Ciuman
Ciuman atau kecupan adalah perbuatan menekankan bibir seseorang terhadap salah satu anggota tubuh diri sendiri atau orang lain.[1] Pandangan budaya terhadap ciuman sangat bervariasi. Tergantung budaya dan konteks, ciuman dapat mengekspresikan perasaan cinta, gairah, kasih sayang, rasa hormat, salam, persahabatan, dan lain-lain. Dalam beberapa situasi, ciuman adalah isyarat ritual, formal, atau simbolis yang menunjukkan pengabdian, rasa hormat, atau sakramen. Saat ini, ciuman telah menjadi ungkapan umum perasaan kasih sayang pada banyak budaya di berbagai belahan dunia. Namun dalam budaya-budaya tertentu, tindakan berciuman diperkenalkan setelah melakukan kontak dengan budaya Eropa; sebelum kontak tersebut, berciuman bukan aktivitas rutin. Contoh untuk hal ini antara lain termasuk pada masyarakat adat tertentu dari Australia, Tahiti, serta pada berbagai suku di Afrika.[2] Asal-usul ciuman belum diketahui secara pasti. Ciuman banyak ditemui dalam berbagai ritual dan agama, tetapi tidak ditemui pada beberapa penduduk dunia karena alasan tertentu. Walaupun dapat menularkan penyakit, ciuman memiliki banyak efek positif.[3][4][5] Berciuman di publik masih tabu di banyak negara dan budaya. Beberapa hewan, seperti primata dan burung, memiliki perilaku seperti berciuman.[6] SejarahAntropolog berselisih apakah ciuman adalah perilaku instingtual atau dipelajari. Orang yang meyakini bahwa ciuman adalah perilaku instingtual merujuk ke perilaku serupa pada hewan lain seperti bonobo, yang diketahui berciuman setelah berkelahi - mungkin untuk mengembalikan kedamaian.[7] Orang lain meyakini bahwa ciuman adalah perilaku dipelajari, yang berevolusi dari aktivitas seperti menyusui atau premastikasi (ibu mengunyah makanan, kemudian memasukkan ke anaknya melalui mulut) dalam budaya manusia kuno yang diteruskan ke manusia modern. Salah satu teori lain mengemukakan bahwa ciuman berasal dari pria selama zaman paleolitikum merasakan air liur wanita untuk memeriksa kesehatan dia untuk menentukan apakah mereka pasangan baik untuk prokreasi. Fakta bahwa tidak semua kebudayaan manusia memiliki ciuman digunakan sebagai argumen menentang teori insting; hanya sekitar 90% populasi manusia dipercaya melakukan ciuman.[8][9] Menurut Vaughn Bryant, seorang antropolog di Universitas Texas A&M yang meneliti sejarah ciuman, referensi paling awal untuk perilaku seperti berciuman[1] berasal dari Veda, yaitu kitab suci Sansekerta yang menginformasikan agama Hindu,[10] Budha, dan Jainisme, sekitar 3.500 tahun yang lalu.[11] Namun, penelitian terkini menentang pernyataan bahwa ciuman berasal dari Asia Selatan sekitar 1500 SM, dan berargumen bahwa tidak ada titik asal-usul satu-satunya pada sejarah. Arca-arca telah ditemukan yang menunjukkan bahwa ciuman mungkin telah dilakukan pada prasejarah. Telah diusulkan bahwa Neanderthal dan manusia telah berciuman.[12] Bukti dari Mesopotamia kuno dan Mesir mengusulkan bahwa ciuman didokumentasikan sedini 2500 SM. Ciuman ada dalam konteks romantis dan keluarga di Mesopotamia kuno, namun dibatasi aturan sosial, dan penampilan publik aspek seksual ciuman tidak dianjurkan. Ciuman juga memiliki peran dalam ritual-ritual. Tindakan berciuman mungkin tidak sengaja memfasilitasi penularan mikroorganisme. Kemajuan ekstraksi DNA kuno mengungkapkan genom patogen dalam sisa manusia, termasuk yang menular melalui air liur. Pergeseran garis keturunan virus herpes simplex 1 (HSV-1) selama Zaman Perunggu menyiratkan bahwa praktik budaya seperti ciuman romantis-seksual mungkin berkontribusi kepada penularannya. Tulisan medis Mesopotamia kuno menyebutkan penyakit bernama bu'shanu, yang mungkin terkait dengan infeksi HSV-1. Walaupun ciuman sendiri tidak terkait langsung dengan penularan penyakit di Mesopotamia, faktor budaya dan agama tertentu mengatur praktiknya.[13] Puisi Sumeria menyebutkan perilaku berciuman dengan bibir dan lidah:[14]
Ada sebutan ciuman pada puisi cinta Mesir Kuno yang masih utuh dari Kerajaan Baru, yang ditemukan pada papyri yang digali di Deir el-Medina:
Referensi ciuman paling awal pada Perjanjian Lama berada dalam Kejadian 27:26, ketika Yakub menipu ayahnya untuk memperoleh berkatnya:
Kejadian 29:11 menampilkan ciuman antara laki-laki dan perempuan pertama di Alkitab, ketika Yakub melarikan diri dari Esau dan pergi ke rumah pamannya (Laban):
Setelah waktu yang lama, ada surat yang sering dikutip, yaitu Kidung Agung 1:2:
Di Cyropaedia (370 SM), Xenophon menulis tentang kebiasaan Persia berciuman di bibir sebelum pergi ketika menarasikan kepergian Cyrus the Great (Koresh Agung) (c. 600 SM) sebagai sebuah anak laki-laki dari kerabat Mede-nya.[20] Menurut Herodotus (abad ke-5 SM), ketika kedua orang Persia bertemu, rumus salamnya mengekspresikan statusnya. Mereka tidak berbicara, namun mereka mencium satu sama lain di mulut untuk orang dengan status yang sama, dan jika seorang sedikit lebih buruk daripada yang lain, ciumannya diberikan di pipi.[21][22] Di zaman Klasik, ciuman kasih sayang mulut-ke-mulut pertama dideskripsikan di karya sastra Hindu Mahabharata. Vaughn Bryant, seorang antropolog, berpendapat bahwa tradisi ciuman menyebar dari India ke Eropa setelah Alexander the Great menaklukkan beberapa bagian Punjab di India bagian utara pada 326 SM.