Daftar ini belum tentu lengkap. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya. (Mei 2017)
Bidat sudah menjadi keprihatinan komunitas-komunitas Kristen selambat-lambatnya sejak Surat Petrus yang ke-2 ditulis. Surat ini berisi peringatan kepada umat Kristen untuk mewaspadai guru-guru palsu yang hendak memasukkan ajaran-ajaran sesat yang membinasakan (2 Petrus 2:1). Selama dua tiga abad pertama sejarah Gereja, bidat dan skisma tidak dibedakan secara tegas. Kerancuan yang sama juga muncul dalam ajaran filsafat Skolastika Abad Pertengahan. Sekarang ini, bidat dipahami sebagai penyangkalan terhadap kebenaran-terwahyu yang diajarkan Gereja.[1]Friedrich Schleiermacher, salah seorang teolog abad ke-19, mendefinisikan bidat sebagai "ajaran yang mempertahankan tampilan Kristen tetapi sesungguhnya bertentangan dengan inti sari ajaran Kristen".[2]
Gereja Katolik membedakan bidat 'material' dari bidat 'formal'. Menjadi ahli bidat material berarti "menganut ajaran-ajaran yang keliru bukan karena kesalahan diri sendiri", seperti yang terjadi pada orang-orang yang tumbuh besar di dalam komunitas-komunitas non-Katolik. Bidat material "bukanlah kejahatan maupun dosa", karena pelakunya tidak pernah menerima ajaran yang benar.[1] Menjadi ahli bidat formal berarti "dengan sengaja dan bersungguh-sungguh menganut suatu kekeliruan dalam perkara iman" selaku warga terbaptis Gereja Katolik, dan oleh karena itu merupakan dosa yang mendatangkan laknat kekal di akhirat maupun ekskomunikasiipso facto di dunia. Dalam hal ini, "perkara iman" berarti dogma-dogma ketetapan magisterium Gereja Katolik yang mustahil-keliru.[3] Selain unsur kekeliruan intelektual, harus ada pula unsur "kemauan yang sungguh-sungguh" untuk mempertahankan kekeliruan tersebut, kendati nyata-nyata bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik.[4]
Sejumlah gereja Protestan juga memakai konsep yang sama dalam menghadapi orang-orang pribadi maupun kelompok-kelompok yang mereka pandang sebagai ahli bidat, akan tetapi ketiadaan otoritas doktrinal terpusat di dalam rumpun besar Kristen Protestan memunculkan ketidakseragaman pandangan perihal sesat tidaknya suatu ajaran. Gereja Ortodoks Timur pun hanya membidatkan suatu ajaran secara resmi di dalam konsili oikumene, dan sekarang ini hanya mengakui tujuh konsili terdahulu sebagai konsili-konsili yang bersifat oikumene.
Artikel ini memuat daftar berbagai ajaran yang secara terbuka dibidatkan sebelum tahun 1054 oleh Gereja-Gereja yang mengamini keputusan Konsili Kalsedon, maupun ajaran-ajaran yang baru muncul kemudian hari tetapi mirip dengan ajaran-ajaran yang sudah dibidatkan. Pemerian beberapa ajaran modern yang dibidatkan Gereja Katolik disajikan di dalam sebuah apendiks. Semua daftar tersusun secara alfabetis.
Dari generasi ke generasi, ortodoksi dan bidat dicermati di dalam bingkai pemahaman "ortodoksi" sebagai rantai pewarisan tradisi yang asli. Seiring bergulirnya waktu, pandangan semacam ini dianggap tidak lagi memadai. Definisi ortodoksi selanjutnya ditautkan dengan wewenang dan wibawa Gereja Roma yang kian menanjak. Pada tahun 1959, Henry Chadwick mengemukakan pandangannya bahwa semua komunitas Kristen dipertalikan satu sama lain oleh peristiwa-peristiwa seputar kelahiran Gereja di Yerusalem, dan peristiwa-peristiwa inilah yang terus-menerus menjadi faktor penentu penting dalam pembentukan ortodoksi doktrinal.[5] Menurut Alister MacGrath, pandangan Henry Chadwick secara historis tampaknya jauh lebih masuk akal.[5]
Demi kenyamanan pembaca, bidat-bidat yang muncul pada zaman Gereja Purba dipilah-pilah menjadi tiga kelompok, yakni kelompok bidat Tritunggal/Kristologi, kelompok bidat Gnostik, dan bidat-bidat lain di luar kedua kelompok tersebut.
Bidat-bidat Tritunggal/Kristologi
Di dalam ilmu teologi, istilah Kristologi mengandung arti ganda. Secara sempit, Kristologi berarti ikhtiar untuk memahami bagaimana keilahian dan kemanusiaan terhubung di dalam pribadi Yesus Kristus. Secara luas, Kristologi berarti kajian menyeluruh terhadap pribadi, riwayat hidup, dan kiprah Yesus Kristus.[6] Bagian ini menggunakan istilah Kristologi dalam arti sempit.
Ajaran ortodoks tentang Tritunggal, sebagaimana dijabarkan dan dimufakati secara resmi di Konstantinopel pada tahun 381,[7] adalah ajaran bahwa Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus merupakan satu kewujudan di dalam tiga hipostasis, yang diterjemahkan secara kurang tepat menjadi "pribadi".[8] Pertanyaan kristologis yang muncul selanjutnya adalah bagaimana Yesus Kristus dapat bersifat ilahi sekaligus insani. Sesudah melewati banyak perdebatan, pertanyaan ini dijawab tuntas secara resmi dalam Konsili Efesus tahun 431, Konsili Kalsedon tahun 451, dan Konsili Konstantinopel III tahun 680.
Keyakinan bahwa Yesus terlahir sebagai manusia biasa (tidak ilahi), hidup sebagai insan berakhlak sempurna, barulah kemudian hari diangkat menjadi Putra Allah dengan turunnya Roh Kudus ke atas dirinya.
