Moncongloe, Moncongloe, Maros5°08′40″S 119°30′53″E / 5.1445638°S 119.5146893°E
SejarahDalam sejarahnya, Desa Moncongloe pernah menjadi bagian dari Kecamatan Mandai. Namun pada tahun 2001, desa ini bergabung dengan Kecamatan Moncongloe berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Maros No. 17 Tahun 2001 dengan rincian pada Bab II Pasal 3 Ayat 1, 2, dan 3. Desa Moncongloe awalnya adalah desa terasing, yang dulunya seringkali menjadi tempat persembunyian para pencuri ternak dan pencopet. Terkadang tahanan yang lari dari penjara pun bersembunyi di desa ini. Hal itu disebabkan kondisi desa yang masih tertutup dan banyak dihalangi pohon-pohon besar dan semak belukar. Rumah penduduk pun jarang-jarang. Jarak antar rumah sekitar 50 meter. EtimologiNama Moncongloe diambil dari dua kata dalam Bahasa Makassar Dialek Lakiung, yakni kata Moncong berarti "tempat yang tinggi atau bukit" dan kata Loe berarti "luas/tinggi", jadi kata Moncongloe berarti "daerah yang tinggi". Kondisi geografisDalam pandangan masyarakat Kota Makassar, Desa Moncongloe terletak di “belakang” Perumahan Bumi Tamalanrea Permai (BTP), Kota Makassar. Meski masuk wilayah administrasi Kabupaten Maros, Desa Moncongloe justru lebih dekat dengan Kota Makassar. Untuk mencapai Desa Moncongloe, dari Makassar tak perlu melewati Kota Maros, melainkan melewati Tamalanrea, Bumi Tamalanrea Permai (BTP) dan terus ke Moncongloe. Desa ini berada tepat di belakang BTP. Bisa juga melalui jalur Panakkukang-Todopoli-Antang dan terus ke Moncongloe. Tak heran jika warga Moncongloe lebih memilih berbelanja kebutuhan sehari-hari di Pasar Daya, atau ke Mal di Kota Makassar ketimbang Pasar Sentral Maros. TopografiWilayah Desa Moncongloe masuk dalam kategori wilayah dataran rendah dengan ketinggian 50 meter di atas permukaan laut. OrbitrasiBeberapa lokasi pada jarak orbitrasi atau pusat pemerintahan dari Desa Moncongloe adalah sebagai berikut:
Batas wilayahDesa Moncongloe memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
AksesibilitasJarak Kantor Pemerintahan Desa Moncongloe dengan ibu kota kecamatan di Moncongloe Bulu adalah 1 km dan ibu kota kabupaten di Kota Turikale adalah 20,5 km. Dari Tamalanrea desa ini bisa dicapai ditempuh sekitar 5 sampai 10 menit Kondisi demografisJumlah pendudukDesa Moncongloe memiliki luas 6,58 km² dan penduduk berjumlah 4.655 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 707,45 jiwa/km² pada tahun 2021. Adapun rasio jenis kelamin penduduk Desa Moncongloe pada tahun tersebut adalah 101,86. Artinya, tiap 100 penduduk perempuan ada sebanyak 101 penduduk laki-laki. Berikut ini adalah data jumlah penduduk Desa Moncongloe dari tahun ke tahun:
Suku dan bahasaDi Desa Moncongloe terdapat beragam suku dan penggunaan bahasa. Namun secara mayoritas penduduk Desa Moncongloe adalah Suku Bugis dan Suku Makassar. Suku Bugis dengan menggunakan Bahasa Bugis, tapi lantaran lokasinya dekat dengan Makassar, maka mereka mampu berkomunikasi dengan Bahasa Makassar sehari-hari. Dan Suku Makassar dengan menggunakan Bahasa Makassar, Bahasa Melayu Makassar, atau Bahasa Indonesia dalam berinteraksi sehari-hari. Mata pencaharianMasyarakat Desa Moncongloe adalah mayoritas bekerja sebagai petani padi. Akan tetapi saat tanah desa tak bisa digarap pada musim kemarau, hampir seluruh penduduk dewasanya menjadi buruh di pabrik-pabrik di Kawasan Industri Makassar. Penduduk perempuan di desa ini, menjadi pekerja buruh di Kawasan Industri Makassar (KIMA) Daya. Biasanya mereka menjadi pengupas udang, membersihkan ikan, atau menggoreng kerupuk ikan dan udang. PemerintahanPembagian wilayah administrasiDusunDesa Moncongloe memiliki tiga wilayah pembagian administrasi daerah tingkat V berupa dusun sebagai berikut:
Rukun wargaDesa Moncongloe memiliki TBA wilayah pembagian administrasi berupa rukun warga (RW) sebagai berikut:
