Irlandia Utara
Irlandia Utara (bahasa Irlandia: Tuaisceart Éireann, Skots Ulster: Norlin Airlann atau Norlin Airlan; bahasa Inggris: Northern Ireland) adalah salah satu negara konstituen atau bagian dari negara resmi Britania Raya.[12][13] Terletak di timur-laut Pulau Irlandia, Irlandia Utara berbagi perbatasan dengan Republik Irlandia di selatan dan barat. Menurut Sensus Britania Raya 2001, populasi Irlandia Utara adalah sebanyak 1.685.000 jiwa, yakni kira-kira 30% keseluruhan populasi pulau ini dan kira-kira 3% populasi Britania Raya. Di Irlandia Utara terdapat enam dari sembilan county yang dimiliki Provinsi Ulster. Irlandia Utara diciptakan sebagai bagian dari Perserikatan Kerajaan Britania Raya dan Irlandia Utara pada tanggal 3 Mei 1921 berdasarkan Undang-Undang Pemerintah Irlandia 1920,[14] meskipun akar konstitusionalnya ada pada Undang-Undang Penyatuan 1800 antara Britania Raya dan Irlandia. Selama lebih dari 50 tahun Irlandia Utara memiliki pemerintah dan parlemen sendiri yang terdevolusi. Lembaga-lembaga ini dibekukan sementara pada tahun 1972 dan dihapuskan pada tahun 1973. Upaya-upaya yang berulangkali untuk meletakkan kembali prinsip pemerintah-mandiri pada akhirnya menghasilkan Undang-Undang Irlandia Utara 1998 yang mengamanatkan pembentukan Eksekutif Irlandia Utara dan Majelis Irlandia Utara. Majelis ini bekerja menurut prinsip demokrasi konsosiasional yang memerlukan dukungan lintas komunitas. Irlandia Utara selama beberapa tahun menjadi tempat kekerasan dan konflik etnik-politik yang getir yang disebabkan oleh pemisahan antara kaum nasionalis, yang dominan Katolik Roma, dan kaum unionis, yang dominan Protestan, yang pernah menjadi keyakinan yang lazim. Kaum unionis ingin agar Irlandia Utara tetap menjadi bagian dari Britania Raya,[15] sementara kaum nasionalis ingin agar Irlandia Utara bersatu dengan bagian lain Pulau Irlandia di dalam Irlandia yang utuh secara geopolitik, terbebas dari kekuasaan Britania.[16][17][18][19] Sejak ditandatanganinya "Persetujuan Jumat Agung" pada tahun 1998, sebagian besar kelompok paramiliter yang terlibat dalam konflik etnik-politik telah menghentikan kampanye militer mereka. Memiliki sejarah sendiri yang unik, isu simbolisme, nama dan penjelasan tentang Irlandia Utara adalah kompleks, seperti halnya isu kewarganegaraan dan identitas. Secara umum, kaum unionis memandang diri sebagai orang Britania, sedangkan kaum nasionalis memandang diri sebagai orang Irlandia, meskipun kedua-dua identitas ini tidak selalu saling eksklusif. Selain itu, banyak orang dari kedua belah komunitas memandang mereka sebagai Orang Irlandia Utara.[20] SejarahWilayah yang saat ini dikenal sebagai Irlandia Utara dulunya telah lama dihuni oleh penduduk asli Gael yang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Irlandia dan sebagian besar merupakan penganut agama Katolik[21]. Para penduduk asli Gael ini kemudiannya membentuk beberapa kerajaan dan wilayah Gaelic yang saat ini merupakan bagian dari Provinsi Ulster. Pada tahun 1169, Irlandia diinvasi oleh sebuah aliansi tentara dibawah komando Kerajaan Inggris yang secara cepat mengambil alih dan menduduki hampir keseluruhan pulau Irlandia, yang memulai pelaksanaan otorisasi pusat luar negeri. Usaha-usaha perlawanan yang dilakukan terjadi di daerah-daerah diluar Ulster. Tidak seperti di bagian negeri-negeri lainnya, dimana Otoritas Gaelic tetap berlangsung di wilayah kantong-kantong terpencil yang tersebar di Pulau Irlandia, sedangkan kerajaan utama Ulster tetap utuh dengan