Dicetuskan di kota Roma sekitar tahun 190 oleh Teodotus, saudagar kulit samakan asal Bizantium, dan kemudian hari dimunculkan kembali oleh Paulus dari Samosata.
Teodotus diekskomunikasi Paus Viktor, sementara Paulus dari Samosata dibidatkan Sinode Antiokhia tahun 268.
Nama lain: Psilantropisme dan Monarkianisme Dinamis.[9] Kemudian hari Adopsionisme dikecam sebagai cikal bakal Nestorianisme.
Keyakinan bahwa Yesus memiliki jiwa (persemayaman emosi) dan raga insani yang bersifat hina, tetapi berakal budi ilahi yang bersifat mulia. Apolinaris juga mengajarkan bahwa jiwa insan terlahir dari jiwa insan lain, sebagaimana raga insan terlahir dari raga insan lain.
Ada beragam bentuk penyangkalan terhadap keilahian Yesus Kristus, tetapi semuanya mengajarkan bahwa Yesus Kristus adalah makhluk ciptaan Allah Bapa, kewujudannya memiliki awal, dan sebutan "Putra Allah" hanyalah gelar kehormatan.[10]
Bidat ini dinisbatkan kepada Arius (sekitar 250–336) yang hidup dan mengajar di Aleksandria, Mesir.
Mula-mula Arius dibidatkan dalam Konsili Nikea I, tetapi kemudian dibebaskan dari segala dakwaan atas tekanan pemerintah Kekaisaran Romawi, dan baru dinyatakan sebagai ahli bidat sesudah wafat. Permasalahan seputar Arianisme akhirnya dituntaskan di dalam Konsili Konstantinopel I tahun 381.
Segala macam ajaran yang memungkiri "kesehakikat Yesus Kristus dengan Allah Bapa", baik yang mengatakan bahwa Yesus hanya "serupa hakikatnya" dengan Allah Bapa, maupun yang mengatakan bahwa Yesus "tidak serupa hakikatnya" dengan Allah Bapa, dapat dianggap sebagai bentuk lain dari Arianisme.
Keyakinan bahwa raga Yesus bersifat maya, demikian pula penyalibannya. Jadi, Yesus hanya tampak seolah-olah berjasad dan mengalami kematian jasmani, tetapi sesungguhnya tidak berjasad, murni rohani, dan oleh karena itu mustahil mengalami kematian jasmani.
Keyakinan semacam ini diketahui sudah muncul pada abad pertama Masehi, tetapi baru mengemuka pada pada abad-abad selanjutnya karena dianut kaum Gnostik.
Doketisme dibidatkan konsili-konsili oikumene dan agama Kristen arus utama, sehingga hampir punah sepenuhnya pada milenium pertama tarikh Masehi.
Gerakan-gerakan Gnostik yang menyintasi milenium pertama tarikh Masehi, misalnya golongan Katari, menjadikan Doketisme sebagai bagian dari akidah mereka. Gerakan-gerakan ini diberantas dalam Perang Salib Albigenses tahun 1209–1229.
Dibidatkan Hieronimus di dalam risalahnya, Altercatio Luciferiani et orthodoxi.
Golongan Makedonius atau golongan Pneumatomaki (orang-orang yang memerangi Roh Kudus)
Meskipun mengakui keilahian Yesus Kristus seturut ajaran konsili Nikea tahun 325, golongan ini menyangkal keilahian Roh Kudus. Menurut mereka, Roh Kudus adalah ciptaan Allah Putra, dan hamba dari Allah Bapa dan Allah Putra.
Demi memerangi bidat ini, bapa-bapa Gereja menambahkan kalimat "dan akan Roh Kudus, Tuhan yang menghidupkan, yang berasal dari Bapa, yang bersama-sama dengan Bapa dan Putra disembah dan dimuliakan, yang bersabda melalui para nabi" ke dalam Syahadat Nikea pada Konsili Oikumene ke-2.
Sempalan Kristen yang mengajarkan bahwa Melkisedek adalah titisan Logos (Firman Allah) dan menyamakannya dengan Roh Kudus.
Digugat Markus Pertapa di dalam bukunya, Eis ton Melkisedek (Melawan Golongan Melkisedek)[13]
Tidak diketahui apakah sempalan ini bertahan menyintasi abad ke-9. Anggota-anggotanya mungkin sekali terserak ke seluruh Jazirah Anatolia dan Jazirah Balkan sesudah Tefrike dihancurkan.
Keyakinan bahwa Tritunggal terdiri atas Allah Bapa, Allah Putra, dan Bunda Maria, dan bahwa Allah Putra adalah buah perkawinan Allah Bapa dengan Bunda Maria.
Keberadaan bidat ini diketahui dari keterangan Epifanius di dalam risalahnya, Panarion.
Ada tidaknya bidat ini masih menjadi pokok perdebatan lantaran ketiadaan bukti sejarah selain risalah Panarion.[14]
Penitikberatan yang berlebihan terhadap ketidakterbagian Allah sehingga menyepelekan dua "pribadi" Tritunggal lainnya dapat menuntun orang kepada Sabelianisme (Modalisme) atau Adopsionisme.
Penitikberatan "monarki" Allah di dalam teologi Kristen Timur adalah cara sah untuk menegaskan keesaan-Nya, dan Allah Bapa juga dipandang sebagai sumber keilahian. Penitikberatan semacam ini berubah menjadi bidat bilamana diangkat ke taraf berlebihan.
Keyakinan bahwa kodrat ilahi Kristus menguasai dan menutupi kodrat insaninya, bertentangan dengan ajaran Konsili Kalsedon bahwa Kristus memiliki dua kodrat, ilahi sekaligus insani, bertentangan pula dengan Miafisitisme yang mengajarkan bahwa kodrat insani dan kodrat ilahi prainkarnasi Kristus manunggal menjadi satu kodrat manusia-ilahi mulai dari peristiwa inkarnasi sampai selama-lamanya.
