Leang Karampuang
Leang Karampuang (Bugis: ᨒᨙᨕ ᨀᨑᨇᨘᨕ & Makassar: ᨒᨙᨕ ᨀᨑᨄᨘᨕ) atau Gua Karampuang adalah situs arkeologi berupa gua prasejarah yang terletak di perbukitan Karst Maros-Pangkep, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Secara administratif, gua ini terletak di wilayah Desa Samangki, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia. Pada 3 Juli 2024, sebuah jurnal ilmiah internasional terkemuka, Nature merilis hasil publikasi penelitian tentang lukisan gua di situs Leang Karampuang yang diteliti sejak tahun 2019. Lukisan gua (cadas) tersebut diklaim berusia 51.200 tahun yang lalu dan menjadikan lukisan tersebut paling tua di dunia mengalahkan lukisan yang terdapat di Leang Tedongnge (45.500 tahun yang lalu). Lukisan gua tersebut bergambar tiga figur menyerupai manusia yang sedang berinteraksi dengan seekor babi hutan. Selain menjadi yang tertua di dunia, lukisan ini juga menjadi bukti tradisi bertutur dan bercerita pada zaman prasejarah. Temuan ini merupakan hasil riset dari kerjasama antara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Universitas Southern Cross, dan Universitas Griffith.[1][2][3][4] EtimologiKarampuang secara etimologis berasal dari perpaduan kata "karaeng" dan "puang", karena pengaruh gejala bahasa berupa alomorf eng menjadi m. Keduanya menunjuk dua entitas dari dua kerajaan besar di Sulawesi Selatan dahulu, yaitu Kerajaan Bone dan Kerajaan Gowa. Raja Gowa (Karaeng) dan Raja Bone (Puang) menjadi simbol gelar kekuasaan dan kepemimpinan dalam sebuah peristiwa bersejarah di masa lalu. Karena wilayah Maros merupakan wilayah perebutan dan pengaruh kekuasaan dari dua kerajaan besar tersebut.[5][6][7][8] AksesibilitasAkses menuju ke situs Leang Karampuang cukup mudah dijangkau karena lokasinya tidak terlalu jauh dari badan Jalan Provinsi/Nasional di Jl. Poros Maros-Bone. Berada dekat dengan perumahan BTP Samanggi, Desa Samangki, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros. Jarak situs ini ke Bandara Internasional Sultan Hasanuddin adalah 27 km atau ke pusat perkotaan Kabupaten Maros adalah hanya 17 km. Penelitian dan tinggalan arkeologisTim peneliti dari BRIN, Universitas Griffith, dan Universitas Southern Cross menemukan lukisan gua tertua di dunia yang tergambar di permukaan gua kapur di Leang Karampuang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Lukisan cadas itu menggambarkan tiga figur menyerupai manusia sedang berinteraksi dengan seekor babi hutan. Tim peneliti mengatakan lukisan di Leang Karampuang diperkirakan telah berumur setidaknya 51.200 tahun. Penemuan itu menurutnya memiliki implikasi penting terkait pemahaman mengenai asal-usul seni paling awal. Hasil yang peneliti peroleh ini sangat mengejutkan karena belum ada karya seni dari zaman Es Eropa yang terkenal yang umurnya mendekati umur lukisan gua Sulawesi ini, walau ada pengecualian pada beberapa temuan kontroversial di Spanyol. Penemuan ini merupakan seni cadas pertama di Indonesia yang umurnya melampaui 50.000 tahun. Penemuan ini juga mengindikasikan bahwa lukisan gua yang bersifat naratif merupakan bagian penting dalam budaya seni manusia awal Indonesia pada masa itu. Pada dasarnya manusia sudah memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dalam bentuk cerita sejak lebih dari 51.200 tahun, namun karena kata-kata tidak bisa menjadi fosil batu maka yang tertinggal hanyalah penggambaran dalam bentuk seni. Temuan di Sulawesi ini adalah bukti tertua yang bisa diketahui dari sudut pandang arkeologi. Seni hias gua dari Leang Karampuang dan Leang Bulu' Sipong 4 memberikan pemahaman baru terhadap signifikansi budaya bercerita dalam kaitannya dengan sejarah seni. Lukisan cadas tertua yang peneliti temukan di Sulawesi ini terdiri atas beberapa adegan yang bisa dikenali dengan mudah, yaitu penggambaran interaksi manusia dan hewan yang bisa ditafsirkan bahwa seniman pembuatnya berusaha untuk berkomunikasi secara naratif. Ini merupakan sebuah penemuan mutakhir karena pandangan akademis selama ini menunjukkan bahwa lukisan gua figuratif awal hanya terdiri atas panel individual tanpa memperlihatkan adegan yang jelas. Kemunculan representasi gambar yang memiliki cerita baru muncul kemudian dalam seni hias Eropa. Publikasi ini sangat bermakna bagi narasi kebudayaan dunia dari berbagai aspek ilmu pengetahuan. Serta juga makin memperkuat nilai penting warisan arkeologi Maros-Pangkep sebagai kawasan yang sangat penting dilindungi dan dimanfaatkan untuk riset, pendidikan, termasuk pariwisata untuk kesejahteraan masyarakat.