media dan fans.[97][98] Pada musim 2003, dengan diawali start yang buruk dari tim,[99][100][101] Schumi berhasil bangkit di balapan keempat di San Marino, di mana pada saat yang bersamaan, ibu Schumi, yaitu Elizabeth, meninggal dunia. Schumi berhasil menang di San Marino, dan kemenangannya tersebut didedikasikan untuk sang bunda. Sepanjang musim 2003, lawan terberat Schumi adalah Kimi Räikkönen. Bahkan, andaikan saja Eddie Jordan/Giancarlo Fisichella tidak memprotes hasil balapan di Brasil,[102] dan Rubens Barrichello tidak menang secara dominan di Jepang, maka hampir bisa dipastikan Räikkönen akan menjadi juara dunia.[103][104] Musim 2004 adalah ulangan dari musim 2002, karena tim Ferrari lagi-lagi berhasil memenangi 15 dari 18 lomba. Mereka hanya kalah di Monako, Belgia, dan Brasil. Michael Schumacher sendiri berhasil mempertajam rekornya menjadi tujuh kali juara dunia.[105] Tahun 2005 menjadi tahun revolusi bagi tim Ferrari. Akibat kegagalan Bridgestone menyediakan ban yang bagus untuk tim Ferrari, sepanjang musim 2005 Schumi hanya mampu menunjukan performa seadanya. Ia memang berhasil menang di AS, tetapi itu pun karena seluruh mobil yang memakai ban Michelin mundur dari balapan.[106] Pada musim 2006, dengan regulasi ban yang dikembalikan ke regulasi tahun 2004 dan sebelumnya,[107] tim Ferrari kalah tipis dari Fernando Alonso dan tim Renault. Schumi bisa saja merebut gelar juara dunia, kalau saja mesin mobil Ferrarinya tidak meledak di Jepang. Di akhir musim, Schumi mengumumkan pengunduran dirinya dari ajang F1, dan posisinya di tim Ferrari akan digantikan oleh Kimi Räikkönen[108][109] yang akan menemani Felipe Massa. Perang saudara di tim McLaren pada musim 2007 antara Fernando Alonso dan Lewis Hamilton di beberapa balapan menjelang akhir musim berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh Kimi Räikkönen, yang pada akhirnya berhasil merebut gelar juara dunia di balapan pamungkas di GP Brasil.[110] Di musim itu pula, tim Ferrari dan McLaren sempat bersitegang soal gambar rancangan mobil F2007 yang berada di tangan Mike Coughlan dari tim McLaren.[111] Diselidiki, ternyata baik Mike Coughlan dan Nigel Stepney[112][113] dari tim Ferrari mencoba bersekongkol. Dicurigai juga ada pihak ketiga di luar tim Ferrari dan McLaren yang mencoba memperkeruh suasana, karena pada bulan Juli 2007, Stepney dan Coughlan sempat dihubungi oleh pihak Honda seputar lowongan kerja untuk musim 2008.[114] Sebagai hukumannya, tim McLaren harus rela didiskualifikasi dari Kejuaraan Dunia Konstruktor musim 2007[115] meskipun Fernando Alonso dan Lewis Hamilton masih diperbolehkan untuk bertarung memperebutkan gelar juara dunia pembalap. Pada musim balap 2008, penampilan Räikkönen sebagai juara dunia bertahan memburuk, di tengah hebatnya performa Felipe Massa yang luar biasa sepanjang musim 2008, di mana ia kalah tipis secara dramatis dalam perebutan gelar juara pembalap dari Lewis Hamilton di balapan penutup musim di Brasil.[116][117] Pada musim 2009, tim Ferrari kembali lagi tampil buruk. Kecelakaan hebat yang menimpa Felipe Massa di Hungaria menyebabkannya harus absen sampai dengan akhir musim.[118] Posisinya digantikan oleh Luca Badoer dan kemudian Giancarlo Fisichella.[119][120] Tiga hari setelah GP Singapura, tim Ferrari mengumumkan bahwa kontrak Kimi di tim Ferrari untuk musim 2010 akan diputus. Posisi Kimi di tim Ferrari digantikan oleh pembalap asal Spanyol yang telah menjadi juara dunia dua kali yang sebenarnya telah diincar oleh tim Ferrari sejak musim 2004, yaitu Fernando Alonso.