Eutikes diekskomunikasi pada tahun 448. Monofisitisme dan Eutikes dibidatkan Konsili Kalsedon tahun 451. Monofisitisme juga dibidatkan Gereja-Gereja Ortodoks Oriental.
Keyakinan bahwa Yesus Kristus memiliki dua kodrat tetapi hanya satu kehendak, bertentangan dengan tafsir Kristologi ortodoks yang mengatakan bahwa Yesus Kristus memiliki dua kehendak, yakni kehendak insani dan kehendak ilahi, sesuai dengan kodrat gandanya.
Muncul di Armenia dan Suriah pada tahun 633.
Monotelitisme secara resmi dibidatkan Konsili Konstantinopel III tahun 680–681. Pihak-pihak yang dibidatkan di dalam konsili ini adalah Gereja-Gereja Ortodoks OrientalSuriah, Armenia, Koptik, maupun Maronit, meskipun dewasa ini Gereja Maronit menyangkal pernah menganut Monotelitisme dan bersatu secara paripurna dengan Uskup Roma. Umat Kristen di Inggris membidatkan Monotelitisme dalam Konsili Hatfield tahun 680.
Nestorius menolak pemberian gelar Teotokos kepada Perawan Maria, dan mengusulkan gelar Kristotokos sebagai gantinya. Banyak pendukung Nestorius hijrah ke Persia, bergabung dengan umat Kristen setempat, yang kemudian hari dikenal dengan nama Gereja di Timur. Pada dasawarsa-dasawarsa selanjutnya, doktrin Gereja di Timur kian lama kian kental dengan unsur-unsur Nestorianisme sehingga dijuluki Gereja Nestorian.
Keyakinan bahwa Yesus hanyalah "manusia belaka", baik dengan dalih bahwa ia tidak pernah menjadi ilahi, maupun dengan dalih bahwa ia tidak wujud sebelum dilahirkan sebagai seorang manusia.
Keyakinan bahwa Bapa, Putra, dan Roh Kudus, adalah tiga karakterisasi belaka dari satu Allah, bukannya tiga "pribadi" yang berlainan di dalam satu kewujudan Allah.
Pertama kali dicetuskan secara resmi oleh Noetus dari Smirna sekitar tahun 190, diperjelas Sabelius sekitar tahun 210 dengan mengajarkan bahwa Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus hanya sekadar nama-nama bagi peran-peran berlainan dari satu Allah yang sama di dalam sejarah dan ekonomi keselamatan.
Noetus dibidatkan para presbiter Smirna, Tertulianus sengaja menulis risalah Adversus Praxeam demi melawan Sabelianisme, dan Sabelius sendiri dibidatkan Paus Kalistus.
Nama lain: Patripasianisme, Modalisme, Monarkianisme Modalistis
Keyakinan bahwa Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus adalah tiga kewujudan yang berlainan dan berdiri sendiri-sendiri, bukannya tiga pribadi dari satu kewujudan dan satu hakikat.
Gnostisisme adalah sebutan bagi sekumpulan gerakan keagamaan sinkretis yang terdiri atas beragam akidah tetapi pada umumnya mengajarkan bahwa umat manusia adalah jiwa-jiwa ilahi yang terperangkap di alam jasmani ciptaan Demiurgos, allah yang tidak sempurna, yang kerap disamakan dengan Allahagama ibrahimi. Gnostisisme merupakan pengingkaran (kadang-kadang dari perspektif asketis) dan vilifikasi terhadap tubuh manusia dan alam jasmani atau kosmos. Gnostisisme mengajarkan dualitas jasmani (materi) lawan rohani, atau raga (yang jahat) lawan jiwa (yang baik). Menurut Gnostisisme, alam kodrati atau alam jasmani kelak dan sudah sepantasnya dibinasakan (sepenuhnya dimusnahkan) oleh Allah rohani yang sejati, demi membebaskan umat manusia dari kekuasaan allah palsu alias Demiurgos.
Anggapan keliru tentang arti Gnostisisme yang umum beredar bersumber dari kenyataan bahwa arti kata "gnostik" pada masa lampau sama dengan arti kata "mistik" dewasa ini. Ada beberapa ahli mistik (dalam arti modern) Kristen Ortodoks yang mengajarkan gnosis (pengetahuan akan Allah atau pengetahuan akan Yang Mahabaik) sehingga dapat disebut ahli gnostik dalam arti positif (misalnya Diadokos dari Fotiki).
Meskipun Gnostisisme dulu dianggap sebagai penyelewengan ajaran Kristen, kini sudah didapati jejak-jejak keberadaan sistem Gnostik dari beberapa abad sebelum permulaan tarikh Masehi.[15] Mungkin saja Gnostisisme sudah muncul sebelum abad pertama Masehi, sebelum Yesus lahir.[16] Gnostisisme menyebar ke seluruh Kawasan Laut Tengah dan Timur Tengah sebelum dan pada abad ke-2 dan ke-3, menjadi bidatdualistis di dalam agama Yahudi (lih. Notsrim), agama Kristen, maupun filsafat Helenis di negeri-negeri yang dikuasai Kekaisaran Romawi, bangsa Goti penganut Arianisme (lih. Hunerik), dan Kekaisaran Persia. Peralihan keyakinan ke agama Islam dan Perang Salib Albigenses (1209–1229) benar-benar menggerus jumlah penganut ajaran Gnostik pada Abad Pertengahan, kendati masih ada segelintir komunitas terisolasi yang sintas sampai hari ini. Gagasan-gagasan Gnostik sangat memengaruhi ajaran-ajaran filsafat dari berbagai gerakan mistikkebatinan pada akhir abad ke-19 dan abad ke-20 di Eropa dan Amerika Utara, antara lain beberapa gerakan yang terang-terangan mengaku sebagai penyintas bahkan kesinambungan dari kelompok-kelompok Gnostik terdahulu.