[23] Orang Romawi sangat menyukai ciuman, dan mereka membicarakan beberapa jenis ciuman. Ciuman tangan atau pipi disebut osculum. Ciuman di bibir dengan mulut tertutup disebut basium, yang dilakukan oleh kerabat dengan kerabat lain. Ciuman gairah disebut suavium.[24] Ciuman tidak hanya berupa ekspresi eros, atau cinta, tetapi juga bisa menampilkan rasa hormat dan status, seperti di Eropa pada Abad Pertengahan. Studi ciuman dimulai kira-kira di abad ke-19 dan dinamai filematologi, yang telah diteliti oleh para peneliti, seperti Cesare Lombroso, Ernest Crawley, Charles Darwin, Edward Burnett Tylor, dan oleh sarjana modern, seperti Elaine Hatfield.[25][26] Asal usulAsal usul ciuman dipelajari di awal abad ke-20 oleh sejarawan alam Ernest Crawley. Ia menulis bahwa ciuman adalah ekspresi universal dalam kehidupan sosial yang mewakili perasaan kasih sayang, cinta (cinta seksual, cinta orang tua, cinta anak), dan penghormatan. Menurut Crawley, sentuhan adalah "ibu dari perasaan," dan ciuman merupakan bentuk sentuhan yang menunjukkan hubungan yang intim.[6] Menurutnya, ciuman sangat jarang terjadi di masyarakat yang rendah dan setengah-beradab, dan lebih banyak dilakukan dalam masyarakat yang lebih beradab. Namun di antara peradaban-peradaban tingkat tinggi, ada suatu perbedaan: di Mesir Kuno ciuman tampaknya tidak dikenal, tetapi ciuman banyak dilakukan di Yunani, Assyria, dan India.[6] Ciuman cinta, menurut antropolog abad ke-19, Cesare Lombroso, berasal dan berkembang dari ciuman keibuan.[27] Crawley mendukung pandangan ini dengan menyatakan bahwa masyarakat Jepang, sebelum abad ke-20 tidak melakukan ciuman kecuali ibu kepada anaknya, sedangkan di Afrika dan daerah lain sudah biasa dilakukan ciuman antara suami dan istri, atau antarkekasih.[6] Ciuman dalam masyarakat Barat digunakan dalam berbagai upacara dan acara keagamaan karena ciuman dianggap sebagai tindakan suci. Secara umum, meskipun telah ada sejak zaman primitif, ciuman mengalami banyak perkembangan dalam budaya Barat.[6] Pada masa modern, para ilmuwan melakukan pemindaian otak pada orang-orang ketika sedang melakukan hubungan romantis. Beberapa studi menunjukkan bahwa setelah "kencan pertama yang sempurna," sebuah sistem di dalam otak menjadi aktif dan itu sama dengan ketika seseorang mengonsumsi kokain. Dalam studi mengenai kasih sayang antara para kekasih, ketika peserta melihat foto pasangan mereka, otak mereka dibanjiri dopamin, bahan kimia internal yang dilepaskan ketika seseorang melakukan sesuatu yang sangat menyenangkan.[28] JenisKristoffer Nyrop, menjelaskan lima jenis ciuman utama: ciuman cinta, ciuman kasih sayang, ciuman kedamaian, ciuman penghormatan, dan ciuman persahabatan. Ia mengakui, bagaimanapun, bahwa kategori ini agak dibuat-buat dan tumpang tindih, dan bahkan budaya lain memiliki lebih banyak jenis ciuman, misalnya Prancis (dua puluh), dan Jerman (tiga puluh).[29] Ekspresi kasih sayangMencium bibir orang lain telah menjadi ekspresi umum kasih sayang atau salam hangat dalam banyak budaya. Namun, dalam budaya tertentu, ciuman hanya diperkenalkan melalui penjajahan Eropa, yang sebelumnya tidak sering dilakukan. Ini mencakup masyarakat adat tertentu di Australia, Tahiti, dan banyak suku di Afrika.[30] Sebuah ciuman bisa digunakan untuk mengekspresikan perasaan tanpa elemen erotis, namun tetap saja "jauh lebih dalam dan abadi", Nyrop menulis. Dia menambahkan bahwa ciuman tersebut bisa mengekspresikan cinta "dalam arti kata yang paling luas dan komprehensif, yang membawa pesan kasih sayang yang setia, rasa terima kasih, simpati, dan kegembiraan dan kesedihan yang mendalam."[29] Nyrop juga mengungkapkan bahwa contoh yang paling sering ditemukan adalah "perasaan intens yang mengikat orang tua dengan anaknya". Dia juga menambahkan bahwa ciuman kasih sayang tidak hanya umum antara orangtua dan anak, namun juga umum antara anggota keluarga lain, yang bisa melibatkan orang lain di luar keluarga, "segala situasi dimana kasih sayang yang mendalam menyatukan orang".[29] Tradisi ini ditulis di Alkitabː ketika Esau menjumpai Yakub, dia memeluknya, dan bersandar di lehernya, dan menciumnya (Kejadian 33ː4), Musa menyapa ayah mertuanya dan menciumnya (Keluaran 18ː7), dan Orpa mencium ibu mertuanya sebelum meninggalkannya (Rut 1:14). Ciuman keluarga berupa tradisi Roma dan ciuman kasih sayang sering disebutkan oleh orang Yunani kuno, seperti ketika Odisseus, ketika dalam perjalanan ke rumah, bertemu dengan penggembalaya yang setia.[29] Afeksi/kasih sayang bisa menjadi penyebab ciuman "dalam segala sejarah pada momen yang menyedihkan dan serius," mencatat Nyrop, "tidak hanya antara orang yang mencintai satu sama lain, tetapi juga sebagai ekspresi kasih sayang mendalam. Ketika Paulus dari Tarsus pergi meninggalkan pemimpin jemaat di Efesos, "mereka semua menangis tersedu-sedu sambil memeluk dan mencium dia" (Kisah Para Rasul 20:37)". Ciuman juga bisa dilakukan antara orang yang tidak mengenal satu sama lain, seperti ketika ada simpati yang dalam dengan atau minat yang hangat pada orang lain.