[121] Felipe Massa sendiri dipastikan kembali di musim 2010. 2010-an: Era Fernando Alonso dan Sebastian VettelTim Ferrari tampil dengan tim beraroma Latin penuh di musim 2010. Fernando Alonso (Spanyol) berpasangan dengan Felipe Massa (Brasil).[122] Tampil meyakinkan di balapan seri pembuka di Bahrain dengan finis 1-2, tim Ferrari ternyata malah tampil kedodoran sampai dengan pertengahan musim. Pada pertengahan musim 2010, tim Ferrari mendatangkan mantan orang tim McLaren, yaitu Pat Fry, untuk memperkuat barisan teknik mereka untuk menghadapi musim F1 tahun 2011.[123] Pada pertengahan musim 2010, tim Ferrari akhirnya mampu menang balapan kembali di GP Jerman, dengan posisi 1-2 untuk Fernando Alonso dan Felipe Massa, walaupun sedikit terbilang kontroversial, karena Massa memberikan posisi terdepannya untuk Alonso.[124] Selanjutnya, tiga kemenangan lain berhasil diraih oleh tim Ferrari di Italia, Singapura, dan Korsel melalui tangan Fernando Alonso. Tim Ferrari yang sebelumnya terpuruk di musim 2009 akhirnya berangsur-angsur bangkit dan berhasil finis di P3 klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor musim 2010. Sementara itu, Fernando Alonso berhasil finis sebagai runner-up di klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap, dengan raihan 252 poin. Pada awal tahun 2011, tim Ferrari kemudian melakukan pergantian kru pada tim manajemen mereka. Posisi Chris Dyer (orang yang bertanggung jawab atas strategi yang salah di GP Abu Dhabi[125]) digantikan oleh Pat Fry.[126] Sementara itu, Neil Martin didatangkan dari tim Red Bull Racing untuk membantu Fry menangani strategi lomba.[127] Meskipun tampil menjanjikan selama sesi testing pra musim, tim Ferrari harus mengawali musim 2011 dengan buruk, dan mereka baru bisa meraih podium pertama mereka di Turki.[128] Sebagai akibat kegagalan ini, tim kemudian merombak sebagian divisi tekniknya dengan Aldo Costa yang digantikan oleh Pat Fry. Hasilnya terlihat positif saat Fernando Alonso akhirnya mampu memenangi lomba di Inggris.[129] Memasuki akhir musim 2011, tim Ferrari menjanjikan akan membuat mobil inovatif untuk musim 2012. Salah satu langkah mengejutkan yang diambil oleh tim Ferrari adalah dengan menarik kembali Rory Byrne sebagai konsultan aerodinamika untuk membantu Pat Fry dan Nicholas Tombazis merancang mobil tahun 2012. Musim 2012 diawali oleh tim Ferrari dengan baik lewat kemenangan mendadak di Malaysia melalui Fernando Alonso di atas lintasan basah, dengan fakta bahwa mobil Ferrari F2012 ternyata bukanlah mobil tercepat di atas grid.[130] Tim Ferrari kemudian membawa sejumlah perbaikan pada mobil mereka, yang hasil nyatanya terlihat jelas saat Alonso berhasil memenangi balapan di Eropa dan Jerman.[131] Di akhir musim, Alonso finis di peringkat kedua di klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap di bawah Sebastian Vettel.[132] Pada musim 2013, Alonso berhasil meraih dua kemenangan di awal musim, yaitu di Tiongkok dan Spanyol. Pada bulan September, tim Ferrari mengumumkan beberapa perubahan untuk musim 2014. Mereka menarik James Allison dari tim Lotus sebagai direktur teknik sasis[133], dan kemudian merekrut kembali Kimi Räikkönen sebagai pembalap selama dua musim, mulai dari musim 2014.[134] Felipe Massa yang sudah bergabung bersama dengan tim Ferrari sejak tahun 2006 hengkang.