Sempalan yang percaya bahwa ular yang mencobai Adam dan Hawa adalah tokoh pahlawan, sementara Allah yang melarang Adam dan Hawa memakan buah dari Pohon Pengetahuan adalah tokoh seteru.
Terbentuk pada abad ke-4 atas prakarsa Priskilianus, bersumber dari doktrin-doktrin Gnostik-Manikeis yang diajarkan Markus. Priskilianus dipidana mati Kaisar Gratianus atas kejahatan sihir.
Dibidatkan Sinode Zaragoza tahun 380.
Berkembang pada abad ke-5 sekalipun terus diberantas. Jumlah pengikutnya menyusut pada abad ke-6, dan Priskilianisme akhirnya menghilang tak lama seusai penyelenggaraan Sinode Braga tahun 563.
Sempalan Kristen yang percaya bahwa ular di Taman Eden adalah utusan Allah sejati yang menyampaikan pengetahuan akan kebenaran kepada manusia melalui kejatuhan manusia.
Setiap paham yang mengajarkan bahwa kasih karunia membebaskan umat Kristen dari segala kewajiban hukum moral. Santo Paulus merasa perlu membantah tuduhan semacam ini yang dilontarkan lawan-lawannya lantaran pandangan yang dikemukakannya mengenai Hukum Taurat (Roma 3:8)[19]
Sejumlah sempalan Gnostik (misalnya golongan Ofites dan golongan Nikolaus) mengajarkan bahwa karena materi berlawanan dengan roh, jasad menjadi tidak penting artinya. Pandangan-pandangan serupa juga dianut beberapa tokoh Anabaptis pada abad ke-16 sebagai konsekuensi dari pembenaran oleh iman dan kemudian hari juga dianut beberapa sempalan di Inggris pada abad ke-17. Istilah "antinomianisme" lahir dalam konteks sebuah pandangan minoritas Protestan bahwa lantaran iman saja sudah cukup untuk mencapai keselamatan, orang tidak perlu menaati hukum agama,[20] dan hukum-hukum agama itu sendiri dikesampingkan atau "dibatalkan" karena dianggap tidak esensial.
Beberapa kelompok telah mengaku menganut paham antinomianis, dan istilah "antinomianis" sudah jamak digunakan satu kelompok untuk mengecam pandangan kelompok lain.
Keyakinan bahwa Allah memiliki wujud insani (antropomorfisme), dan perayaan peringatan wafat Yesus harus diselenggarakan bertepatan dengan perayaan Paskah Yahudi (kuartodesimanisme).
Nama Audianisme berasal dari nama pemimpin sempalan bidat ini, yakni Audius (atau Audeus), seorang Suriah yang hidup pada abad ke-4.
Golongan Donatis adalah kaum yang sangat mementingkan kekudusan. Mereka berpandangan bahwa Gereja semestinya adalah jemaat orang-orang kudus, bukan jemaat orang-orang berdosa, dan sakramen-sakramen yang dilayankan para traditores pada hakikatnya tidak sah. Mereka juga menghargai kesyahidan sebagai kebajikan Kristen tertinggi dan memandang orang-orang yang giat berusaha untuk mati syahid sebagai orang-orang kudus.
Nama sempalan ini berasal dari nama pemimpinnya yang kedua, Donatus Magnus.
Golongan Donatis tampil menonjol pada masa hidup Santo Agustinus, Uskup Hipo, dan baru menghilang seusai perang penaklukan yang dilancarkan bangsa Arab.[24]
Istilah Kaum Ebioni berasal dari kata Ibrani אביונים Evionim, artinya "kaum papa",[27][28]
Kaum Ebioni dianggap sebagai ahli bidat oleh Yustinus Martir dalam Dialog dengan Trifo Si Yahudi bab xlvii.
Pada tahun 375, Epifanius melaporkan keberadaan orang-orang Ebioni di Siprus. Kemudian hari, Teodoretus, Uskup Kiros, melaporkan bahwa mereka sudah tidak ada lagi di pulau itu.[29]
Zat (ousia) Tritunggal dapat diindrai secara jasmani.
Allah Tritunggal mentransformasikan diri-Nya menjadi satu hipostasis (hakikat) tunggal demi menyatu dengan jiwa-jiwa manusia yang sudah disempurnakan.
Allah pernah mengejawantah dalam berbagai bentuk demi menyingkapkan diri-Nya kepada panca indra manusia.
Hanya penyingkapan diri Allah yang terindra sajalah yang dapat mengaruniakan kesempurnaan bagi orang Kristen.
Keadaan sempurna, yakni bebas dari dunia dan hawa nafsu, hanya dapat dicapai melalui doa, bukan melalui Gereja maupun sakramen-sakramen. ("Eukites" artinya "para pesembahyang")
Dibidatkan Flavianus, Uskup Antiokhia, sekitar tahun 376
Sempalan ini mungkin bertahan hidup sampai beberapa abad kemudian, dan memengaruhi kaum Bogomil di Bulgaria, gereja Bosnia, kaum Paterene, dan kaum Katari.[30]
Keyakinan bahwa ikon adalah berhala sehingga harus dimusnahkan.[31]
Sejak akhir abad ke-7, sebagian kalangan di dalam Gereja Yunani bereaksi menentang penghormatan terhadap ikon-ikon. Pada tahun 726, Kaisar Leo III memerintahkan pemberantasan segala macam ikon dan aniaya terhadap pihak-pihak yang melawan pemberantasan ikon. Kebijakan ini diteruskan oleh para penggantinya sampai sekitar tahun 780. Kemudian hari, Kaisar Leo V sekali lagi melancarkan aksi pemberantasan ikon yang berjalan sampai kemangkatan Kaisar Teofilos pada tahun 842.
Dibidatkan Konsili Nicea II tahun 787, konsili yang meregulasi penghormatan ikon.