[29] Dalam dongeng, ciuman kasih sayang kadang-kadang memainkan peran penting, contohnya untuk memasang mantra atau untuk mematahkan kutukan jahat, kadang-kadang juga untuk mengembalikan seseorang ke wujud aslinya. Kekuatan ciuman ditemukan dalam berbagai literatur di berbagai negara, misalnya dalam roman Prancis kuno (Lancelot, Guiglain) ketika sang putri diubah oleh kekuatan jahat menjadi naga yang mengerikan dan hanya bisa kembali menjadi manusia jika ada ksatria gagah berani yang menciumnya. Dalam cerita "Si Cantik dan Si Buruk Rupa (La Belle et la Bête)," seorang pangeran yang diubah menjadi monster dicium oleh seorang gadis dan kembali menjadi manusia.[29] Ciuman kasih sayang juga bisa terjadi setelah kematian. Pada Kejadian 50:1, dituliskan bahwa ketika Yakub mati, "Yusuf merebahkan diri pada wajah ayahnya, dan dia menangis di atasnya, dan dia menciuminya." Dalam Islam, ada hadis tentang Abu Bakar (murid, ayah mertua, sekaligus penerus Muhammad) yang menceritakan bahwa ketika sang nabi wafat, Abu Bakar pergi ke dalam kemah Muhammad, menyingkap wajahnya, dan mencium kepalanya.[31] Nyrop menulis bahwa "ciuman adalah bukti kasih sayang terakhir yang dapat kita berikan kepada orang yang kita kasihi. Di zaman kuno, ciuman dipercaya akan ikut menyertai manusia ke dunia bawah."[29] Ciuman di bibir juga bisa menjadi ekspresi fisik kasih sayang atau cinta antara 2 orang, yang melibatkan sensasi sentuhan, rasa, dan bau.[32] Menurut psikolog Menachem Brayer, meskipun banyak "pembelaian mamalia, burung, dan serangga" yang terlihat seperti ciuman kasih sayang, pembelaian tersebut bukan ciuman menurut pengertian manusia. Survei menemukan bahwa ciuman merupakan sentuhan intim paling umum kedua untuk remaja di Amerika Serikat (setelah berpegangan tangan), dan bahwa 85% remaja 15–16 tahun di Amerika Serikat telah berciuman.[33] Selain itu, pada 2017, 30% wanita dan 50% pria berumur 15–24 tahun di Indonesia telah berciuman bibir.[34] Ciuman di bibir (non-romantis)Ciuman di bibir bisa dilakukan antara dua teman atau keluarga. Ini bertujuan untuk mengekspresikan kasih sayang untuk seorang teman. Berbeda dengan ciuman untuk cinta, ciuman persahabatan tidak memiliki konotasi seksual. Ciuman di bibir adalah tradisi yang bisa ditemukan pada masa patriark (Alkitab).[35] Di Yunani Kuno, ciuman di mulut diugnakan untuk mengekspresikan konsep ekualitas (persamaan) antara orang dengan status yang sama.[36] Pada Abad Pertengahan, ciuman perdamaian direkomendasikan oleh Gereja Katolik Roma.[37] Ciuman di bibir umum dilakukan antara ksatria.[36] Gestur ini sekarang menjadi populer untuk orang muda, terutama di Inggris.[38][39] Pada 2002 di Texas, Abdullah bin Abdul Aziz mencium bibir George W. Bush sebagai tanda sambutan dalam pertemuan dia.[40][41] Ciuman romantisKebiasaan remaja berciuman pada kencan atau mengikuti permainan ciuman dengan teman dianggap biasa dalam banyak budaya. Permainan tersebut bertujuan untuk memecahkan penghalang sosial (icebreaker) pada berbagai pesta dan mungkin merupakan pengalaman seksualitas pertama untuk beberapa peserta. Ada banyak permainan ciuman, seperti truth or dare?, seven minutes in heaven (atau variasinya "two minutes in the closet"), spin the bottle, post office, dan wink. Psikolog William Cane mencatat bahwa ciuman di budaya Barat sering berupa tindakan romantis dan mendeskripsikan beberapa sifatnya:
Ciuman romantis di budaya Barat berupa perkembangan yang relatif baru dan jarang disebut bahkan di literatur Yunani kuno. Pada Abad Pertengahan, ciuman menjadi gestur sosial dan dianggap sebagai tanda penyempurnaan kelas atas.[32] Budaya lain memiliki definisi dan penggunaan ciuman yang berbeda, dicatat Brayer. Misalnya, di Tiongkok, ekspresi kasih sayang yang identik berupa menggosokkan hidung terhadap pipi orang lain. Pada budaya Timur lain, ciuman jarang ditemui. Pada zaman dahulu, di negara Asia Tenggara, "ciuman mengendus" adalah jenis afeksi yang paling banyak digunakan dan ciuman mulut ke mulut seperti di Barat hanya digunakan untuk foreplay/pemanasan seksual. Pada beberapa budaya tribal/suku, "ekuivalen 'cium saya' adalah 'cium bau saya'".[43] Ciuman bisa menjadi ekspresi cinta dan emosi erotik yang penting. Di bukunya The Kiss and its History (Ciuman dan Sejarahnya), Kristoffer Nyrop mendeskripsikan ciuman cinta sebagai "pesan gembira kerinduan cinta, cinta yang selalu muda, keinginan panas sebagai ibadah yang membakar, yang lahir pada bibir pecinta, dan 'naik', seperti yang dikatakan Charles Fuster, 'sampai langit biru dari tanah hijau', seperti persembahan terima kasih yang lembut dan gemetar." Nyrop menambahkan bahwa ciuman cinta "kaya akan janji, memberikan perasaan memabukkan akan kebahagiaan, keberanian, dan masa muda yang tak terbatas, dan oleh karena itu, melampaui semua kesenangan duniawi lainnya dalam keagungan".[29] Dia juga membandingkannya dengan pencapaian di kehidupan: "Oleh karena itu, karya seni tertinggi, dan reputasi tertinggi, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan ciuman yang penuh semangat dari perempuan yang dia cintai".[29] Kekuatan ciuman tidak dikurangi ketika dia menulis bahwa "kita semua merindukan ciuman dan memintanya; dan sia-sia untuk berjuang melawan hasrat ini. Tidak ada yang bisa lolos dari omnipotensi ciuman ..." Berciuman, dia menyiratkan, dapat menuntun seseorang menuju kedewasaan: "Melalui ciuman itulah pengetahuan tentang kehidupan dan kebahagiaan pertama kali datang kepada kita. Runeberg mengatakan bahwa para malaikat bersukacita atas ciuman pertama yang dilakukan oleh sepasang kekasih", dan dapat membuat seseorang tetap merasa awet muda: "Itu membawa kehidupan bersamanya; itu bahkan menganugerahkan karunia awet muda". Pentingnya ciuman kekasih juga bisa signifikan, dia mencatat: "Pada kasus kekasih, ciuman adalah segalanya; itu adalah alasan kenapa pria mempertaruhkan semuanya untuk sebuah ciuman", dan "pria mendambakannya sebagai hadiah yang paling mulia".[29] Oleh karena itu, ciuman, sebagai ekspresi kasih sayang, ada di banyak literatur, baik yang lama, maupun yang baru. Nyrop memberikan contoh nyata dalam kisah cinta klasik Daphnis dan Chloe. Sebagai hadiah, "Chloe memberikan ciuman pada Daphnis—ciuman seorang pelayan muda yang tidak bersalah, tetapi memiliki efek sengatan listrik padanya":[29]