[135] Tim Ferrari lantas menjalani awal musim 2014 dengan buruk, yang kemudian membuat Stefano Domenicali mengundurkan diri dari jabatan prinsipal tim. Posisinya kemudian diisi oleh Kepala Ferrari Divisi Amerika Utara, yaitu Marco Mattiacci.[136][137] Pada musim 2014 ini, tim Ferrari untuk kali pertama sejak musim 1993 gagal memenangi satu lomba selama musim berjalan. Beberapa tokoh tim Ferrari hengkang di musim ini, di antaranya Luca Montezemolo dan Fernando Alonso. Mereka masing-masing diganti oleh Sergio Marchionne dan Sebastian Vettel.[138] Marchionne lantas mengganti lagi posisi prinsipal tim, kali ini dengan direktur independen Juventus, yaitu Maurizio Arrivabene. Pada musim 2015, tim Ferrari yang tampil dengan wajah baru berhasil bangkit dan meraih tiga kemenangan lomba, yaitu di Malaysia, Hungaria, dan Singapura, yang kesemuanya diborong oleh Sebastian Vettel. Pada bulan Juli, salah satu pembalap binaan akademi Ferrari, yaitu Jules Bianchi, yang sebelumnya digadang-gadang akan menggantikan posisi Räikkönen, meninggal dunia sebagai akibat efek dari kecelakaan parah yang dialami olehnya di Grand Prix Jepang 2014, pada saat masih membalap di tim Manor Marussia.[139][140] Tim Ferrari berhasil finis di peringkat kedua di klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor musim 2015, dan Vettel finis di peringkat ketiga di klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap di belakang dua pembalap Mercedes. Musim 2016 merupakan pengulangan dari musim 2014, dengan tim yang gagal mengantongi satu kemenangan pun selama musim berjalan.[141] Meski demikian, Marchionne masih mempercayakan kursi pembalap Ferrari kepada Vettel dan Räikkönen untuk musim 2017. Prestasi tim di musim 2016 adalah peringkat ketiga klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor. Pada musim 2017, tim Ferrari kembali bangkit dan menjadi penantang serius gelar melawan tim Mercedes. Vettel berhasil memenangi lima lomba di musim 2017, yaitu di Australia, Bahrain, Monako, Hungaria, dan Brasil. Tim Ferrari juga mencatatkan dua kali finis 1-2 pada saat lomba, dengan Räikkönen yang menduduki posisi kedua di belakang Vettel di Monako dan Hungaria.[142] Sayangnya, penampilan tim Ferrari seolah melempem begitu memasuki lomba-lomba akhir musim yang digelar di benua Asia, dengan rentetan masalah yang menimpa mereka, yaitu insiden tabrakan sesama rekan setim selepas start di Singapura,[143] masalah mesin di Malaysia, dan masalah busi di Jepang, yang kemudian membuat tim Mercedes berhasil membalikkan keadaan, dan membantu Lewis Hamilton meraih gelar juara dunia di musim tersebut.[144] Vettel harus puas finis di urutan kedua klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap, meski sempat memimpin dari awal musim sampai dengan lomba di Belgia. Pada bulan Agustus, tim Ferrari mengumumkan perpanjangan kontrak Vettel sampai dengan akhir musim 2020, dan Räikkönen sampai dengan akhir musim 2018. Pada musim 2018, tim Ferrari kembali menjadi salah satu kandidat kuat juara musim dengan tampil baik di paruh pertama musim.[145] Sebastian Vettel sempat memimpin klasemen sampai dengan lomba Grand Prix Jerman, yang kemudian menjadi awal titik balik pada saat Vettel tergelincir dari lomba.[146] Selanjutnya, beberapa kesalahan pribadi dari Vettel saat lomba membuat peluangnya kembali sirna untuk bisa meraih gelar dunia. Kimi Räikkönen sendiri mampu mengakhiri puasa kemenangan dengan memenangi lomba di GP AS, tetapi di akhir musim, tim Ferrari memutuskan bahwa kontrak Kimi tidak akan diperpanjang untuk musim 2019, dan posisinya akan digantikan oleh Charles Leclerc.