Kaisar Leo III mungkin termotivasi kepercayaan bahwa penghormatan ikon, khususnya penghormatan secara berlebihan, adalah faktor utama yang menghalangi umat Yahudi dan Muslim memeluk agama Kristen.
Salah satu sistem kepercayaandualisKristen Purba. meskipun tetap percaya bahwa Yesus Kristus adalah Juru Selamat utusan Allah dan Paulus adalah rasul utama Yesus, Markion menolak Alkitab Ibrani dan Allah orang Ibrani. Para penganut Markionisme percaya bahwa Allah orang Ibrani yang bengis adalah entitas yang terpisah dan lebih rendah daripada Allah Perjanjian Baru yang mahapengampun. Kepercayaan ini mirip dengan teologi Kristen Gnostik dalam satu dua perkara, tetapi berbeda dalam perkara-perkara selebihnya.
Banyak apolog Kristen terdahulu membidatkan Markionisme, seperti yang dilakukan Tertulianus di dalam risalahnya, Adversus Marcionem (tahun 207).
Markionisme bercokol di Dunia Barat selama 300 tahun, kendati gagasan-gagasan Markionistis sudah kehilangan gaungnya.[33] Markionisme masih bercokol di Dunia Timur sampai beberapa abad kemudian.
Nama bidat ini berasal dari nama pencetusnya, Montanus. Montanisme pertama kali muncul di kota Hierapolis, dan dengan cepat menyebar ke daerah-daerah lain di dalam wilayah Kekaisaran Romawi pada zaman sebelum keberadaan agama Kristen ditoleransi maupun dilegalkan.
Jemaat-jemaat Kristen di Asia Kecil mengekskomunikasi kaum Montanis.[35] Sekitar tahun 177, Apolinarius, Uskup Hierapolis, memimpin sebuah sinode yang melaknat Nubuat Baru.[36] Para petinggi Gereja Lyon dan Vienne di Galia menanggapi Nubuat Baru pada tahun 177
Meskipun Gereja arus utama yang ortodoks mampu meredam penyebaran Montanisme dalam beberapa generasi dengan cara melabelinya sebagai bidat, sekte pengikut Montanus masih tetap eksis di sejumlah pelosok terpencil sampai memasuki abad ke-8.
Namanya diambil dari nama Pelagius (354–420/440). Teologi ini kemudian hari dikembangkan Selestius dan Yulianus dari Eklanum menjadi suatu sistem lengkap.[37] Disanggah Agustinus, Uskup Hipo, yang pernah menganut akidah yang sama dari tahun 385 sampai 395,[38]) kendati pendirian final Agustinus tidak pernah diterima secara umum di Gereja Timur.
Pelagianisme disanggah dalam Konsili Diospolis[39] dan dibidatkan pada tahun 418 dalam Konsili Kartago.[40] Keputusan Konsili Kartago dikukuhkan dalam Konsili Efesus tahun 431.
Penolakan terhadap Pelagianisme dengan keyakinan bahwa Agustinus sudah melangkah terlalu jauh ke ekstrim yang sebaliknya dan mengajarkan bahwa kasih karunia membantu kehendak bebas alih-alih menggantikannya.
Pandangan-pandangan semacam ini dikemukakan oleh Prosperus dan Hilarius dari Aquitania, Yohanes Kasianus, dan Vinsensius dari Lérins di Gereja Barat.
Dibidatkan Konsili Oranye tahun 529, yang sedikit melunakkan beberapa pernyataan Agustinus yang lebih ekstrim.[41]
Sebutan "Semipelagianisme" baru muncul pada abad ke-17.
Sekte dualistis berpaham Adopsionisme sekaligus Manikeisme. Akidah mereka adalah sintesis dari Paulisianisme Armenia dan gerakan Gereja Slavonika Bulgaria.
Muncul di Bulgaria antara tahun 927 sampai 970, dan menyebar sampai ke wilayah Kekaisaran Romawi Timur, Serbia, Bosnia, Italia, dan Prancis.
Golongan yang menerapkan tata tertib SantoFransiskus Asisi secara ekstrim, khususnya tata tertib hidup miskin, serta memandang kesejahteraan Gereja sebagai aib, dan kesejahteraan para rohaniwan sebagai pembatal keabsahan status mereka
Muncul pada abad ke-14 dan ke-15, khususnya di Italia
Menurut Petrus Abas Cluny, ikhtisar ajaran Henrikus adalah sebagai berikut:
Menolak kewenangan Gereja di bidang doktrin dan tata tertib
Mengakui Injil yang ditafsirkan secara bebas sebagai satu-satunya aturan iman
Menolak segala bentuk ibadat atau liturgi
Mengutuk amalan membaptis bayi, Ekaristi, kurban Misa, persekutuan para kudus, dan mendoakan orang mati
Henrikus orang Lausanne hidup di Prancis pada paruh pertama abad ke-12. Ia mulai berkhotbah sekitar tahun 1116, dan wafat dalam tahanan sekitar tahun 1148.
Di dalam suratnya yang ditulis pada akhir tahun 1146, Santo Bernardus mengimbau warga Toulouse untuk memberantas sisa-sisa sempalan ini sampai ke akar-akarnya
Golongan Henrikus ternyata masih eksis di Languedoc pada tahun 1151, karena Matthew Paris meriwayatkan tentang seorang gadis muda yang konon mendapatkan ilham secara ajaib dari Santa Perawan Maria, dan berhasil mempertobatkan banyak sekali murid Henrikus orang Lausanne.
Dicetuskan Petrus Valdes, seorang saudagar kaya yang memutuskan untuk meninggalkan seluruh harta benda duniawinya dan mulai berkhotbah di jalan-jalan kota Lyon pada tahun 1177.[42]
Golongan Valdes bertahan melewati aksi pemberantasan pada abad ke-17. Turunan-turunan dari gerakan ini masih ada sampai sekarang. Kemudian hari golongan ini bergabung dengan golongan Jenewa atau aliran Kalvinis di dalam rumpun besar Kristen Protestan.