Untuk mencapai tingkat yang romantis, ciuman biasanya memerlukan privasi. Menurut Cane, ciuman romantis memerlukan lebih dari kedekatan sederhana dan juga perlu adanya keintiman atau privasi (seperti melangkah ke samping jalan sibuk atau trotoar).[42] Psikolog terkenal Wilhelm Reich "mengecam masyarakat" karena tidak memberikan para pemuda cukup privasi dan membuat mereka sulit untuk hanya bersama kekasihnya.[42] Namun, Cane menjelaskan betapa banyaknya pencinta tetap bisa mencapai keromantisan meskipun berada di tempat umum. Dia menambahkan, "Dengan cara ini mereka dapat berciuman di depan umum bahkan di sebuah plaza yang ramai dan tetap romantis."[42] Meskipun demikian, ketika orang diminta untuk menggambarkan tempat mereka berciuman yang paling romantis, jawaban mereka hampir selalu merujuk kepada tempat-tempat yang sepi, misalnya kebun apel, pantai, padang tempat melihat bintang, atau kolam di daerah terpencil.[42] Ciuman lidahCiuman lidah, juga dinamai sebagai kataglottisme atau ciuman Prancis adalah ciuman di mana salah satu atau kedua lidah pasangan menyentuh bibir atau lidah pasangan lain, dan biasanya masuk ke mulutnya. Sensasi ketika kedua lidah bersentuhan dibuktikan meningkatkan level endorfin dan mengurangi stres. Ciuman lidah untuk waktu yang lama mungkin bagian dari making out. Kata "ciuman Prancis" muncul pada awal abad ke-20, di Amerika Serikat dan Britania Raya, karena orang Perancis dikenal untuk praktik seksnya yang lebih bergairah dan berpetulangan. Ciuman lidah dapat menjadi perantara penularan penyakit, terutama jika ada luka terbuka. Ciuman sebagai ritualSepanjang sejarah, sebuah ciuman telah menjadi gestur ritual, formal, simbolik, atau sosial yang menampilkan kesetiaan, penghormatan, atau penyapaan. Ciuman muncul sebagai ritual atau simbol kesetiaan agama. Contohnya, dalam kasus mencium lantai kuil, buku kitab, atau ikon agama. Selain kesetiaan, ciuman juga bisa menandakan subordinasi, atau untuk sekarang, penghormatan. Pada zaman modern, tradisi ini terus berlanjut, seperti dalam kasus pengantin berciuman pada akhir upacara pernikahan, atau pemimpin nasional mencium satu sama lain pada perkenalannya, dan dalam berbagai situasi lain. AgamaCiuman umum ditemukan dalam agama. Dalam beberapa kebudayaan, ciuman merupakan simbol penghormatan, seperti para Anglo-Saxon yang mencium Alkitab. Dalam periode awal Kristen dan Islam, ciuman menjadi suatu ritual, dan hingga kini masih dianggap seperti itu dalam kegiatan tertentu, seperti ketika mencium kaki Paus, relik, atau cincin uskup.[32] Pada Judaisme, orang sering mencium kitab Taurat, buku ibadah, dan tallit.[44] Crawley menyatakan bahwa ciuman sangatlah penting dalam agama untuk menunjukkan bahwa ciuman adalah suatu ritual. Di Gereja, ritual ciuman dilakukan setelah prosesi pembaptisan, juga sebagai penghormatan kepada orang-orang suci dan pahlawan agama. Crawley mencontohkan, "Yusuf mencium Yakub, dan Paulus dicium oleh murid-muridnya. Yusuf mencium ayahnya yang telah meninggal," dan kebiasaan ini dipertahankan dalam peradaban kita sebagai ciuman perpisahan pada saudara yang telah meninggal, walaupun sekte tertentu melarang hal ini.[6] Ada unsur khas dalam ritual Kristen yang diamati oleh Justin pada abad kedua dan kini disebut sebagai ciuman perdamaian/kudus, yang dulu berupa ritual pada misa primtiif. Conybeare berpendapat bahwa ciuman ini berasal dari Sinagog Yahudi sementara Philo, filsuf Yahudi kuno menyebutnya ciuman kerukunan. Crawley menjelaskan, "Firman Allah membawa permusuhan bersama dengan kerukunan dan ciuman cinta."[6] Santo Siril juga menulis bahwa "ciuman ini adalah tanda bahwa jiwa kita bersatu, dan bahwa kita membuang semua ingatan tentang luka."[6] Dalam Islam, kaum Muslim berusaha untuk menyentuh atau mencium Hajar Aswad ketika melaksanakan ibadah haji atau umrah. Mereka melakukannya karena mengikuti apa yang dilakukan oleh Muhammad.[45] Ciuman perdamaianCiuman perdamaian digunakan sebagai ungkapan cinta rohani yang mendalam dalam Gereja Kristen primitif. Kristus berkata, "Damai bersamamu, damaiku untukmu" dan kemudian anggota Gereja Kristus saling memberikan kedamaian simbolis melalui ciuman. Santo Paulus berulang kali berbicara tentang "ciuman suci". Dalam suratnya kepada orang Romawi, dia menulis: "Hormatilah sesama manusia dengan ciuman suci," sedangkan dalam surat pertamanya ke Tesalonika, (1 Tesalonika 5:26) ia mengatakan: "Salam semua saudara dengan ciuman suci."