Pertempuran Melitopol
Pertempuran Melitopol adalah pertempuran militer antara Angkatan Bersenjata Ukraina dan Angkatan Bersenjata Rusia di kota Melitopol, Oblast Zaporizhzhia. Pertempuran ini merupakan bagian dari Kampanye Ukraina selatan dalam invasi Rusia ke Ukraina tahun 2022. Pasukan Rusia menyerang Melitopol pada 25 Februari hingga menduduki kota pada 1 Maret melalui pertempuran sengit. Setelah pertempuran usai, para penduduk melakukan aksi protes terhadap pendudukan Rusia di kota tersebut. Kemudian pada 11 Maret, pasukan Rusia menangkap walikota Melitopol karena menolak untuk bekerja sama, tetapi dibebaskan kemudian melalui pertukaran dengan sembilan tawanan perang Rusia. Latar belakangMelitopol adalah kota terbesar kedua di Oblast Zaporizhzhia, setelah ibu kotanya, Zaporizhzhia. Kota ini terletak di Sungai Molochna yang mengalir di tepi timur kota menuju ke Molochnyi Lyman, yang berujung ke Laut Azov. Populasi kota Melitopol sebelum invasi Rusia diperkirakan sekitar 148,851 (perkiraan 2022)[2] Melitopol terletak di persimpangan dua jalan raya utama Eropa dan terdapat jalur penting kereta rel listrik internasional yang melintasi kota tersebut. Sebelum pendudukan Rusia di Krimea pada tahun 2014, 80% kereta penumpang yang menuju ke semenanjung, melewati kota Melitopol dan lalu lintas jalan raya diperkirakan mencapai 45.000 kendaraan per hari selama musim panas. Kota ini juga disebut sebagai "pintu gerbang menuju Krimea". Kendali atas kota ini akan memungkinkan pasukan Rusia untuk bergerak menuju Berdiansk, lalu ke Mariupol yang akan membangun jalur darat untuk menghubungkan Krimea dan Republik Rakyat Donetsk. PertempuranPada 25 Februari 2022 pukul 10:30, pasukan Rusia dilaporkan memasuki Melitopol di tengah bentrokan sengit.[3] Menurut gubernur Oblast Zaporizhzhia, Oleksandr Starukh, peluru-peluru menghantam gedung apartemen dan terjadi kerusuhan, kemudian foto-foto tentang peristiwa di jalan Lomonosov, muncul secara daring dan warga setempat membeberkan kesaksian tentang kerusuhan tersebut. Banyak rumah di sepajang jalan Pishchanska yang rusak.[4] Keesokan paginya, terjadi serangan lapis baja yang mengakibatkan kebakaran dan menyisakan mobil-mobil yang terbakar.[5] Menurut sumber tidak resmi, kantor Dewan Kota ditembaki dan beredar video tangkapan layar memperlihatkan tank-tank yang berada di jalan raya kota.[6][7] Selama pertempuran berlangsung, pasukan Rusia dilaporkan menembaki sebuah rumah sakit pusat onkologi, menewaskan empat orang dan melukai 10 lainnya.[8] Pimpinan kota Melitopol dilaporkan menyerah kepada pasukan Rusia yang mulai menduduki kota pada 25 Februari.[9] Namun, pasukan Ukraina lalu melancarkan serangan balik, dengan warga setempat yang melaporkan adanya tembakan dan tank dengan bendera nasional Rusia di jalan-jalan.[10] Pada 26 Februari, Rusia mengklaim bahwa mereka telah merebut kota tersebut,[11] meskipun Menteri Angkata Bersenjata Inggris, James Heappey mengatakan bahwa kota tersebut masih berada di bawah kendali Ukraina.[12] Kemudian pada tanggal 26 Februari, pasukan Rusia mengibarkan bendera Rusia di gedung administrasi kota. Starukh melaporkan pula bahwa bentrokan bersenjata masih berlanjut di kota tersebut, dengan baku tembak terjadi dengan pasukan pertahanan setempat.