Rukun tetanggaDesa Moncongloe memiliki 11 wilayah pembagian administrasi berupa rukun tetangga (RT) sebagai berikut:
Daftar kepala desaBerikut ini adalah daftar kepala desa di Desa Moncongloe dari masa ke masa:
PendidikanDaftar sekolah
KesehatanFasilitas
Indeks desa membangunData informasi mengenai Indeks Desa Membangun (IDM) berperan membantu upaya pemerintah dalam memahami kondisi desa. Data yang diekspos sangat penting dalam perencanaan agar setiap tahun ada peningkatan status desa. Setiap tahun status desa diperbarui sesuai dengan capaian yang ada dalam indeks desa membangun. Tim ahli IDM yang menilai terdiri dari tenaga ahli bidang infrastruktur, pengembangan masyarakat desa, perencanaan partisipatif, dan pelayanan sosial dasar. IDM ini mengukur aspek indeks pembangunan desa, yakni ketahanan sosial, ketahanan lingkungan, dan ketahanan ekonomi. Indeks Desa Membangun meliputi kategori sangat tertinggal, tertinggal, berkembang, maju, dan mandiri. Kategori desa mandiri adalah kategori ideal yang ingin dicapai. Pada tahun 2020, prestasi Indeks Desa Membangun (IDM) dari Desa Moncongloe mendapatkan raihan nilai 0,6552 dan diklasifikasikan dengan status desa berkembang di Kecamatan Moncongloe, Kabupaten Maros.
Tradisi dan budayaPanen padi adalah masa yang menggembirakan bagi masyarakat Desa Moncongloe. Seluruh masyarakat di Desa Moncongloe bergotong-royong menyumbang dana, dan hasil panen berupa beras ketan. Inilah yang mereka namakan Pesta Panen. Biasanya pesta panen bertepatan dengan Hari Ulang Tahun RI, sehingga dirangkaikan dengan perayaan Agustus-an. Perayaan yang ditampilkan berupa atraksi adu betis, acara tumbuk padi muda (akdengka ase lolo), dan sepak takraw (pa'raga). Upacara menumbuk padi dilakukan oleh para gadis dan pria muda. Yang gadis mengenakan baju bodo aneka warna. Sedangkan yang prianya mengenakan jas warna-warni, songkok, dan sarung. Menumbuk lesung menghasilkan irama tersendiri yang merdu. Sambil menyaksikan upacara tumbuk padi dengan alunan pukulan lesung, warga beramai-ramai menikmati hidangan padi muda yang diberi gula aren dan santan. PertanianMasyarakat Desa Moncongloe rata-rata bekerja sebagai petani. Mereka menamam padi dan singkong. Areal persawahan di desa ini sebenarnya merupakan tanah kering. Masyarakatnya hanya mengandalkan musim penghujan yang datang setahun sekali. Dengan demikian, panen pun hanya dilakukan sekali setahun. Masyarakat Desa Moncongloe umumnya memanen padi sekitar bulan Juli. Meski lahan di desa ini tandus dan kering, tanah di desa ini sangat cocok untuk pohon mangga, tak heran jika hampir semua warga di Desa Moncongloe memiliki pohon mangga di depan, belakang atau samping rumah. Mangga-mangga itu mereka jual di Pasar Daya, ada juga pemborong yang datang dari Makassar membeli mangga di desa ini. APBD desaTahun 2020Instansi daerah/organisasi perangkat daerah/instansi negara
Organisasi kemasyarakatan/perkumpulan
PertambanganDesa Moncongloe telah menjadi salah satu desa sebagai daerah tambang golongan C yang dikelola oleh PT Edy Putra dan PT Putra Jaya. Penghargaan dan prestasi desa
Potensi bencanaPada musim penghujan, desa ini riskan menjadi langganan banjir, biasanya airnya setinggi satu meter. Alhasil, warga dari desa tetangganya (Moncongloe Bulu), atau desa lain untuk menuju Desa Moncongloe pun berperahu. Ternak dan kendaraan bermotor diangkut dalam perahu. Desa Moncongloe adalah desa paling parah jika musim penghujan tiba, banjir bandang kiriman dari Maros pun mengalir jauh hingga ke Perumahan Bumi Tamalanrea Permai (BTP). Lain halnya jika musim kemarau, bekas lahan-lahan persawahan di Desa Moncongloe terlihat tandus. Yang terlihat hanya rumput liar yang mengering dan ternak sapi dan kambing yang berkeliaran merumput di lahan kering itu. Di musim ini, tak ada satu pun warga yang mencoba menggarap lahan. Lihat pulaReferensi
Pranala luar |