[29] Ciuman suci juga digunakan dalam perayaan sekuler. Pada Abad Pertengahan, orang-orang menunjukkan perdamaian dengan cara berciuman, bahkan para ksatria saling berciuman sebelum pergi berperang dan saling memaafkan kesalahan masing-masing. Ciuman suci juga ditemukan dalam ritual gereja, misalnya pembaptisan, pernikahan, pentahbisan, penguburan. Seiring berakhirnya abad pertengahan, ciuman tidak lagi digunakan sebagai tanda resmi perdamaian.[29] Ciuman penghormatanCiuman penghormatan telah dipraktikkan oleh orang-orang pada masa kuno untuk menghormati dewa, raja dan kaisar, kuil dan altar. Untuk menunjukan penghormatan, orang-orang juga mencium tanah. Selain itu matahari dan bulan juga disalami dengan ciuman.[29] Ketika nabi Hosea menyesalkan kebodohan orang Israel, ia menyebutkan bahwa mereka menciumi patung sapi. (Hosea 13:2) Pada masa kuno, orang-orang menciumi tangan, kaki, dan mulut patung yang menjadi sesembahan mereka. Cicero menulis bahwa bagian bibir dan janggut patung Herkules di Agrigentum selalu diciumi oleh para penyembahnya.[29] Ciuman pada salib dengan patung Yesus dianggap sebagai sesuatu yang suci. Di beberapa negara hal itu wajib dilakukan, ketika melakukan sumpah bahwa yang akan dikatakan adalah benar. Selain itu, orang Kristen juga menciumi patung Bunda Maria dan para Santo.[29] Nyrop mencatat bahwa "sebagai amal terakhir, gambar Penebus dikasih kepada orang yang akan mati atau dihukum mati untuk dicium." Mencium salib dianggap memberikan anugerah/berkat dan kebahagiaan; orang mencium gambar Maria dan gambar dan patung santo—tidak hanya gambar mereka, "bahkan relik mereka dicium", mencatat Nyrop. "Mereka menggabungkan jiwa dan badan". Ada banyak sekali legenda bahwa orang yang sakit akan sembuh dengan mencium relik, mereka menunjukkan.[29] Ciuman penghormatan juga mewakili kerendahan hati dan rasa hormat. Ciuman ini dilakukan secara luas pada zaman kuno, dan Nyrop memberikan contoh: "Orang-orang melemparkan diri ke tanah di depan pemimpin mereka dan menjilati jejak kakinya."[29] "Hampir dimana saja, ketika orang berstatus rendah bertemu dengan orang berstatus tinggi, kita melihat ciuman penghormatan. Pada masa Romawi, para budak menciumi tangan tuan mereka; murid mencium gurunya dan prajurit mencium kaptennya".[29] Orang-orang juga mencium tanah sebagai tanda rasa syukur ketika kembali ke tempat asalnya, misalnya ketika Agamemnon kembali setelah Perang Troya. Pada masa modern, ciuman penghormatan sudah jarang dilakukan kecuali di gereja.[29] Ciuman persahabatanCiuman juga umum digunakan dalam budaya Amerika dan Eropa sebagai salam antara teman atau kenalan. Ciuman ramah ini sekarang umum dilakukan di antara pria dan wanita. Menurut Nyrop, sebelum abad ke-20, ciuman ini jarang dilakukan di antara pria kecuali oleh keluarga kerajaan, tetapi dia mencatat pada zaman dahulu, "untuk kami, ciuman persahabatan sangat sering dilakukan antara sesama laki-laki dan sesama pria dan wanita". Misalnya, pada serikat pekerja, pesertanya biasa menyapa peserta lain "dengan jabat tangan yang hangat dan ciuman yang cepak", dan, setelah makan, orang-orang berterima kasih dan mencium tuan dan nyonya rumahnya.[29] Kepentingan budayaPada ~10% populasi dunia, ciuman tidak dilakukan, untuk alasan yang beragam, antara lain karena mereka menganggap ciuman kotor atau karena alasan bertakhayul. Contohnya, di beberapa bagian Sudan, orang memercayai bahwa mulut adalah pintu gerbang menuju jiwa. Oleh karena itu, mereka tidak mau mengundang kematian atau mengisap roh orang lain.[8] Profesor psikologi Elaine Hatfield mencatat bahwa "berciuman masih jauh dari universal dan bahkan dianggap tidak pantas oleh banyak masyarakat".[46] Walaupun ciuman sering dilakukan, di berbagai bagian dunia, berciuman di publik masih tabu dan sering disensor di film atau di media lain. Sebagai tema di seniAsia SelatanTayangan ciuman bibir jarang terjadi di Bollywood sampai tahun 1990-an, walaupun ciuman telah ada ketika Bollywood lahir.[47] Ini bisa tampak kontradiktif karena ciuman dipercayai berasal dan menyebar dari India.[48] Timur TengahAda aturan agama di sebagian masyarakat Muslim yang mengatur orang mana yang boleh dicium. Di Republik Islam Iran, seorang pria yang mencium atau menyentuh perempuan yang bukan istri atau tetangga dia bisa dihukum, seperti dicambuk sampai 100 kali, atau bahkan masuk penjara.[49] Penelitian dari Mei 2023 menemukan teks dari orang kuno Mesopotamia yang menandakan bahwa 4.500 tahun yang lalu, ciuman adalah perlakuan mapan. Menurut Dr. Troels Pank Arbøll, salah satu pengarang studi ini: "Di Mesopotamia kuno, yaitu sebutan untuk kebudayaan manusia kuno yang berada di antara sungai Efrat dan Tigris (sekarang di negara Iraq dan Suriah), orang menulis dalam aksara paku pada tablet tanah liat. Banyak ribuan tablet tanah liat tersebut masih bertahan hingga saat ini, dan mereka berisi contoh jelas bahwa ciuman merupakan bagian keintiman romantis pada zaman kuno, seperti halnya ciuman dapat menjadi bagian persahabatan dan hubungan anggota keluarga".[13] Asia TimurDonald Richie mengomentari bahwa di Jepang, seperti Tiongkok, walaupun ciuman dilakukan pada situasi erotis, di publik "ciumannya tidak tampak", dan "sentuhan bibir tidak pernah menjadi tindakan yang biasa dilakukan seperti di Eropa dan Amerika sejak dulu". Film awal Edison, The Widow Jones – the May Irwin-John Rice Kiss (1896), membuat sensasi ketika ditayangkan di Tokyo, dan orang-orang berkerumunan untuk melihatnya. Dan patung The Kiss oleh Rodin tidak ditampilkan di Jepang sampai setelah Perang Pasifik.