Akar Katarisme adalah gerakan Paulisianisme di Armenia dan golongan Bogomil di Bulgaria, dengan pengaruh kuat ajaran dualisme yang menentang alam jasmani, yang dianggap jahat, dan dengan demikian menyangkal bahwa Yesus dapat berinkarnasi sambil tetap menjadi Putra Allah.
Pertama kali muncul di daerah Languedoc, Prancis, pada abad ke-11, dan berkembang pesat pada abad ke-12 dan ke-13. Akar Katarisme adalah golongan penganut Paulisianisme dan golongan Bogomil, yakni golongan yang dengannya golongan penganut Paulisianisme bergabung.
Sesudah beberapa dasawarsa ditindak keras, diproselitisasi kembali, dan dihancurkan kitab sucinya secara sistematis, sempalan ini akhirnya lenyap sama sekali. Prefek Katari terakhir di Languedoc, Guillaume Bélibaste, dihukum mati pada tahun 1321.
Pernyataan-pernyataan bahwa konsili (dan umat awam) senantiasa mengatasi magisterium biasa (dan luar biasa) Gereja.
Pernyataan-pernyataan tersebut muncul sebagai tanggapan terhadap era Kepausan Avignon, manakala para paus pindah dari Roma dan tunduk di bawah tekanan raja-raja Prancis, dan skisma yang ditimbulkannya.
Pemenang dalam konflik yang ditimbulkan Konsiliarisme adalah lembaga kepausan. Meskipun demikian, langkah akhir yang diambil Gereja untuk menentang Konsiliarisme, yakni doktrin Infabilitas Paus, baru dipromulgasikan Konsili Vatikan I pada tahun 1870.
Pencampuradukan keyakinan-keyakinan mistik dengan akidah Kristen. Para penganutnya percaya bahwa manusia dapat saja mencapai kesempurnaan di dunia lewat jalan hidup prihatin dan spiritualisme. Mereka yakin dapat berkomunikasi secara langsung dengan Allah tanpa perlu Gereja selaku perantara.
Dibidatkan Konsili Basel tahun 1431
Beberapa kelompok kecil penganut Roh Bebas hidup di Bohemia (sekarang Republik Ceko) pada abad ke-14 dan ke-15.
Keyakinan bahwa tubuh Yesus dipakukan pada kayu salib dengan menggunakan tiga batang paku, bukan empat batang paku, dan bahwasanya seorang prajurit Romawi dengan sebilah tombak mencucuk lambung kiri Yesus, bukan lambung kanannya
Diyakini berasal dari golongan Albigenses dan golongan Valdes
Diduga dibidatkan Paus Inosensius III, tetapi sepertinya tidak pernah dianggap sebagai bidat oleh paus tersebut[43]
Program golongan Hus terkandung di dalam empat pokok pikiran Praha, yang dimufakati pada bulan Juli 1420. Empat pokok pikiran Praha kerap diringkas sebagai berikut:
Kebebasan memberitakan Firman Allah.
Perayaan Perjamuan Tuhan dalam dua rupa (pembagian roti dan anggur kepada imam maupun umat awam).
Raja Henry IV mengundangkan De heretico comburendo pada tahun 1401, yang tidak hanya menyatakan golongan Lollard sebagai kelompok terlarang, tetapi juga mengharamkan penerjemahan maupun kepemilikan Alkitab dan mengesahkan kebijakan menghukum bakar ahli bidat.
Golongan-golongan Protestan mengusung beragam doktrin. Meskipun demikian, semua reformator terdahulu mengusung ajaran panca sola, yaitu sola scriptura (semata-mata dengan Kitab Suci, keyakinan bahwa hanya Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang boleh membentuk doktrin, bertolak belakang dengan pandangan Katolik bahwasanya Kitab Suci dan magisterium Gerejalah yang menetapkan dogma), sola fide (semata-mata oleh iman, keyakinan bahwa umat beriman dibenarkan semata-mata oleh iman akan Kristus, bukan karena iman akan Kristus dan amal kebajikan), sola gratia ("semata-mata berkat rahmat, keyakinan bahwa umat beriman selamat semata-mata berkat rahmat Allah, bukan lantaran amal perbuatan insani), solus Christus (semata-mata melalui Kristus, keyakinan bahwa karya keselamatan sepenuhnya adalah karya Allah melalui perantaraan karya Kristus), soli Deo Gloria (semata-mata demi kemuliaan Allah, keyakinan bahwa seluruh karya keselamatan semata-mata terlaksana demi kemuliaan Allah).[45][46]
Sebagian pihak percaya bahwa pangkal dari keberagaman doktrin Protestan yang begitu besar adalah doktrin penilaian pribadi, yang menyangkal wewenang infalibilis Gereja Katolik, dan klaim bahwa tiap-tiap orang pribadi boleh menafsir Kitab Suci bagi dirinya sendiri.[47] Meskipun demikian, reformator terdahulu mengimbau umat untuk mewaspadai tafsir pribadi, dan malah menekankan keterkaitan serta kesinambungan dengan Gereja purba maupun dogmanya.