otoritas Inggris di provinsi yang terletak di daerah pantai timur yang paling dekat dengan Inggris Raya. Kekuatan Inggris terkikis secara bertahap dalam menghadapi pemberontak Irlandia yang keras kepala di abad-abad berikutnya. Ketika Raja Henry VIII meluncurkan Penaklukan Tudor Kembali Irlandia di abad ke 16, perlawanan Ulster sangat efektif. Dalam Perang Sembilan Tahun (1594–1603), sebuah aliansi dari Ketua Ketua Suku Gaelic memimpin dua Panglima Ulster yang paling berkuasa, Hugh Roe O'Donnell dan Earl Tyrone melawan Pemerintahan Inggris di Irlandia. Aliansi yang didominasi oleh Ulster diwakili oleh Barisan Bersatu Irlandia. Meskipun mampu membangun aliansi dengan Spanyol dan telah memenangkan pertempuran-pertempuran awal, kekalahan yang tak terhindarkan hampir dijamin setelah kemenangan Inggris di Pengepungan Kinsale. Pada tahun 1607, para pemimpin pemberontakan melarikan diri ke daratan Eropa bersama dengan para bangsawan Gaelic. Tanah-tanah mereka disita atas nama Kerajaan dan melakukan kolonisasi dengan para pemukim Protestan Britania yang berbahasa Inggris di Plantation of Ulster. Hal ini yang kemudian membuat banyak kota di Ulster membentuk Komunitas Protestan Ulster terakhir yang terikat dengan Britania. Peristiwa Pemberontakan Irlandia 1641 bermula dari Ulster. Para pemberontak menginginkan berakhirnya Diskriminasi Anti Katolik, Pemerintahan Mandiri Irlandia yang lebih luas, dan untuk mengambil kembali plantation. Hal ini berkembang menjadi konflik etnis antara penduduk Katolik Irlandia dan Protestan Britania dan menjadi bagian dari Perang Tiga Kerajaan (1639–1653) yang berakhir dengan Penaklukan Parlementer Inggris, Lebih lanjut, kemenangan kaum protestan dalam Perang Williamite-Jacobite (1688–1691) mengukuhkan peraturan Gereja Anglikan di Kerajaan Irlandia. Kemenangan pihak Williamite dalam Pengepungan Derry (1689) dan Pertempuran Boyne (1690) masih dirayakan oleh beberapa kaum Protestan di Irlandia Utara[22]. Banyak kaum Protestan Skotlandia bermigrasi ke Ulster selama Peristiwa Kelaparan Skotlandia di tahun 1690-an. Setelah kemenangan kaum Williamite dan kontas dengan Perjanjian Limerick (1691), sejumlah hukum penalti diloloskan oleh kelas berkuasa Protestan Anglikan di Irlandia, dengan maksud untuk merugikan pemeluk Katolik dan Presbiterian. Sebanyak 250.000 kaum Presbiterian beremigrasi ke Wilayah Amerika Utara Britania antara tahun 1717-1715[23]. Diperkirakan terdapat lebih dari 27 juta Warga Amerika keturunan Irlandia-Skotlandia yang hidup di Amerika Serikat[24] bersama dengan Warga Kanada Keturunan Irlandia-Skotlandia. Dalam konteks diskriminasi institusional, pada abad ke-18 melihat rahasia, masyarakat militan berkembang di Ulster dan bertindak atas ketegangan sektarian dalam serangan kekerasan. Ini meningkat pada akhir abad ini, terutama selama gangguan County Armagh, di mana Peep o'Day Boys Protestan melawan Pembela Katolik. Hal ini menyebabkan berdirinya Orde Oranye Protestan. Pemberontakan Irlandia tahun 1798 dipimpin oleh Orang Irlandia Bersatu; kelompok republik Irlandia lintas komunitas yang didirikan oleh Belfast Presbyterians, yang mencari kemerdekaan Irlandia. Setelah itu, pemerintah Kerajaan Inggris Raya mendorong agar kedua kerajaan tersebut digabungkan, dalam upaya untuk memadamkan sektarianisme, menghapus undang-undang yang diskriminatif, dan mencegah penyebaran republikanisme ala Prancis. Kerajaan Inggris Raya dan Irlandia dibentuk pada tahun 1801 dan diperintah dari London. Selama abad ke-19, reformasi hukum yang