[9] Latar belakang penemuanLukisan cadas dan bersifat naratif di situs ini pertama kali ditemukan oleh Balai Arkeologi (Balai Arkeologi Makassar) di bawah naungan Kemendikbud dan Tim Survei Penyelamatan BPK (Balai Pelestarian Kebudayaan) XIX Makassar tahun 2018. Kemudian penelitian lebih lanjut tahun 2022 dilakukan oleh Tim Arkeolog dari Universitas Griffith, Australia bekerjasama dengan BRIN yang dipimpin oleh Profesor Maxime Aubert bersama Adhi Agus Oktaviana. Tim ini menggunakan metode penanggalan LA-Useries untuk menentukan usia lukisan tersebut. Sebelumnya pada tahun 2021, tim yang sama menemukan lukisan babi di Leang Tedongnge yang berusia sekitar 45.500 tahun. Selain itu, mereka juga menemukan lukisan di Leang Bulu' Sipong 4 yang berusia sekitar 43.900 tahun. Penemuan-penemuan ini mengungkapkan bahwa Manusia Modern Awal di wilayah ini sudah mampu membuat seni dengan cerita dan representasi yang sangat maju pada masanya. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan artistik dan naratif Manusia Modern Awal sudah berkembang jauh lebih awal dari yang sebelumnya diperkirakan. Tim penelitiSebanyak 23 peneliti terlibat dalam penelitian ini, yakni:
Konferensi persPada Kamis 4 Juli 2024 pukul 10.00 WIB, Tim peneliti dari BRIN, Universitas Griffith, dan Universitas Southern Cross melakukan konferensi pers di Gedung BRIN, Jakarta terkait temuan gambar cadas bernarasi tertua di dunia yang ditemukan di Leang Karampuang, Indonesia. Sehari sebelumnya pada 3 Juli 2024, hasil penelitian ini telah diterbitkan di jurnal Nature. Tim peneliti ini membuat suatu penemuan penting terkait lukisan gua di wilayah Sulawesi, Indonesia, yang diperkirakan merupakan lukisan gua tertua yang pernah ditemukan hingga saat ini. Lukisan cadas yang dimaksud terletak di gua kapur di Leang Karampuang, Kabupaten Maros, dan menggambarkan tiga figur menyerupai manusia yang sedang berinteraksi dengan seekor babi hutan. Dalam menentukan umur lukisan gua tersebut, tim penelitian mengaplikasikan metode analisis mutakhir melalui ablasi laser U-series (LA-U-series) untuk mendapatkan pertanggalan akurat pada lapisan tipis kalsium karbonat yang terbentuk di atas seni hias tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa seni hias di bawah lapisan tersebut memiliki pertanggalan paling awal sekitar 51.200 tahun yang lalu, membuatnya sebagai gambar hias gua tertua di dunia sekaligus narasi seni paling awal yang pernah ditemukan. Sorotan duniaPasca publikasi temuan lukisan tertua di dunia ini, banyak surat kabar terkemuka dunia dan media daring terbesar merilis hasil temuan yang menyentakkan dunia ini.
DampakSejak diidentifikasi sebagai lukisan tertua di dunia dan pengungkapan lukisan yang bersifat naratif. Hal ini dapat memperkuat dan mempertegas bahwa peradaban manusia modern awal berada di Indonesia bukan di Eropa yang selama ini didengungkan berdasarkan temuan lukisan berusia 36.000 tahun di Gua Altamira, Spanyol. Selain itu, jejak-jejak budaya Melanesia di Pulau Sulawesi mulai diidentifikasi. Temuan arkeologisLukisan yang ditemukan di Leang Karampuang, kawasan karst Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan. Hasil analisis terbaru menunjukkan bahwa seni hias di Leang (Gua) Karampuang ini telah berumur paling tidak 51.200 tahun. Babi besar itu berdiri dalam posisi tegak dengan mulut terbuka sebagian. Binatang yang dilukis dengan warna merah itu dikelilingi tiga sosok mirip manusia berwarna serupa. Salah satu sosok mirip manusia terbesar, yang berhadap-hadapan dengan babi itu merentangkan dua tangan, di mana tangan kirinya memegang semacam tongkat. Lukisan yang ditemukan di Leang Karampuang, kawasan karst Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan, ini merupakan karya gambar hias gua tertua di dunia. Hasil analisis terbaru menunjukkan bahwa seni hias di Leang (Gua) Karampuang ini telah berumur paling tidak 51.200 tahun dan membuatnya sebagai narasi seni paling awal yang pernah ditemukan dan diteliti hingga saat ini.[12] Selain lukisan/gambar cadas, di Leang Karampuang juga ditemukan tinggalan arkeologis berupa fragmen tembikar, cangkang moluska, fragmen tulang manusia dan fauna dan konkresi tulang.[13] Lihat pula
Referensi
|