[147][148] Pada tanggal 7 Januari 2019, tim Ferrari secara resmi mengumumkan bahwa posisi Maurizio Arrivabene telah digantikan oleh Mattia Binotto sebagai kepala tim untuk musim 2019.[1] Di Grand Prix Belgia 2019, Leclerc berhasil meraih posisi pole ketiganya di musim ini bersama dengan rekan setimnya, yaitu Sebastian Vettel, di posisi ke-2—penguncian baris depan tim Ferrari yang kedua di musim ini. Selama balapan, Leclerc menangkis serangan dari pembalap Mercedes, yaitu Lewis Hamilton, untuk mencatat kemenangan perdananya di Grand Prix. Di Grand Prix Italia, Leclerc berhasil memenangkan balapan dari posisi pole setelah mempertahankan posisinya dari kedua pembalap Mercedes, dan menjadi pembalap Ferrari yang pertama yang berhasil menang di Monza sejak Fernando Alonso menang di sana untuk tim di Grand Prix Italia 2010 di depan para tifosi. Sebastian Vettel berhasil memenangkan Grand Prix Singapura 2019 dari rekan setimnya, yaitu Leclerc. Kemenangan itu tetap menjadi kemenangan yang terakhir bagi tim Ferrari di dalam ajang Formula 1, sampai Charles Leclerc berhasil memenangkan Grand Prix Bahrain 2022 pada putaran pembukaan musim, mengakhiri rekor 45 balapan tanpa kemenangan untuk tim.[149] 2020-an: Era Charles LeclercSebastian Vettel dan Charles Leclerc tetap dipertahankan untuk Kejuaraan Dunia Formula Satu musim 2020, di mana Leclerc dikontrak untuk membalap untuk tim hingga musim 2024, dan Vettel meninggalkan tim pada akhir tahun 2020, dan bergabung bersama dengan Tim F1 Aston Martin untuk Kejuaraan Dunia Formula Satu musim 2021.[150][151] Carlos Sainz Jr. bergabung bersama dengan tim dari musim 2021 sebagai pengganti Vettel, yang berasal dari tim McLaren.[152] Pada bulan Agustus 2020, Scuderia menandatangani Perjanjian Concorde yang baru untuk berkompetisi di dalam ajang Kejuaraan Dunia Formula 1 dari musim 2021 hingga musim 2025, yang juga bertepatan dengan perubahan peraturan baru, sambil juga mengekspresikan sinonim dan komitmen mereka dengan olahraga bermotor tersebut.[153] Grand Prix Toskana 2020 menandai awal Grand Prix yang ke-1.000 bagi tim Ferrari sebagai sebuah konstruktor penuh. Tim Ferrari menyelesaikan musim ini di tempat ke-6 di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor, yang merupakan hasil akhir yang terburuk untuk mereka sejak musim 1980.[154] Di Grand Prix Abu Dhabi 2020, Kepala Tim Ferrari, yaitu Mattia Binotto, secara resmi mengumumkan nama mobil untuk musim 2021, yaitu Ferrari SF21, dengan menggunakan sasis musim 2020, yaitu Ferrari SF1000, dengan sasis baru desain aerodinamis untuk menghasilkan lebih sedikit hambatan dan powertrain baru untuk lebih banyak tenaga kuda.[155] Meskipun tidak berhasil mencetak satu kemenangan pun dengan sasis SF21, namun tim Ferrari berhasil finis di urutan ketiga di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor, naik tiga posisi lebih baik ketimbang hasil akhir dari musim sebelumnya. Untuk musim 2022, tim menggunakan mobil Ferrari F1-75, yang merayakan hari jadi yang ke-75 dari mobil produksi pertama Ferrari.[156] Sasis F1-75 ini berhasil membawa tim Ferrari memenangkan balapan pertama mereka di musim 2022 di Bahrain di bawah Leclerc, yang merupakan kemenangan yang pertama sejak musim 2019.