Sejak pertengahan abad ke-20, Gereja Katolik sudah mengubah sikapnya terhadap Protestantisme, terbukti dari berbagai hubungan oikumene yang dijalin Gereja Katolik dengan gereja-gereja Protestan.[49] Kardinal Joseph Ratzinger, yang kemudian hari terpilih menjadi Paus Benediktus XVI, pernah mengemukakan dalam tulisannya sebagai berikut:
Tidak ada kategori yang tepat bagi gejala Protestantisme saat ini di dalam fikrah Katolik (orang dapat saja mengatakan hal yang sama untuk ihwal hubungan dengan Gereja-Gereja yang terpisah di Dunia Timur). Jelas sudah bahwa kategori ‘bidat’ yang dulu dipakai sudah tidak ada nilainya. Di mata Kitab Suci dan Gereja Perdana, bidat mencakup gagasan tentang keputusan pribadi untuk melawan keesaan Gereja, dan ciri bidat adalah pertinacia, yakni kebulatan tekad seseorang untuk berpegang kepada keyakinan pribadinya. Meskipun demikian, pandangan tersebut tidak dapat dianggap sebagai deskripsi yang tepat mengenai situasi kerohanian umat Kristen Protestan. Dalam rentang waktu sejarah yang kini sudah seabad lamanya, Protestantisme sudah memberikan sumbangsih penting bagi realisasi iman Kristen, menggenapi fungsi positif dalam pengembangan pesan Kristen, dan lebih dari segala-galanya, acap kali menumbuhkan iman yang tulus dan sungguh-sungguh di dalam sanubari orang pribadi non-Kristen Katolik, yang keterpisahannya dari akidah Katolik tidak berkaitan dengan ciri pertinacia bidat. Sehubungan dengan hal ini, bolehlah kita menyitir pemeo Santo Agustinus, bahwasanya "skisma berlarut menjadi bidat". Perjalanan waktu mengubah karakter suatu perpecahan, dengan demikian perpecahan lama adalah sesuatu yang pada hakikatnya berbeda dengan perpecahan baru. Sesuatu yang dulu selayaknya dikutuk sebagai bidat tidak begitu saja menjadi benar kemudian hari, tetapi sedikit demi sedikit dapat mengembangkan sifat gerejawi positifnya sendiri, sehingga dapat diperkenalkan kepada orang pribadi sebagai gerejanya, dan orang pribadi tersebut dapat hidup di dalamnya sebagai orang beriman, bukan sebagai ahli bidat. Meskipun demikian, organisasi sekelompok orang ini pada akhirnya berdampak terhadap keseluruhan. Kesimpulannya tidak mungkin lagi dinafikan, jadi: Protestantisme sekarang ini adalah sesuatu yang berbeda dengan bidat dalam arti gejala tradisional yang belum dapat dipastikan kedudukan teologisnya yang tepat.[50]
Gerakan yang muncul di Jerman pada abad ke-18. Gerakan ini bertujuan menasionalisasi agama Katolik, membatasi kewenangan Sri Paus demi memperbesar kewenangan uskup, dan mempersatukan kembali sempalan-sempalan Kristen dengan Dunia Kristen Katolik.
Gerakan kerohanian yang menanti-nantikan kedatangan kembali Yesus. Saksi Yehuwa percaya akan Allah yang berpribadi tunggal, bukan Tritunggal. Yesus dipandang sebagai makhluk pertama (dalam wujud Mikhael, Sang Penghulu Malaikat) yang diciptakan Allah.[51]
Dalam sebuah konvensi yang diselenggarakan pada bulan Mei 2011, Gruppo di Ricerca e Informazione Socio Religiosa Keuskupan Milan mengeluarkan pernyataan bahwa doktrin Saksi Yehuwa tidak selaras dengan dogma Katolik.
Gerakan kerohanian yang percaya bahwa "Keallahan" terdiri atas keberadaan-keberadaan yang terpisah dan berlainan, yakni Bapa, Putra, Roh Kudus, dan Ibu Surgawi. Gerakan ini juga percaya bahwa semua manusia selaku anak-anak Allah dapat dimuliakan, atau dengan kata lain, "seperti manusia kini, demikianlah Allah dulu, dan seperti Allah kini demikianlah manusia dapat menjadi."
Umat Mormon memandang denominasi mereka sebagai bentuk Kekristenan yang paling benar, tetapi mengakui bahwa denominasi-denominasi Kristen lainnya berpegang kepada kebenaran, tetapi kebenaran yang lebih rendah tarafnya. Meskipun mengakui kesahihan Alkitab Kristen tradisional, umat Mormon juga menganggap Kitab Mormon, Kitab Doktrin dan Perjanjian, serta Kitab Mutiara yang Mahal Harganya sebagai Kitab Suci. Umat Mormon percaya akah keilahian Yesus Kristus, tetapi tidak menerima doktrin Tritunggal. Umat Mormon hanya menyembah Yesus Kristus dan Allah Bapa (tidak menyembah Joseph Smith, yang hanya mereka yakini sebagai seorang nabi), dan oleh karena itu dapat digolongkan sebagai Kekristenan non-Tritunggal.
Meskipun demikian, banyak sekte Protestan menganggap umat Mormon bukan umat Kristen sejati, dan tidak ada kelompok Kristen arus utama yang mengakui keabsahan baptisan Mormon, sehingga mantan pemeluk Mormonisme yang ingin diterima menjadi anggota jemaat mereka harus dibaptis ulang.[52]
Serumpun bidat yang didefinisikan sebagai penganjuran kebebasan penuh pers, liberalisme, individualisme, dan pemisahan Gereja dan negara, dan sebagai pengutamaan inisiatif perorangan, yang dapat saja tidak selaras dengan prinsip ketaatan kepada kewenangan yang diajarkan Gereja Katolik.
Istilah yang diciptakan para pemimpin Nazi sebagai sebutan bagi model Kekristenan yang sejalan dengan Nazisme.
Dengan tumbangnya rezim Nazi pada tahun 1945, Kristen Positif sebagai sebuah gerakan turut menghilang. Istilah "Kristen Positif" terus-menerus didengung-dengungkan beberapa kelompok Identitas Kristen,[55] tetapi sudah ditolak Gereja-Gereja arus utama.
Pemujaan atau penghormatan Santa Muerte (Maut Kudus).