[13][14][15] Ia juga menyatakan bahwa pertempuran antara pasukan Rusia dan Ukraina terus berlanjut sepanjang malam, yang mengakibatkan 14 tentara Ukraina terluka. Menurut walikota Ivan Fedorov, pertempuran juga menghancurkan gardu listrik dan rumah sakit onkologi, tetapi ia memastikan bahwa fasilitas kesehatan tetap beroperasi seperti biasanya.[16] Pada 27 Februari, pasukan Rusia menembaki daerah-daerah di sekitar kota, termasuk dalam kota. Dilaporkan bahwa warga mendengar suara tembakan di beberapa wilayah kota sekitar pukul 5:00 pagi hari, dan telah dibentuk pasukan yang terdiri dari 150 orang untuk berpatroli pada malam hari di jalan-jalan untuk "memerangi" terjadinya penjarahan massal.[17] Keesokan hari pada 28 Februari, Layanan Darurat Negara Ukraina di Oblast Zaporizhzhia menyatakan bahwa beberapa penembakan dan serangan udara Rusia telah merusak bangunan unit penyelamatan darurat serta menghancurkan beberapa peralatan penyelamatan.[18] Pasukan pertahanan setempat, telah berhasil merebut kembali gedung balai kota pada siang hari. Hal ini disampaikan oleh walikota Ivan Fedorov, dengan mengatakan bahwa pasukan Rusia telah menghancurkan sebagian besar bangunan balai kota tersebut ketika pertama kali direbut. Laporan-laporan penjarahan massal di gerai-gerai terus berlanjut.[19] Pada 1 Maret, setelah penangguhan singkat, pasukan Rusia mulai bersiap untuk melanjutkan kembali serangan mereka terhadap Melitopol dan kota-kota lainnya.[20] Walikota kemudian menyatakan bahwa meskipun pasukan Rusia telah berhasil menduduki kota, tetapi Melitopol "belum menyerah". Dalam pernyataannya, Fedorov juga menyoroti situasi kemanusiaan di kota tersebut, dengan mengatakan bahwa masyarakat mengalami kesulitan dalam menarik uang dari bank dan ia mendesak warga untuk menjatah persediaan mereka karena masalah-masalah yang belum terselesaikan terkait dengan pasokan bahan bakar serta suplai makanan dan obat-obatan.[21] Seorang pejabat Departemen Pertahanan Amerika Serikat juga membenarkan bahwa Melitopol telah direbut kembali oleh pasukan Rusia.[22] KesudahanSetelah Melitopol berada di bawah pendudukan militer Rusia.[23] Berbagai gelombang protes terjadi selama pendudukan Rusia di kota tersebut. Pada 11 Maret, pasukan Rusia diduga menculik walikota Ivan Fedorov,[24] karena ia tidak ingin melakukan kerja sama apapun kepada pasukan Rusia. Fedorov mengatakan bahwa pasukan Rusia telah menggeledah kantornya hingga mengasingkan karyawannya ke tempat lain dalam upayanya untuk tetap menjalankan pemerintahan. Tindakan ini memicu aksi protes dari warga Melitopol yang menuntut pembebasan Fedorov.[25] Fedorov dibebaskan lima hari kemudian melalui pembebasan sembilan tawanan perang Rusia.[26] Pada tanggal 13 Maret, Dewan Kota Melitopol menyatakan bahwa, "Pasukan pendudukan Federasi Rusia berupaya membentuk administrasi pendudukan kota Melitopol secara ilegal."[27] Ia mengajukan banding kepada Jaksa Agung Ukraina, Iryna Venediktova, untuk mengajukan penyelidikan pra-sidang terhadap Danilchenko dan partainya Blok Oposisi karena pengkhianatan.[27] Media Ukraina, Ukrayinska Pravda melaporkan bahwa militer Rusia telah menculik Ketua Dewan Distrik Melitopol Serhiy Priyma dan mencoba menculik Sekretaris Dewan Kota Roman Romanov.[28] Sementara itu, terlihat kendaraan militer Rusia mengumumkan melalui pengeras suara yang melarang aksi demonstrasi dan berkumpul, serta pemberlakuan jam malam yang dimulai pukul 18.00 hingga 06.00.[29] Ukraina mengklaim pasukan Rusia menggunakan tank T-62 di wilayah Melitopol.[30] Referensi
|