Aksara paku adalah salah satu jenis tulisan kuno berbentuk paku yang dituliskan di atas lempengan tanah liat.[1] Kata "aksara paku" merupakan terjemahan harfiah dari bahasa Latin, cuneus yang berarti 'baji' atau 'paku' dan forma yang berarti "bentuk".[1] Dengan demikian, aksara paku merupakan sebuah tulisan kuno yang menggunakan "huruf paku".[1][2] Tulisan ini tergolong sebagai tulisan yang rumit dan diduga hanya digunakan oleh orang-orang tertentu.[1] Aksara paku berkembang di daerah Sumer (nama kuno untuk Mesopotamia selatan yang sekarang berada di Irak selatan, dekat Teluk Persia).[1] Diduga, tulisan ini telah digunakan oleh orang-orang Sumer sekitar tiga ribu tahun sebelum Masehi, hampir sezaman dengan Hieroglif yang berkembang di Mesir.[1] Pada praktiknya yang paling awal, aksara paku diduga digunakan untuk pembukuan di istana atau kuil di daerah Sumer.[1] Selain itu, tulisan ini juga digunakan juga untuk aktivitas perdagangan.[1] Dari Sumer, aksara paku kemudian berkembang ke Akkad (daerah di sebelah utara Sumer).[1] Dari sinilah, aksara paku berkembang (dalam bahasa Akkad) dan digunakan secara luas di daerah Timur Tengah Kuno.[1]
Sejarah
Tulisan aksara paku mengalami perubahan besar selama periode lebih dari dua milennium. Gambar di bawah menunjukkan perkembangan tanda SAG "kepala" (Borger nr. 184, U+12295 𒊕).
Tahapan:
menunjukkan pictogram sebagaimana ditulis sekitar tahun 3000 SM
menunjukkan pictogram yang diputar sebagaimana ditulis sekitar tahun 2800 SM.
menunjukkan glif yang dibuat abstrak dalam inkripsi monumental kuno, dari sekitar tahun 2600 SM
merupakan tanda yang ditulis pada tanah liat, sezaman dengan tahapan 3
digunakan pada milenium ke-3 SM
merupakan Old Assyrian ductus dari permulaan milenium ke-2 SM, sebagaimana diadopsi oleh budaya Hitit
merupakan tanda yang disederhanakan sebagaimana ditulis oleh para jurutulis Asyur pada awal milenium pertama, sampai punahnya tulisan ini.
Aksara paku Akkadia
Tulisan aksara paku archaic atau kuno diadopsi oleh orang Akkadia sejak sekitar tahun 2500 SM, dan pada tahun 2000 SM telah berkembang menjadi aksara paku Asyur kuno, dengan banyak modifikasi pada ortografi Sumeria. Persamaan bahasa Semit pada banyak tanda menjadi berubah atau disingkat untuk membentuk nilai "fonetik" baru, karena hakikat suku kata tulisan ini, yang diperhalus oleh orang Sumeria, tidak intuitif bagi pemakai bahasa Semit.
Aksara paku Asyur
Gaya penulisan "campuran" ini diteruskan sampai akhir masa kekaisaran Babilonia dan Asyur, meskipun ada periode-periode di mana "purism" menjadi mode dan ada kecenderungan untuk mengeja kata-kata dengan panjang, dengan preferensi pemakaian tanda-tanda menggunakan komplemen fonetik. Namun sampai saat itu silabari Babel masih merupakan campuran penulisan logografik dan fonemik.
Transliterasi
Aksara paku mempunyai format khusus untuk alihaksarakan atau transliterasi. Karena tulisan ini berbentuk polyvalence, transliterasinya membutuhkan pilihan tertentu bagi para pakar transliterasi, yang harus memutuskan kasus-kasus setiap huruf di mana ada beberapa makna yang mungkin dimaksudkan oleh dokumen aslinya. Misalnya tanda DINGIR pada teks Hitit dapat melambangkan suku kata Hitit an atau merupakan bagian dari suatu frasa Akkadia, melambangkan suku kata il, dapat pula merupakan sebuah Sumerogram, melambangkan makna Sumeria asli, 'allah' atau suatu determinative bagi sesosok dewa. Dalam transliterasi, berbagai rendisi glif yang sama dipilih berdasarkan perannya pada konteks tersebut.
Suku kata
Tabel berikut menunjukkan tanda-tanda yang dipakai untuk suku kata sederhana dalam bentuk CV atau VC. Sebagaimana dipakai untuk bahasa Sumeria, tulisan aksara paku pada prinsipnya mampu membedakan paling sedikit 16 konsonan, yang dialihaksarakan sebagai
b, d, g, g̃, ḫ, k, l, m, n, p, r, ř, s, š, t, z
serta empat kualitas vokal, a, e, i, u.