[50] Pada tahun 1900-an, suku Manchu pada Sungai Amur menganggap berciuman di publik jijik.[51] Dalam situasi yang identik dalam tradisi Tiongkok, ketika pria Tiongkok melihat perempuan Barat mencium pria di publik, mereka mengira perempuannya adalah pelacur.[52] Praktik kontemporerDalam budaya Barat modern, ciuman bibir adalah ekspresi kasih sayang[53] atau salam hangat yang umum. Ketika bibir ditekan untuk waktu yang lama, yang biasanya disertai dengan pelukan, itu merupakan ekspresi keinginan romantis dan seksual. Ciuman dengan mulut yang terbuka, untuk memungkinkan masuknya lidah ke mulutnya atau mengisap bibirnya disebut ciuman Prancis. "Making out" sering berupa pengalaman pertama seksualitas oleh remaja dan permainan yang melibatkan ciuman memfasilitasikan pengalamannya, seperti spin the bottle (putar botolnya). Orang bisa mencium anaknya di kepala untuk menenangkan anak atau di pipi/bibir untuk mengekspresikan kasih sayang. Dalam budaya Timur modern, tata caranya bervariasi dari wilayah ke wilayah. Di Asia Barat, ciuman bibir antara pria dan perempuan adalah bentuk salam yang umum. Di Asia Selatan dan Timur, ciuman mungkin dilakukan untuk menyapa sesama perempuan, namun ciuman antara pria untuk salam dianggap aneh. Mencium bayi di pipinya adalah ekspresi kasih sayang yang umum. Sebagian besar ciuman antara pria dan perempuan berada di pipi dan bukan di bibir, kecuali jika mereka terlibat secara romantis. Ciuman di filmCiuman romantis pertama yang ditayangkan adalah di film sunyi Amerika pada 1896, The Kiss. Ciumannya berlangsung selama 18 detik dan menyebabkan banyak orang untuk memprotes dekadensi pada medium baru film sunyi. Penulis Louis Black menulis bahwa "Amerika Serikat-lah yang mengeluarkan ciuman dari Abad Kegelapan".[54] Namun, itu mendapat ketidaksetujuan yang parah oleh para pembela moralitas publik, terutama di New York. Sebuah pengriktik memproklamasikan bahwa "ini sangat menjijikan. Hal seperti ini memanggil gangguan polisi".[54] Penonton film muda mulai meniru aktor romantik pada layar, seperti Ronald Colman dan Rudolph Valentino. Rudolph Valentino dikenal untuk mengakhiri adegan bergairahnya dengan berciuman. Valentino juga memulai adegan romantis dengan perempuan dengan mencium tangan mereka, dan kemudian menciumnya pada leher belakangnya. Oleh karena itu, berbagai aktris, seperti Nazimova, Pola Negri, Vilma Bánky, dan Greta Garbo, menjadi idola layar. Pada akhirnya, industri film mulai mengadopsi diktasi Kode Produksi yang didirikan pada 1934, yang diawasi Will Hays dan dipengaruhi oleh pemimpin agama Kristen di Amerika.[55][56] Menurut kode baru, "Ciuman yang bergairah atau terlalu banyak, pelukan bergairah, postur dan gestur sugestif, tidak boleh ditampilkan".[54] Oleh karena itu, adegan ciuman diperpendek dan dipotong, membiarkan imaginasi penonton untuk mengambil alih. Dalam kode, kaki aktor yang berciuman harus tetap di tanah, dan aktor harus berdiri atau duduk ketika berciuman.[57] Masa kejayaan ciuman romantis pada layar berada pada era suara awal, ketika Zaman Emas Hollywood pada tahun 1930-an dan 1940-an.[58] Bahasa badan mulai digunakan untuk menyertai adegan romantis, terutama mata, talenta yang meningkatkan popularitas Greta Garbo. Pengarang Lana Citron menulis bahwa "pria dianggap pencium dan perempuan penerimanya. Ketika perannya dibalik, perempuan dianggap vampir . . .".[57] Menurut Citron, Mae West dan Anna May Wong adalah aktris Hollywood satu-satunya yang tidak pernah berciuman pada sebuah film.[57] Film yang dinilai memiliki ciuman yang paling romantis antara lain Gone with the Wind (Hilang dengan Angin), From Here to Eternity (Dari Sini menuju Keabadian), Casablanca, and To Have and Have Not.[57] Sosiolog Eva Illouz mencatat bahwa survei yang diadakan pada 1935 menemukan bahwa "cinta adalah tema terpenting yang direpresentasikan dalam film. Survei serupa pada tahun 1930-an menemukan bahwa 95% film memiliki percintaan sebagai salah satu plotnya, yang dipanggil oleh pengkritik film sebagai "rumus romantis".[59] Pada film Jepang awal, ekspresi seksual dan berciuman memicu kontroversi. Pada 1931, seorang direktur menyelipkan adegan ciuman melewati penyensor (yang merupakan temannya), namun ketika filmnya ditayangkan di sebuah teater pusat kota Tokyo, penayangannya dihentikan dan filmnya disita. Ketika pendudukan Jepang oleh Amerika, pada 1946, penyensor dari Amerika mengharuskan film untuk memasukkan adegan ciuman. Seorang pelajar mengatakan bahwa penyensor mengusulkan bahwa "kami percaya bahwa orang Jepang melakukan sesuatu seperti berciuman ketika mereka mencintai satu sama lain. Kenapa Anda tidak memasukkannya pada film Anda?" Orang Amerika mendorong adegan ini untuk memaksa orang Jepang untuk mengekspresikan secara publik tindakan dan perasaan yang sebelumnya dianggap sangat pribadi. Sejak kejadian Pearl Harbor, orang Amerika merasa bahwa orang Jepang "diam-diam" dan mengklaim bahwa "jika orang Jepang berciuman dalam setting pribadi, mereka seharusnya juga melakukannya di publik".[60] Ciuman non-seksualPada sebagian budaya Barat, mencium seseorang pada Natal atau Tahun Baru dianggap memberikan keuntungan, terutama di bawah tangkai mistletoe. Pengantin baru biasanya berciuman pada akhir perayaan pernikahan. Teman dan kenalan perempuan biasanya menawar ciuman timbal balik di pipi sebagai salam atau ketika berpamit.