dikenal sebagai emansipasi Katolik terus menghilangkan diskriminasi terhadap umat Katolik, dan program progresif memungkinkan petani penyewa untuk membeli tanah dari tuan tanah. Gerakan Aturan Tanah Air IrlandiaDiakhir abad ke-19, kelompok Anggota Parlemen Nasionalis Irlandia, menyatakan bahwa Partai Liberal sebagai "Aturan Tanah Air Irlandia". Gerakan ini adalah pemerintahan sendiri di Irlandia dan berkedudukan dalam Britania Raya. Namun gerakan ini ditolak oleh para Unionis Irlandia, yang kebanyakan adalah Protestan, yang mengkhawatirkan pembentukan sebuah pemerintahan devolusi yang didominasi oleh nasionalis dan katolik Irlandia. UU Pemerintah Irlandia 1886 dan UU Pemerintah Irlandia 1893 ditolak. Bagaimanapun Aturan Tanah Air Irlandia mendekati kepastian ditahun 1912 setelah UU Pemerintah Irlandia 1914 dikenalkan. Pemerintahan Liberal bergantung pada dukungan nasionalis dan UU Parlemen 1911 mencegah Dewan Bangsawan memblok UU ini[25]. Sebagai respon, para unionis bersumpah untuk mencegah Aturan Tanah Air Irlandia dari Pemimpin Partai Konservatif seperti Bonar Law dan ahli hukum Edward Carson kepada kelas pekerja militan di Irlandia. Hal ini memicu terjadinya Krisis Aturan Tanah Air. Pada September 1912 lebih dari 500.000 Unionis menandatangani Perjanjian Ulster, berjanji untuk melawan Aturan Tanah Air dengna cara apapun dan menentang apapun bentuk pemerintahan Irlandia[26]. Pada 1914 para unionis menyelundupkan ribuan senjata dan amunisi dari Kekaisaran Jerman untuk digunakan oleh Relawan Ulster (UVF), yang merupakan organisasi paramiliter yang dibentuk untuk melawan Aturan Tanah Air. Para nasionalis Irlandia juga membentuk organisasi paramiliter, Relawan Irlandia. Organisasi ini juga berusaha untuk memastikan Aturan Tanah Air diterapkan, dan menyelundupkan senjatanya sendiri ke Irlandia beberapa bulan setelah Relawan Ulster[27]. Irlandia tampaknya berada di ambang perang saudara[28] pada waktu itu. Paraq unionis adalah minoritas di Irlandia secara keseluruhan, merupakan penduduk mayoritas di Ulster, terlebih di daerah Antrim, Down, Armagh dan Londonberry[29]. Para unionis berargumen bahwa jika Aturan Tanah Air tidak dihentikan maka kemudian semua bagian dari Ulster harus dikecualikan dari Aturan Tanah Air[30]. Hal ini yang menjadi perdebatan berapa banyak Ulster yang harus dikecualikan dan untuk berapa lama. Beberapa unionis Ulster berkeinginan untuk menoleransi kehilangan dari beberapa area utama Katolik di Provinsi Ulster[31]. Krisis ini diinterupsi oleh Perang Dunia I di bulan Agustus 1914 dan keterlibatan Irlandia di dalamnya. Pemerintahan Britania Raya mengabaikan UU Amandemen dan malah membuat UU baru, UU Suspensi 1914 yang mensuspensi Aturan Tanah Air selama masa perang[32], dengan pengecualian bahwa Ulster masih bisa untuk memutuskan[33]. Beberapa faktaKetika Irlandia (Selatan) memerdekakan diri dari Britania Raya pada tahun 1920, penduduk Irlandia Utara yang sebagian besar beragama Protestan dan masih setia terhadap Kerajaan Britania Raya memilih tetap menjadi bagian negara kesatuan Britania Raya. Mereka disebut kaum Unionis sedangkan orang dari Irlandia Selatan disebut kaum Nasionalis. Tetapi permasalahan tidak berhenti di sini tetapi berlanjut terus, sebab orang-orang yang beragama Katolik di Irlandia Utara merasa didiskriminasi. Kerusuhan yang dinamai "The Troubles" mulai dari tahun 1969 dan baru berakhir di akhir dekade 1990-an, meskipun kekerasan sporadis masih terjadi hingga sekarang.[butuh rujukan] Catatan
Referensi
Pranala luar
|