[157][158] Untuk paruh pertama Kejuaraan Dunia musim 2022, tim Ferrari terlihat kembali lagi ke performa terbaiknya setelah menjalani dua musim penuh tanpa kemenangan selama dua tahun terakhir, dan menunjukkan hasil yang konsisten. Namun, serangkaian kesalahan strategi[159][160] dan kegagalan mekanis[161] segera terjadi, dan di Prancis, Leclerc, karena kesalahan pembalap, berputar dan menabrak dinding pembatas ban. Dia kemudian tersingkir dari lomba tersebut, dan mengunci tim Ferrari dari tempat pertama di dalam klasemen sementara Kejuaraan Dunia Konstruktor.[162] Tim Ferrari kemudian finis di posisi kedua di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Konstruktor, dengan Leclerc yang finis di urutan kedua, dan Sainz di urutan kelima di dalam klasemen akhir Kejuaraan Dunia Pembalap. Tim Ferrari pergi ke musim 2023 dengan menggunakan mobil Ferrari SF-23, yang kemudian tersingkir di Bahrain, dengan Leclerc yang, setelah start dari posisi ketiga, melaporkan adanya kerusakan mekanis pada mobilnya, dan Sainz membawa mobil ini ke garis finis untuk finis di urutan keempat.[163] Serba-serbi timLogoLogo Ferrari yang bernama (dalam bahasa Italia) "Cavallino rampante" (alias rampant little horse), yang merupakan sebuah kuda jantan sedang berjingkrak dalam area warna kuning. Logo ini konon diambil Enzo Ferrari dari logo resmi kota Stuttgart, Jerman, yang merupakan rumah dari Porsche yang dulu sempat menjadi rival abadi Ferrari.[164] Gambar kuda yang muncul dalam logo Ferrari merupakan ciri khas dari Francesco Baracca, seorang pilot Perang Dunia I yang tewas dalam perang tersebut. Ibu Baracca lantas menyerahkan gambar kuda tersebut pada Enzo setelah Baracca meninggal. Enzo lantas mengabadikannya sebagai logo untuk tim balapnya, dengan ditambahkan sebuah area perisai berwarna kuning, yang merupakan warna khas kota Modena, dengan huruf S dan F yang menandakan inisial Scuderia Ferrari. Rampate sendiri dalam bahasa Italia berarti ketangguhan dari singa dan kuda. Simbol dari kekuatan, vitalitas, dan tenaga.[165] Kantor pusatTim Scuderia Ferrari berbasis di kota Maranello, Italia, 18 km dari kota Modena, bersebelahan dengan pabrik mobil jalan rayanya. Enzo Ferrari lahir di kota ini, dan menghabiskan masa remajanya di kota tersebut.[166] Selain markas di Maranello, tim Ferrari juga memiliki sebuah sirkuit tes pribadi, yaitu Fiorano, yang dibangun sejak tahun 1972, dan sampai saat ini masih tetap digunakan sebagai tempat tes, baik untuk mobil jalanan, ataupun untuk mobil balap.[167] Modena sendiri merupakan sebuah kota di region Emilia-Romagna di Italia. Balapan Grand Prix Italia di Sirkuit Monza, Milano, merupakan balapan kandang bagi tim Ferrari. Oleh karena itu, setiap kali balapan F1 digelar di sana, seluruh fans Ferrari dari seantero Italia (yang kerap disebut sebagai "tifosi") datang memenuhi sirkuit, dan mereka kerap membuat fans-fans tim lain ketakutan atau terlibat dalam kerusuhan layaknya pendukung sepak bola dengan beragam aksi dan tindakan-tindakan fanatisme yang tidak ada tandingannya di negara-negara lain.[10] Selain Monza, Ferrari juga memiliki penuh Sirkuit Mugello (yang pada saat ini sedang digunakan sebagai tempat berlangsungnya balapan MotoGP Italia),[168] dan Autodromo Internazionale Dino e Enzo Ferrari (Imola) di dekat kota Bologna yang sempat menjadi tuan rumah Grand Prix San Marino sampai dengan tahun 2006. Kedua sirkuit tadi kerap digunakan oleh Ferrari sebagai tempat tes pribadi untuk mobil F1 mereka.