Dikecam, disebut penghujatan, disifatkan sebagai pemujaan iblis, dan dinyatakan tidak selaras dengan iman Kristen oleh para pimpinan umat Kristen Katolik,[57][58][59][60] antara lain Uskup Agung Kota Meksiko[61] dan beberapa uskup Gereja Katolik di Amerika Serikat.[62] Kardinal Gianfranco Ravasi, Presiden Dewan Kepausan untuk Kebudayaan, sudah berulang kali menyuarakan penentangan terhadap devosi kepada Santa Muerte dengan menyebutnya "perayaan kebejatan dan neraka."[63] Para pengulas mengemukakan bahwa relatif jarang ada orang kudus rakyat yang dikecam para petinggi Vatikan.[64]
^ abCross, F.L.; Livingstone, E.A. (penyunting), 1974. "Heresy". The Oxford Dictionary of the Christian Church (edisi ke-2). Oxford: Lembaga Pers Universitas Oxford.
^MacGrath, Alister E. Christian Theology Blackwell: 2001, hlm.153
^Ott, Ludwig. Manual de Teología Dogmática Herder, Barcelona:1968, hlm.31
^Prümmer, Dominic M. Handbook of Moral Theology Mercier Press: 1963, Bagian 201
^ abMacGrath, Alister E. Christian Theology Blackwell:2001, hlm.152
^MacGrath, Alister E. Christian Theology Blackwell:2001, hlm.345
^Hanson, R. P. C. "The Doctrine of the Trinity as achieved in 381". Dalam Studies in Christian Antiquity, T & T Clark, Edinburgh 1985, hlmn. 234 dst.
^Hanson, R. P. C. "The Doctrine of the Trinity as achieved in 381". Dalam Studies in Christian Antiquity, T & T Clark, Edinburgh 1985, hlm. 244
^Kelly, J.N.D. Early Christian Doctrines A & C Black: 1965, hlm.115 dst.
^Kelly, J. N. D. Early Christian Doctrines A & C Black: 1965, hlm. 227 dst.
^Cross, F.L.; Livingstone, E.A., (penyunting), 1974. "Antinomianism". The Oxford Dictionary of the Christian Church (edisi ke-2). Oxford: Oxford University Press.
^[Webster's New World Dictionary of the American Language: Edisi Mahasiswa 1966]
^Chadwick, Henry. The Early Church Pelican:1967, hlm. 123
^
Frend, W. H. C. Saints and Sinners in the Early Church Darton, Longman & Todd:1985, hlm. 102
^"Donatism". Oxford Dictionary of the Christian Church, 1974.
^"Donatism". Cross, F. L., (penyunting). The Oxford dictionary of the Christian church. New York: Lembaga Pers Universitas Oxford. 2005
^Francois P. Viljoen (2006). "Jesus' Teaching on the Torah in the Sermon on the Mount". Neotestamenica 40.1, pp. 135–155."Jesus' Teaching on the Torah in the Sermon on the Mount"(PDF). Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 16 June 2007. Diakses tanggal 13 March 2007.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^G. Uhlhorn, "Ebionites", Dalam: A Religious Encyclopaedia or Dictionary of Biblical, Historical, Doctrinal, and Practical Theology, edisi ke-3 (disunting Philip Schaff), hlmn. 684–685 (jld. 2).
^Kata ini masih digunakan dengan makna yang sama dalam bahasa Ibrani Israel sekarang ini.
^S. Runciman, The Medieval Manichee: A Study of the Christian Dualist Heresy (Cambridge, 1947)
^Oxford Dictionary of the Christian Church art. Iconoclasm
^(115 tahun 6 bulan selepas peristiwa penyaliban, menurut perhitungan Tertulianus di dalam Adversus Marcionem, xv)
^Janos, N. A. Berdyaev (Berdiaev); diterjemahkan oleh Rama Stephen. "Marcionism". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-02-20. Diakses tanggal 24 Desember 2016.
^Power, Maria (2007). From Ecumenism to Community Relations (dalam bahasa English). Irish Academic Press. ISBN9780716533801. Perubahan ini bermula pada tahun 1964 dengan keluarnya ketetapan Konsili Vatikan II tentang oikumenisme, yang mengisyaratkan sikap yang lebih positif terhadap oikumenisme di kalangan umat Katolik sedunia'. Perubahan sikap Gereja Katolik ini, dan reaksi gereja-gereja Protestan terhadap perubahan sikap tersebut, merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha membina hubungan baik antara hierarki gereja-gereja Protestan dan hierarki Gereja Katolik.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^Joseph Ratzinger (1993). The Meaning of Christian Brotherhood. Ignatius Press. hlm. 88. ISBN9780898704464.
^Doctrinal Note of the Catholic Bishops of Canada concerning the Army of MaryDiarsipkan 2012-05-04 di Wayback Machine. Bala Maria, lewat tafsir mereka yang menyesatkan mengenai ajaran Katolik, tidak hanya melengserkan Maria dari keunikannya, yakni perananannya yang tak tergantikan di dalam sejarah keselamatan, tetapi apa yang mereka sebut dengan "reinkarnasi" Maria tidaklah menjelaskan perantaraan berkelanjutan Maria yang berlimpah ruah di dalam kemuliaan surgawi. Maria menurut Injil dan tradisi Katolik berada di surga, bukan di bumi. Gereja Katolik mengajarkan bahwa kehidupan Maria bersifat unik dan bersejarah, sehingga tidak dapat diulangi, direproduksi, maupun "direinkarnasi" ... Ajaran yang konon adalah wahyu pribadi dan dijadikan oleh Bala Maria sebagai dasar bagi klaim legitimasinya sesungguhnya memperkenalkan doktrin-doktrin yang baru dan sesat mengenai Santa Perawan Maria dan peranannya di dalam sejarah ekonomi keselamatan. Bala Maria banyak sekali menambah-nambahi wahyu Kristus yang definitif. Sebagai contoh, Bala Maria mewajibkan anggotanya untuk percaya bahwa "ketakbercelaan" mereka sama-abadi dengan Allah Tritunggal, dan bahwasanya Maria memang pernah menjadi ibu historis Yesus, tetapi kini "bereinkarnasi" dan "berdiam" di dalam diri si penerima wahyu-wahyu pribadi tersebut.