[61] Di Eropa Selatan, Amerika Selatan dan Timur Tengah, teman sering menyapa satu sama lain dengan ciuman pipi, dan mencium pipi seseorang adalah sapaan sosial normal, seperti jabat tangan atau pelukan. Di bagian lain Eropa, itu tidak digunakan antar teman, walaupun itu masih dilakukan antar kerabat atau orang yang sangat menyayangi satu sama lain. Dalam keluarga, ciuman adalah tindakan kasih sayang yang umum, yang sering dilakukan bersama dengan pelukan, dan biasanya di pipi atau dahi. Ketika berciuman pipi, di sebagian negara, 1 ciuman adalah kebiasaan, namun di negara lain, ciuman di setiap pipi adalah kebiasaan, atau 3/4 ciuman pada pipi. Di Amerika Serikat, penggunaan ciuman jauh meningkat. Ini melibatkan ciuman pada udara sekitar pipi, dengan pipi yang bersentuhan atau tidak.[62] Setelah kencan pertama, kekasih umumnya memberikan ciuman pipi satu sama lain (atau bibir di mana ini umum) ketika berpisah, untuk menandakan bahwa waktu yang baik telah dimiliki dan mungkin untuk menandakan keinginan untuk bertemu lagi. Ciuman simbolik sering dilakukan dalam budaya Barat. Ciuman bisa "ditiup" ke orang lain dengan mencium jari dan kemudian meniup jarinya ke penerima. Ini digunakan untuk menyampaikan kasih sayang, biasanya ketika berpisah atau ketika jarak antara kekasih jauh namun bisa melihat satu sama lain. Ciuman juga ditiup ketika seorang menginginkan untuk menyampaikan kasih sayang kepada kerumunan besar atau para penonton. Istilah ciuman melayang digunakan di India untuk mendeskripsikan ciuman yang ditiup. Dalam korespondensi tertulis, ciuman diwakili oleh huruf "X" sejak setidaknya 1763.[63] Ciuman di panggung atau layar bisa dilakukan dengan benar-benar berciuman, atau dipalsukan dengan menggunakan ibu jari sebagai penghalang bibir dan memutar, jadi para penonton tidak bisa melihat tindakan dengan penuh. Beberapa literatur mengusulkan bahwa banyak manusia yang tidak berciuman.[64] Telah diklaim bahwa di Afrika Sub-Sahara, Asiatik, Polinesia, dan mungkin di beberapa penduduk asli Amerika, ciuman tidak penting sampai kolonisasi dari Eropa.[65] Untuk orang Andaman, ciuman hanya digunakan sebagai tanda kasih sayang kepada anak dan tidak mempunyai makna seksual.[66] Legalitas berciuman di publik
Pada 2007, dua orang didenda dan dipenjara untuk sebulan setelah berciuman dan berpelukan di publik di Dubai.[67] Di Prancis, berciuman dalam kereta api tidak diperbolehkan.[68] Pada 2008, Otoritas Pengembangan Media Singapura mendenda perusahaan televisi kabel StarHub karena menyiarkan adegan dua orang wanita yang berciuman.[69] Di India, pemeran kemesraan berupa tindak pidana dalam Bagian 294 KUHP India, 1860 dengan hukuman penjara maksimal 3 bulan, atau denda, atau keduanya. Hukum ini digunakan oleh polisi dan pengadilan bawah untuk mengganggu dan menuntut kekasih yang melakukan tindakan intim, seperti berciuman di publik.[70][71] Namun, dalam sejumlah kasus penting, pengadilan tinggi menolak pernyataan bahwa berciuman di depan umum cabul.[72] Dalam agamaPada periode alkitabiah, ciuman disebutkan pada Kejadian 27:26, ketika Ishak mencium Yakub, anaknya.[73] Ciuman dilakukan dalam berbagai konteks lain di Alkitab, antara lain ciuman penghormatan, dalam Ester 5:2; ciuman penaklukan, di 1 Samuel 10:1; ciuman rekonsiliasi, dalam 2 Samuel 14:33; ciuman valediksi, dalam Rut 1:14; ciuman approbasi, dalam Mazmur 2:12; ciuman rasa syukur dan rendah hati, dalam Lukas 7:38; ciuman persalaman, dalam Keluaran 18:7; dan ciuman cinta dan sukacita, dalam Kejadian 20:11. Ada juga ciuman spiritual, seperti dalam Kidung Agung 1:2; ciuman sensual, seperti dalam Amsal 7:23; dan ciuman hipokritikal, seperti dalam 2 Samuel 15:5. Ciuman mulut an janggut adalah kebiasaan pada periode alkitabiah. Ciuman janggut masih dilakukan pada budaya Arab. Ciuman tangan tidak berasal dari Alkitab, menurut Tabor.[73] Ciuman persahabatan adalah kebiasaan rasul, dan tetap menjadi salah satu ritual dalam pelayanan Perjamuan Kudus Katolik Roma.[73] Dalam Ordo Misa Katolik Roma, selebran uskup atau imam membungkuk dan mencium altar, dan menghormatinya, setelah tiba di altar selama prosesi masuk sebelum Misa dan setelah meninggalkan tempat istirahat pada penutupan Misa; jika seorang diaken sedang membantu, dia membungkuk rendah di depan altar, namun tidak menciumnya. Dalam kebudayaan primitif, memberikan ciuman kepada matahari, bulan, dan patung-patung dewa merupakan hal yang biasa. Ciuman tangan dilaporkan dimulai di Persia.[73] Menurut Tabor, ciuman penghormatan—karakter yang tidak disebutkan dalam Alkitab—mungkin berada di dahi, dan menunjukkan rasa hormat yang tinggi.[73]