[169] Peran sebagai pemasok mesinFerrari merupakan satu-satunya tim yang membuat mesin untuk mobil mereka sendiri di ajang Formula Satu sejak pertama kali ikut serta di ajang F1 pada 1950. Mereka juga menyediakan pasokan mesin untuk tim lain yaitu untuk Minardi (1991), BMS Scuderia Italia SpA (1992-1993), Sauber (1997-2005 dengan mesin berlabel 'Petronas' dan 2010-sekarang[170]), Prost Grand Prix (2001, mesin berlabel 'Acer'), Red Bull Racing (2006), Spyker (2007), Scuderia Toro Rosso (2007-2013 dan 2016), Force India (2008), Marussia (2014-2015), serta yang terakhir adalah Haas (sejak musim 2016).[171] Hubungan dengan badan pengawasFerrari tidak ikut lomba Grand Prix Inggris 1950 karena adanya perbedaan pendapat dengan panitia lomba terkait "uang start balapan".[172] Di dekade 1960-an, Ferrari beberapa kali menarik diri dari perlombaan dalam rangka aksi "protes dan serangan".[48] Pada tahun 1987, Ferrari mempertimbangkan mengundurkan diri dari arena F1 dan pindah ke ajang IndyCar.[173] Ancaman ini merupakan sebuah alat transaksi politik antara Ferrari dengan FIA agar regulasi F1 saat itu tidak berubah terkait pelarangan mesin V12. Taktik ini berhasil dan FIA kemudian membatalkan rencana pelarangan mesin V12. Ferrari bertahan di dalam ajang F1 dan membatalkan proyek IndyCar mereka, meski sebuah mobil IndyCar yang dinamakan Ferrari 637 sempat dirancang dan dibangun.[174] Pada tahun 2009, diketahui secara luas bahwa Ferrari memiliki sebuah hak veto istimewa untuk peraturan regulasi FIA.[175] Kontroversi team orderTeam order sering menjadi hal yang kontroversial sepanjang sejarah Ferrari di F1 Pada tahun 1982, di San Marino, dua mobil Ferrari berhasil memimpin dengan Gilles Villeneuve di depan Didier Pironi. Tim memberi perintah agar kedua mobil melambat untuk mengurangi risiko ke mobil, yang rupanya ditafsirkan secara berbeda oleh dua pembalap.[176] Villeneuve marah ketika Pironi menyalip dan memenangkan perlombaan. Kemarahan Villeneuve menegaskan apa yang ia lihat sebagai sebuah pengkhianatan oleh rekan setimnya sering dianggap menjadi faktor penyumbang kecelakaan fatal di babak kualifikasi pada balapan berikutnya yaitu di GP Belgia 1982.[177] Saat era Michael Schumacher di Ferrari, ia diberi perlakuan istimewa atas rekan satu timnya (Eddie Irvine, Rubens Barrichello dan Felipe Massa). Strategi ini sering tidak populer di mata penggemar olahraga dan tim-tim pesaing. Puncaknya adalah kejadian di GP Austria 2002 saat Barrichello yang memimpin hampir sebagian besar perlombaan diperintahkan untuk memberi jalan kepada Schumacher, yang ia lakukan di tikungan terakhir di lap terakhir.[97][98] Di GP Jerman 2010, Felipe Massa diinformasikan bahwa Fernando Alonso jauh lebih cepat dari dirinya, dan setelah dua kali pemberitahuan informasi ini, Massa mempersilakan Alonso melewatinya. Sekaligus menafsirkan bahwa ini adalah sebuah proses team order yang dari musim 2003–2010 dilarang di F1.[124] Hasilnya Alonso berhasil menang, dengan Massa yang finis kedua dan Sebastian Vettel ketiga. Ferrari didenda hukuman maksimum yang tersedia yaitu 100.000 dollar AS atas pelanggaran peraturan tersebut oleh para pengawas lomba di Jerman. Tim lantas dibawa ke dewan FIA World Motor Sport Council, di mana dewan menguatkan pandangan para pengawas lomba yang memberikan hukuman di Jerman, tetapi tidak mengambil tindakan lebih lanjut.[178][179] SponsorshipSejak tahun 1950 sampai awal tahun 1977, seluruh mobil F1 Ferrari sama sekali polos, alias tidak dipenuhi logo sponsor. Musim 1977 menjadi musim awal bagi sejarah sponsorship Ferrari, karena mereka saat itu disponsori oleh FIAT Group (yang telah menjadi pemilik Ferrari sejak 1969).