Bahasa Akkadia tidak menggunakan huruf g̃ atau ř tetapi perlu untuk membedakan emphatic series, q, ṣ, ṭ, mengambil berbagai tanda Sumeria "superfluous" untuk maksud itu (misalnya qe=KIN, qu=KUM, qi=KIN, ṣa=ZA, ṣe=ZÍ, ṭur=DUR dsb.)
Orang Hitit mengadopsi aksara paku Akkadia dan selanjutnya memperkenalkan tanda-tanda untuk glide w, misalnya wa=PI, wi5=GEŠTIN) serta suatu ligature I.A untuk ya.
Orang Sumeria menggunakan sistem bilangan berdasarkan angka 1, 10 dan 60. Cara menulis angka 70 adalah dengan menulis tanda angka 60 dan tanda angka 10 setelahnya. Cara penghitungan ini masih dipakai sampai sekarang untuk menghitung 60 detik per menit dan 60 menit per jam.[3]
Proposal terakhir untuk pengkodean Unicode tulisan ini diserahkan oleh dua pakar aksara paku yang bekerja sama dengan seorang penulis proposal Unicode yang berpengalaman pada bulan Juni 2004.[4]
Inventori karakter dasar diturunkan dari daftar tanda Ur III yang dikompilasi oleh Cuneiform Digital Library Initiative pada UCLA berdasarkan inventori dari Miguel Civil, Rykle Borger (2003), dan Robert Englund. Daripada mengurutkan langsung menurut bentuk glif dan kekompleksannya, menurut penomoran katalog yang ada, urutan Unicode dari glif didasarkan pada urutan abjad Latin transliterasi Sumeria "terakhir" sebagai perkiraan praktis.
Daftar penemuan utama lempengan Aksara paku
Berikut adalah sejumlah penemuan terkenal kumpulan lempengan yang memuat tulisan Aksara paku
Hayes, John L. (2000). A Manual of Sumerian Grammar and Texts. Aids and Research Tools in Ancient Near Eastern Studies. 5 (edisi ke-2d). Malibu: Undena Publications. ISBN0-89003-197-5.
Heeren (1815) "Ideen über die Politik, den Verkehr und den Handel der vornehmsten Volker der alten Welt", vol. i. pp. 563 seq., translated into English in 1833.
Kramer, Samuel Noah (1981). "Appendix B: The Origin of the Cuneiform Writing System". History Begins at Sumer: Thirty-Nine Firsts in Man's Recorded History (edisi ke-3d revised). Philadelphia: University of Pennsylvania Press. hlm. 381–383. ISBN0-8122-7812-7.
René Labat, Manuel d'epigraphie Akkadienne, Geuthner, Paris (1959); 6th ed., extended by Florence Malbran-Labat (1999), ISBN 2-7053-3583-8.
Lo, Lawrence (2007). "Sumerian". Diakses tanggal June 5, 2009.
Lassen, Christian. "Die Altpersischen Keil-Inschriften von Persepolis"
Mittermayer, Catherine; Attinger, Pascal (2006). Altbabylonische Zeichenliste der Sumerisch-Literarischen Texte. Orbis Biblicus et Orientalis. Special Edition. Academic Press Fribourg. ISBN978-3-7278-1551-5.
Patri, Sylvain (2009). L’adaptation des consonnes hittites dans certaines langues du XIIIe siècle. Zeitschrift für Assyriologie und vorderasiatische Archäologie 99(1): 87–126.
Pritchard, James Cowles (1844). "Researches Into the Physical History of Mankind", 3rd Ed., Vol IV, Sherwood, Gilbert and Piper, London
Rawlinson, Henry (1847) "The Persian Cuneiform Inscription at Behistun, decyphered and translated; with a Memoir on Persian Cuneiform Inscriptions in general, and on that of Behistun in Particular", The Journal of the Royal Asiatic Society, Vol X.
Y. Rosengarten, Répertoire commenté des signes présargoniques sumériens de Lagash, Paris (1967)
Chr. Rüster, E. Neu, Hethitisches Zeichenlexikon (HZL), Wiesbaden (1989)
Nikolaus Schneider, Die Keilschriftzeichen der Wirtschaftsurkunden von Ur III nebst ihren charakteristischsten Schreibvarianten, Keilschrift-Paläographie; Heft 2, Rom: Päpstliches Bibelinstitut (1935).
Wolfgang Schramm, Akkadische Logogramme, Goettinger Arbeitshefte zur Altorientalischen Literatur (GAAL) Heft 4, Goettingen (2003), ISBN 3-936297-01-0.
F. Thureau-Dangin, Recherches sur l'origine de l'écriture cunéiforme, Paris (1898).
Ronald Herbert Sack, Cuneiform Documents from the Chaldean and Persian Periods, (1994) ISBN 0-945636-67-9
Pranala luar
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Cuneiform.