IslamIkrimah Ibn Abu Jahal dilaporkan mencium Al-Quran setiap kali dia membukanya untuk menampilkan penghormatan. Ada perdebatan apakah tindakan ini baik atau berupa inovasi yang tidak boleh dilakukan.[74][75] Dalam berbagai hadith, Abu Hurairah mengatakan kepada Muhammad bahwa dia tidak pernah mencium anaknya. Dia menyatakan bahwa "Siapapun yang tidak menampilkan kesayangan kepada orang lain tidak akan disayang".[76] Mencium suami/istri adalah sunnah Nabi Muhammad SAW. Aisyah, istri Muhammad, mengatakan bahwa Muhammad mencium istrinya dan dia, dan pergi untuk melakukan salat tanpa berwudu terlebih dahulu.[n 1] Muhammad juga mengisap lidah dia (ciuman Prancis). Dan dalam Faidh al-Qadir, 5/115 no. 6536, Allama al-Munawi mengatakan bahwa foreplay/pemanasan dan ciuman bergairah[n 2] adalah sunnah muakkadah.[77][78][79] Ahli hukum dan filsuf Al-Ghazālī mengatakan bahwa "Seks sebaiknya dimulai dengan perkataan lembut dan ciuman". Sarjana India al-Zabīdī (1732–1790) menambahkan dalam magnus opum Al-Ghazālī, Kebangkitan Sains Agama (Iḥiyāʾ ʿulūm ad-dīn), bahwa "Ini sebaiknya tidak hanya di pipi dan bibir; dan kemudian dia sebaiknya membelai payudara dan puting, dan setiap bagian badannya".[80] Said bin al-Musayyib meriwayatkan bahwa Muhammad beropini bahwa ketika suami mencium istri, Allah akan menambah 60 pahala dan menghapus 60 dosa.[80] Ketika berpuasa, berciuman tidak haram, asalkan tindakan itu tidak berujung pada persetubuhan, ejakulasi, atau penelanan air liur. Jadi, ciuman Prancis ketika berpuasa tidak diperbolehkan.[81] Dalam budaya Islam, ada larangan mengenai persentuhan antara dua orang berbeda jenis kelamin yang tidak memiliki hubungan keluarga atau belum saling menikah.[82] Sedangkan ciuman antar pipi dengan sesama jenis cukup umum dilakukan, seperti di Eropa Selatan. Biologi dan efekDalam hewan lain, ada analogi ciuman lain, menurut Crawley, seperti "sentuhan paruh burung satu sama lain, kataglotisme burung merpati, dan permainan antenial beberapa serangga (dengan antena)". Bahkan, perilaku yang serupa ditemukan pada mamalia, seperti anjing, kucing, dan beruang.[6] Antropolog masih berdebat apakah ciuman dipelajari atau berupa perilaku dari insting. Ciuman mungkin terkait dengan perilaku perawatan diri yang juga dilakukan antara hewan lain, atau berasal dari perilaku ibu menpremastikasi makanan untuk anaknya. Primata lain juga memiliki perilaku berciuman.[84][85] Anjing, kucing, burung, dan hewan lain menampilkan perilaku menyondol, menjilat, dan perawatan sosial kepada sesama hewan, manusia, atau spesies lain. Ini kadang-kadang dianggap oleh pengamat sebagai sebuah jenis ciuman. Ciuman pada manusia didalilkan berasal dari regurgitasi makanan langsung mulut-ke-mulut (kiss-feeding) dari orang tua ke keturunan atau jantan ke betina (courtship feeding) dan telah dilihat pada berbagai mamalia.[86] Kiss-feeding banyak identik dengan ciuman dalam manusia (seperti ciuman Prancis). Dalam kiss-feeding, lidah digunakan untuk mendorong makanan dari mulut ibu yang disertai dengan pengisapan. Ciuman Prancis seperti kiss-feeding, namun tidak ada makanan dalam mulut. Ternyata, melalui observasi beragam spesies dan budaya, bisa dikonfirmasi bahwa tindakan ciuman dan premastikasi paling mungkin berevolusi dari perilaku memberi makanan yang identik.[86][87] FisiologiCiuman adalah perilaku kompleks yang memerlukan banyak koordinasi otot dan 34 otot muka dan 112 otot postur.[88][89] Otot paling penting adalah otot orbicularis oris, atau otot berciuman, yang digunakan untuk mengerut bibir.[90][91] Untuk ciuman Prancis, lidah juga berupa komponen penting. Ujung saraf banyak ditemukan di bibir yang membuatnya sensitif terhadap sentuhan dan gigitan.[92] Manfaat kesehatanCiuman romantis (biasanya ciuman bibir/Prancis) memicu produksi hormon kebahagiaan: oksitosin, yang mengakibatkan perasaan cinta dan menjalin kedekatan dengan pasangan, endorfin – hormon yang memicu perasaan kebahagiaan –, serotonin, dan dopamin, yang menstimulasi tempat kesenangan di otak. Berciuman secara romantis juga menurunkan kadar kortisol, sebuah hormon stres. Frekuensi ciuman yang tinggi melindungi seseorang terhadap depresi. Umumnya, kasih sayang mengurangi stres. Ciuman telah diteliti dalam eksperimen terkontrol, dan telah ditemukan bahwa meningkatkan frekuensi ciuman romantis pada pasangan kekasih menurunkan persepsi stres, meningkatkan kebahagiaan hubungan, dan menurunkan kadar kolesterol.[93] Ciuman romantis juga menurunkan tekanan darah, mengurangi rasa sakit, mengurangi reaksi alergi, mengurangi penumpukan plak, dan meningkatkan libido.[94][3][4][5] Penelitian menunjukkan bahwa berciuman bibir 10 detik menukar sekitar 80 juta bakteri antar-pasangan, dan pasangan kekasih yang sering berciuman sering memiliki mikrobiota yang sama di air liur dan lidah.[95][94] Ini dapat meningkatkan kekuatan sistem imun manusia melalui pembuatan antibodi terhadap paparan bakteri selama berciuman.[3] Studi oleh para psikolog dan dokter Jerman menemukan bahwa pria yang mencium pacar atau istri setiap hari lebih sehat dan hidup 5 tahun lebih lama.[96][97] Penularan penyakit dan efek lainCiuman bibir bisa menularkan beberapa penyakit, seperti demam kelenjar (dikenal sebagai "penyakit ciuman") dan herpes simpleks ketika ada virus di air liur. Penelitian menunjukkan bahwa penularan HIV melalui ciuman sangat tidak mungkin, meskipun ada kasus penularan HIV melalui ciuman pada 1997. Perempuan dan pria yang terinfeksi memiliki gingivitis. Oleh karena itu, penularannya melalui darah pria, bukan melalui air liur.[4][98] Berciuman bibir bisa sedikit merusak bibir, karena adanya enzim amilase dan maltosa, dan mentransfer berbagai hormon, seperti testosteron, terutama ciuman Prancis.[99] Catatan
Lihat jugaReferensi
Bacaan lanjut
Pranala luarWikiquote memiliki koleksi kutipan yang berkaitan dengan: Ciuman (Inggris). Wikimedia Commons memiliki media mengenai Ciuman.
|