[60] Sampai dekade 1980-an, hanya Magneti Marelli dan Agip yang setia menjadi sponsor Ferrari, itupun hanya dalam sebatas pemasok alat-alat teknis dan pemasok bahan bakar. Sponsor utamaTim Ferrari pertama kali disponsori oleh merek rokok Marlboro sejak musim 1984, di mana Marlboro juga menjadi sponsor bagi tim McLaren. Marlboro secara resmi menjadi sponsor utama Ferrari sejak musim 1997. Pada akhir 2005, Ferrari mengumumkan bahwa mereka telah memperpanjang kontrak sponsorship dengan Marlboro (Philip Morris) sampai musim 2011. Di saat itu juga, pelarangan semua bentuk sponsorship berbau rokok mulai diterapkan di Eropa, dan beberapa tim F1 memutuskan untuk mengakhiri kontrak sponsor mereka dengan pabrikan rokok (seperti McLaren dengan West dan Renault dengan Mild Seven). Diperkirakan setiap tahunnya, Ferrari mendapatkan suntikan dana segar sebesar 1 miliar dollar dari Marlboro. Pada bulan Juni 2011 diumumkan secara resmi bahwa Marlboro akan kembali menjadi sponsor tim Ferrari sampai akhir 2015. Selain Marlboro, Ferrari juga memiliki sponsor lain yang tidak kalah besarnya. Sejak musim 2010 seiring duduknya Fernando Alonso di kursi pembalap, Grupo Santander akan menjadi sponsor besar kedua Ferrari setelah Marlboro. Kesepakatan kontrak Ferrari dan Santander akan berlangsung selama lima musim.[180] Setiap tahunnya, Ferrari akan mendapatkan dana sebesar hampir 40 juta dollar. Pada Desember 2005, Vodafone mengumumkan bahwa mereka akan berhenti menjadi sponsor Ferrari karena tergiur dengan tawaran menjadi sponsor utama McLaren mulai tahun 2007. Inti dari mundurnya Vodafone sebagai sponsor Ferrari adalah karena Ferrari lebih mengistimewakan Marlboro sebagai sponsor utama dengan cara memperbanyak lahan stiker mereka di atas mobil.[181] Sebagai pengganti Vodafone, Ferrari lantas mengumumkan bahwa Alice akan menjadi sponsor Ferrari pada musim 2007 Sponsor lainPerusahaan-perusahaan lain yang juga saat ini menjadi sponsor Ferrari antara lain: Shell - Royal Dutch/Shell Group, Pirelli, Lenovo, Haas Automation (yang juga menjadi sponsor di tim Haas yang mesinnya dipasok Ferrari).[182] Sebagai bagian dari kesepakatan dengan Acer, Ferrari lantas memperbolehkan Acer untuk meluncurkan paket PC desktop dan laptop dengan logo resmi Ferrari. Perusahaan prosesor komputer terbesar kedua di dunia, AMD juga menjadi sponsor Ferrari dan sempat bekerja sama dengan Acer maupun Lenovo dengan meluncurkan produk-produk IT berlogo Ferrari.[183][184] Selain sponsor, Ferrari juga memiliki beberapa pemasok resmi, yaitu: Magneti Marelli, OMR, SKF, Europcar, Iveco, NGK, Puma, Tata Consultancy Services, Brembo, OZ Group, SELEX Communications dan Technogym.[182] Struktur timSkuad saat ini
Mantan personel tim
Pembalap-pembalap terkenalPencapaianRekor dan statistikSebagai tim dan juga konstruktor, Ferrari memiliki pencapaian sebagai berikut:[186][187]
Ferrari juga memiliki pencapaian lainnya yang tidak paralel di F1 dan memegang beberapa rekor penting yaitu:
Ferrari saat ini juga memegang rekor sebagai pabrikan mesin tersukses dalam sejarah F1 dengan total 236 kemenangan, termasuk kemenangan yang diraih Sebastian Vettel (Scuderia Toro Rosso) di GP Italia 2008 dan Giancarlo Baghetti (tim pelanggan independen) di GP Prancis 1961.[41][188] Gelar pembalap
Lihat pula
ReferensiCatatan kaki
Situs web
Daftar pustaka
Pranala luar
|